JAKARTA (IndoTelko) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyatakan salah satu keunggulan dari program corporate innovation lab, Digital Amoeba, tak mengenal ada istilah kegagalan bagi pesertanya.
"Di Digital Amoeba tak ada istilah kegagalan untuk sebuah inovasi yang dihasilkan para peserta," ungkap Executive General Manager (EGM) Divisi Digital Service Telkom Arief Musta'in, belum lama ini.
Digital Amoeba diposisikan sebagai program inkubator bagi karyawan yang berkeinginan mendirikan usaha rintisan (Startup) agar bisa menjadi seorang intraprenuer dan innovator.
Saat ini dari 60 rintisan yang masuk Digital Amoeba sejak Januari 2017, tersisa 17 yang siap beroperasi dan beberapa diantaranya sudah digunakan Telkom Group. Inovasi yang masih bertahan antara lain Usight, SmartEye, Kiwari, Emago, Geekpro, Ketitik, Open Trip, Helio, KitaIna, Pometera, Pasarkoe, dan lainnya.
"Digital Amoeba berhasil membuka mata dan wawasan semua divisi tentang bagaimana membangun bisnis digital, bagaimana bertransformasi dari perusahaan telekomunikasi jadi perusahan digital. Animo peserta juga tinggi, di btach 2017 itu ada satu tim diisi oleh karyawan yang masuk masa pensiun. Luar biasa kan semangat menjadi pengusahanya,” kata Arief.
CEO Digital Amoeba Fauzan Feisal menambahkan inovasi dari Digital Amoeba ada juga yang dimanfaatkan di wilayah operasi dari Telkom. Misalnya, Zoomin sudah digunakan oleh 6-8 Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel). Aplikasi ini memberikan poin apresiasi pada teknisi Telkom yang memperbaiki sarana TIK kepada pelanggan.
Kemudian ada Arkademia, yakni aplikasi pembelajaran yang sudah digunakan Telkom Corporate University (Corpu) serta aplikasi Ketitik yang digunakan oleh Divisi Goverment Service Telkom yang fokus pada layanan TIK pemerintahan.
"Digital Amoeba ini ingin memberikan edukasi esensi bisnis digital. Terutama tentang validasi ide, produk, dan owner, yang seluruhnya ini relatif baru dalam skema bisnis reguler Telkom. Intinya produk itu consumer oriented dan sesuai dengan kebutuhan pasar," katanya.
Biasanya inovasi di Digital Amoeba melalui customer validation, product validation, business model validation, dan market validation. “Tapi ini masih kami review. Kami ingin prosesnya lebih lean. Misalnya baru 20% bisa langsung launching,” pungkasnya.(ad)
Herdy Rosadi Harman adalah Chief Human Capital Officer (CHCO) Telkom dari 2014 hingga sekarang.
Sebelumnya, Direktur Human Capital Management PT Telkomsel 2012-2014. Merupakan peraih dua magister, MBA dari Telkom University (1993) dan Master of Law American University, Washington, AS (1998).
Salah satu bukunya yang terkenal adalah Strongest by Best People: The Telkomsel Way & Transformasi Human Capital.
Pembaca bisa bertanya seputar pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di era transformasi digital melalui email ke alamat Redaksi@IndoTelko.com.
Pengasuh akan menjawab setiap email yang masuk melalui microsite ini
Jangan lupa cantumkan alamat sesuai KTP dan nomor telepon yang bisa dihubungi