JAKARTA (IndoTelko) – Operator 4G berbasis teknologi TD LTE, Internux, yang mengusung merek Bolt belakangan ramai diperbincangkan karena dalam waktu singkat sudah memiliki 650 ribu pengguna.
Bahkan, Bolt kian agresif karena mulai memberikan
variasi perangkat ke konsumen seperti smartphone dan tablet.
Average Revenue Per User (ARPU) dari produk pascabayarnya diperkirakan di kisaran Rp 200 ribu, sementara prabayarnya di Rp 100 ribu. Tahun ini Bolt membidik sekitar 1,5 juta pengguna masuk dalam jaringannya.
Bolt juga lumayan percaya diri dengan kualitas jaringannya sehingga tak ragu membuka perangkat yang ditawarkan ke konsumen dalam program bundling untuk menikmati layanan suara, SMS, dan data dari GSM. Padahal, Bolt memiliki keterbatasan yakni hanya bisa memberikan layanan data di Jabodetabek.
Pemain Baru
Namun, sebentar lagi Bolt tak akan sendirian menikmati gurihnya kue data 4G di Jabodetabek. Pasalnya, mitra yang digandeng untuk menggelar jaringan 4G,
First Media, akan masuk ke pasar jelang tutup 2014.
Penantang terberat tentunya PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang akan masuk pasar pada kuartal pertama 2015.
Smartfren dari sisi sumber daya alam memiliki keunggulan bermain di TD LTE karena menguasai 30 MHz frekuensi di 2,3 GHz dan lisensi yang dimiliki adalah seluler nasional.
Sementara Bolt dan First Media tak memiliki kemewahan tersebut karena lisensinya jaringan tetap lokal alias sebatas zona yang dimiliki dan frekuensi yang dimiliki hanya 15 MHz.
"Pada dasarnya layanan LTE itu berusaha memberikan layanan kecepatan tinggi dengan latensi yang kecil, ini menjadi tuntutan semua pengguna," ungkap Direktur Smartfren, Merza Fachys, kemarin.
Menurutnya, kehadiran teknologi LTE menjadikan perseroan bisa bermain maksimal untuk menawarkan aplikasi berbasis video.
"Ke depannya, aplikasi data akan lebih banyak ke arah video, karena itulah yang membutuhkan bandwidth besar. Sekarang sih sudah bisa untuk video, tetapi kalau bisa lebih baik, kenapa tidak ," ujarnya.
Head of smartphone Smartfren, Sukaca Purwokardjono menambahkan, layanan 4G LTE Smartfren ditujukan untuk semua segmen yang membutuhkan internet cepat, tidak spesifik industri tertentu saja.
"Kalau 4G tentunya kita akan bidik semua segmen, karena 4G adalah benefit semua konsumen, termasuk korporasi,” katanya.
Siapkan Strategi
Deputy CEO Smartfren Djoko Tata Ibrahim membuka sedikit cara perseroan menggarap pasar 4G nantinya. “Kita masuk pasar akan berbeda sedikit dengan competitor. Kalau sama, namanya tidak inovatif,” tegasnya.
Diungkapkannya, perseroan akan mengoptimalkan keunggulan lisensi seluler yang dimiliki sehingga dalam menawarkan produk bundling tidak perlu mengundang operator lain dalam slot SIM Card smartphone. “Kita tidak akan buka slot untuk pemain lain nanti. Selain itu kita masih ada layanan CDMA di 850 MHz, bisa berjalan bersama,” paparnya.
Dikatakannya, mitra untuk pengadaan smartphone 4G pun sudah banyak diajak bicara mendukung langkah perseroan masuk ke pasar pada tahun 2015 mulai dari Haier, Hisense, ZTE, HTC, IVO, hingga Inos.
“Kami tetap akan batasi nanti jika memang akan menawarkan dual SIM card dengan ada pemain GSM. Soalnya kita subsidi perangkat dimana distributor itu kinerjanya dilihat dari aktivasi. Inilah alasan harga perangkat bundling Andromax itu tetap terjangkau. Kalau kita adopsi pola tidak lock, yang untung itu produsen ponsel,” jelasnya.
Ditambahkannya, belajar dari pengalaman selama ini jika perangkat tidak dibatasi layanan dari kompetitor, maka tujuan mendapatkan kuantitas yang besar tak tercapai karena akan bersaing dengan produk sejenis.
“Nantinya bertempur di satu keunggulan yakni kecepatan data, masalahnya semua operator juga bermain kecepatan, kalau sudah begitu kan repot,” tuturnya.
Harga Naik
Lebih lanjut dikatakannya, ada kemungkinan penawaran dari layanan 4G Smartfren harganya akan berbeda dengan CDMA yang ada sekarang.
“ARPU kita sekarang sekitar Rp 40 ribu, kita maunya kalau LTE itu di Rp 50 ribu. Tidak mahal juga kalau tadi Anda bilang kompetitor bisa Rp 100 ribu. Saat ini kita konsen bisa memberikan harapan masyarakat kalau 4G itu cepat. Kalau itu bisa diberikan, saya malah optimistis dalam waktu lebih singkat kita bisa dua kali lipat pelanggan 4G dari kompetitor,” pungkasnya.
Pada kesempatan lain, Chief Technology Officer Bolt Devid Gubeni mengaku tak takut dengan persaingan di 4G. “Kita malah senang dan berharap ekosistem perangkat 4G bisa berkembang. Kita punya keunggulan di tarif, coverage, dan inovasi,” tegas Devid.(id)