JAKARTA (indotelko) – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) cukup percaya diri untuk menantang raksasa internet dunia, Google, dalam menggarap pasar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk segmen Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
“Tentu Telkom percaya diri, ini kan kandang kami. Telkom sudah memiliki sekitar 150 ribu pengguna dari basis UKM, dimana sekitar 1000 UKM itu pengeluaran TIK ke Telkom sekitar Rp 50 juta sebulan” ungkap Direktur Enterprise & Wholesale Telkom Muhammad Awaluddin di Jakarta, Senin (4/2).
Diungkapkannya, pasar UKM lumayan besar jika dilihat dari sisi kuantitas. Terhitung sekitar 59 juta penduduk Indonesia bergerak sebagai pelaku UKM yang memberikan kontribusi positif bagi pendapatan nasional, yaitu sebesar 56,5% dari total GDP Indonesia. Sebanyak 3,5 juta diantaranya merupakan wirausaha nasional yang telah berbadan hukum.
“Pasar besar dan kita sudah ubah strategi di DBS untuk menggarap segmen ini. Tak ada lagi kekakuan dalam berbisnis dengan UKM,” tegasnya.
Divisi Business Services (DBS) adalah unit yang dibentuk Telkom di bawah direktorat Enterprise & Wholesale Services (EWS) untuk fokus menggarap segmen UKM beberapa tahun lalu.
Dijelaskannya, perubahan yang dilakukan di DBS adalah tidak lagi melakukan pendekatan ke UKM ala korporasi yakni semua pekerjaan harus dalam kontrak yang jelas.
“Kita tidak bisa perlakukan UKM seperti itu. Kita sekarang gunakan strategi Business to Business to Consumer (B2B2C). Pola bisnis yang diterapkan adalah freemium, fee based transaction atau pay as you use,” jelasnya.
Salah satu implementasi dari perubahan itu adalah dengan memaksimalkan penjualan aplikasi melalui cloud based bukan client server.
“Kita akan bentuk portal ala Apps Store atau Google Play pada Maret nanti dimana semua aplikasi untuk UKM ada di sana. Jika UKM ada yang butuh aplikasi tinggal beli di sana,” katanya.
Menurutnya, kekuatan dari Telkom untuk menghadapi Google di pasar UKM adalah pada posisi sebagai penguasa pasar konektivitas di Indonesia.
“Telkom menguasai infrastruktur akses, ini tidak ada dimiliki Google di Indonesia. Kami bisa saja menggratiskan akses internet Speedy atau menyediakan akses WiFi di sentra UKM. Google tidak bisa itu. Buat apa ada aplikasi jika akses tidak ada, Telkom punya semua,”jelasnya.
Diakuinya, hingga sekarang secara total pendapatan Telkom sebanyak 77% dari menjual akses atau konektifitas, sisanya 23% dari manage application, Value added service, dan IT outsourcing.
Menurutnya, pasar akses sekarang sudah menjadi komoditas sehingga yang terjadi adalah perang harga dan cenderung turun pertumbuhannya.
Untuk antisipasi perkembangan itu, Telkom harus bisa melakukan leveraging product. “Value Added Service di UKM ini salah satu cara mencari pendapatan di luar menjual akses," katanya.
Direktorat EWS sendiri memiliki target meraih pendapatan sekitar Rp 9,25 triliun. Sebanyak 67% pendapatan direktorat ini akan ditopang oleh segmen korporasi besar, sedangkan sisanya dari UKM.
INDIPrenuer
Cara lainnya yang dilakukan Telkom untuk menggarap pasar UKM adalah menggelar kegiatan INDIPrenuer.
Program INDIPreneur atau Indonesia Digital Enterpreneur adalah kegiatan untuk membekali para pelaku UKM dengan pengetahuan mengenai implementasi teknologi informasi dan komunikasi dan e-commerce serta memberikan kemampuan untuk menjalankannya.
Melalui Program INDIPreneur UKM lokal dapat mengembangkan bisnis dengan solusi TIK berkualitas dan terjangkau, seperti : koneksi broadband, web builder, web hosting, domain name dan e-commerce application yang dapat dinikmati secara gratis dan dioperasikan dengan mudah.
Para pelaku UMKM tidak harus terbebani biaya yang tidak relevan dengan bisnisnya, karena biaya hanya dibebankan ketika melakukan transaksi bisnis saja yaitu berkisar Rp 500 – Rp 1000 per transaksi.
Program INDIPreneur merupakan bagian dari Mega Proyek “Indonesia Digital Network” (IDN) yang mentargetkan 5 juta pelanggan broadband dan penyediaan 1 juta wifi pada tahun 2013. Selanjutnya program tersebut diimplementasikan untuk mewujudkan Indonesia Digital Society (InDiSo) yang akan meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
"Kita sudah mulai pemanasan sejak Oktober 2012. Sudah ada sekitar 4.235 UKM bergabung dalam program ini. Rencananya kita bidik sekitar 100 ribu UKM untuk bergabung di program ini," jelasnya.
Diungkapkannya, untuk mendukung program ini Telkom mengalokasikan dana sekitar Rp 10 miliar dimana alokasinya untuk online service development, messaging online, dan canvasing.
Telkom menargetkan bisa memperoleh dana Rp 25 miliar jika pola pay as you use mulus dari 100 ribu UKM yang tergabung dalam INDIPreneur.
Tak hanya itu, Telkom juga menggandeng BRI dalam bentuk join pre sence agar nantinya bisa berkontribusi terhadap target pendapatan program INDIPreneur sebesar 15-20%.
Sebelumnya, pada awal 2012 lalu Google melepas Get Indonesian Business Online (GIBO) atau Bisnis Lokal Go Online.
Tujuan utama Bisnis Go Online ini adalah mendorong UKM membuat website dan aktif secara online agar bisa masuk ke pasar global.
Awalnya, Google membidik 100 ribu UKM, namun baru terjerat 80 ribu UKM.
Guna mendongkrak jumlah UKM yang bergabung, Google meminta bantuan 70- 100 agen khusus untuk melakukan pendekatan pada para UKM agar beralih ke dunia maya.(id)
Awaluddin juga penulis Buku Digital EntreprenuerShift dan Digital ChampionShift.
Pembaca bisa bertanya seputar cara mengelola bisnis dan solusi-solusi Teknologi Informasi untuk transformasi digital melalui email ke alamat Redaksi@IndoTelko.id
Pengasuh akan menjawab setiap email yang masuk melalui sub kanal ini dari setiap pertanyaan yang masuk.
Jangan lupa cantumkan alamat sesuai KTP dan nomor telepon yang bisa dihubungi di email.
Rubrik Digital Talk dipersembahkan oleh Indosat dan Ooredoo untuk berbagi pengetahuan tentang mengembangkan serta membangun usaha berbasis teknologi informasi bagi pelaku bisnis di Indonesia.