JAKARTA (IndoTelko) – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) memiliki cara yang unik dalam mencari bakat digital di internal perusahaannya dengan mengenalkan program Digital Amoeba sejak 2017 lalu.
Digital Amoeba diposisikan sebagai program inkubator bagi karyawan yang berkeinginan mendirikan usaha rintisan (Startup) agar bisa menjadi seorang intraprenuer dan innovator.
“Digital Amoeba ini belum ada di perusahaan lain di Indonesia. Kalau bikin lomba inovasi atau hackathon itu sudah banyak, tetapi menjaga inovasi itu tumbuh dan menjadi bisnis? Saya rasa baru Amoeba yang punya program seperti ini,” ungkap CEO Amoeba Fauzan Feisal kepada IndoTelko, pekan lalu.
Fauzan menjelaskan, latar belakang dibuatnya program Amoeba berangkat dari kesadaran Telkom yang ingin bertransformasi menjadi perusahaan Digital (Digital Company/Dico) dari Telecommunication Company (telco).
“Sebagai Dico, kita sadar inovasi itu harus hadir di semua lini. Amoeba dilahirkan untuk merangsang bakat-bakat terpendam di semua lini di Telkom untuk berinovasi. Tahun lalu ada sekitar 600 orang kita kompetisikan inovasinya, sekarang tinggal enam tim akan disiapkan untuk masuk tahap validasi pasar,” katanya.
Diterangkannya, untuk mengikuti program Amoeba tak ada bedanya dengan cara yang dilakukan oleh inkubator mencari startup. Bedanya di program ini target talent adalah karyawan TelkomGrup. Cara perekrutan diantaranya open recruitment, open registration, dan open assignment.
Bagi calon peserta yang dianggap memenuhi kriteria akan menjalani proses pitching berupa presentasi selama sekitar tujuh menit di hadapan dewan juri yang beranggotakan para band 1 dan band 2 (pejabat tertinggi) Telkom.
Dewan juri sengaja berasal dari para pengambil keputusan dan pimpinan unit agar solusi tepat guna, sekaligus tidak bertabrakan dengan layanan eksisting yang mereka pimpin pada saat ini.
“Kalau lulus, akan dipindahkan posisi (karyawan) ke Divisi Digital Service (DDS). Penilaian di Amoeba ini lebih kompleks ketimbang menginkubasi startup eksternal. Tak hanya mengukur secara pendanaan, tetapi kinerja karyawan dan lainnya,” katanya.
Dari hasil tahun pertama, Amoeba telah menghasilkan solusi yang sangat beragam. Mulai dari business solution, aplikasi pendidikan, game, pesan instan, media sosial, financial technology, hingga media sosial.
“Dari pantauan saya sejauh ini karyawan yang ikut program Amoeba bisa dikatakan motivasinya meningkat, makin inovatif, dan loyalitas ke TelkomGrup makin tinggi. Sebentar lagi kami akan buka batch untuk tahun kedua,” pungkasnya.
Sebelumnya, kala merilis Program Digital Amoeba, Executive General Manager (EGM) Divisi Digital Service Telkom Arief Musta'in menyatakan Divisi Digital Service Telkom menjalankan program ini bersama Direktorat Human Capital Management Telkom, sehingga kiprah startup internal selama beberapa bulan akan masuk penilaian kinerja karyawan.
"Prinsipnya kami ini sedang membangun tak hanya entrepreneurship Indonesia melalui program Indigo, tapi juga intrapreneurship karyawan kami melalui Digital Amoeba ini, sehingga kami bisa membangun negeri lebih baik. Telkom Group bisa mendigitalisasi Indonesia lebih baik," pungkasnya.(ad)
Herdy Rosadi Harman adalah Chief Human Capital Officer (CHCO) Telkom dari 2014 hingga sekarang.
Sebelumnya, Direktur Human Capital Management PT Telkomsel 2012-2014. Merupakan peraih dua magister, MBA dari Telkom University (1993) dan Master of Law American University, Washington, AS (1998).
Salah satu bukunya yang terkenal adalah Strongest by Best People: The Telkomsel Way & Transformasi Human Capital.
Pembaca bisa bertanya seputar pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di era transformasi digital melalui email ke alamat Redaksi@IndoTelko.com.
Pengasuh akan menjawab setiap email yang masuk melalui microsite ini
Jangan lupa cantumkan alamat sesuai KTP dan nomor telepon yang bisa dihubungi