JAKARTA (IndoTelko) – Momentum Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) diyakini arti penting bagi kawasan in karena pada tahun 2020, total Pendapatan Nasional Bruto (PNB) negara-negara Asean diperkirakan akan tumbuh mencapai US$47 triliun.
Asean secara bersama-sama diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia pada awal 2030, dimana pelaku UKM menjadi salah satu penopang.
Ada 630 juta konsumen ditawarkan MEA, pasar terbesar para Generasi Milenium yang kini telah terbiasa dengan teknologi digital transformatif. Mereka adalah generasi pertama melek digital yang dibesarkan pada era teknologi.
“Bagaimana menghadapi MEA? Yang pasti bukan dengan pasang spanduk, atau sekedar menuliskan jargon siap menghadapi MEA. Tetapi kira harus bergerak. Harus action. Memanfaatkan teknologi digital atau Go Online adalah solusi paling smart dalam menghadapi MEA tersebut,” ungkap Executive Director Shafira Foundation Achmad Nashir Budiman, dalam Bincang Bisnis Shifting from Offline to Online, kemarin
Pendapat lain, berasal dari seorang peserta wanita yang berasal dari Forum Wirausaha muda Bandung,
“Saya bergerak dalam bisnis rajutan. Sejak saya memanfaatkan online, produk rajutan saya semakin meningkat. Order bukan hanya berasal dari kota Bandung, tetapi kini orderan datang dari Malaysia dan Singapura. Ini yang sangat menggembirakan dari pemanfaatan online,” katanya.
Menangkap semangat para wirausahawan yang mulai melirik pemanfaatan teknologi digital tersebut, mendorong pihak Universitas Padjadjaran Bandung melalui Bale Motekar pada tahun 2016 ini untuk mewujudkan 1000 wirausaha inovatif.
“Bandung sangat terkenal dengan inovasinya. Pelaku UKM-nya juga sangat inovatif. Ini sama dengan maksud dari pemilihan nama Bale Motekar, sebagai rumah inovasi. Peran Teknologi Digital pasti sangat besar dalam inovasi pengembangan bisnis kedepan,” tutur Prof. Dr. Tualar Simarmata, Direktur Inovasi, Korporasi Akademik & Usaha UNPAD.
Direktur Enterprise & Business Service Telkom Muhammad Awaluddin mengakui tidak bisa dipungkiri bahwa peran teknologi digital akan menjadi business enabler bagi pelaku UKM.
“Ini yang menyebabkan kami tiada henti-hentinya mengajak para pelaku UKM untuk Shifting atau hijrah menuju bisnis yang lebih baik. Hijrah untuk mulai memanfaatkan teknologi digital dalam pengembangan bisnisnya,” kata Awaluddin.
Diingatkannya, “Shifting from Offline to Online”, bukan berarti menghentikan aktifitas bisnis offline lalu menjadi online. “Yang kami maksudkan adalah mengubah porsi bisnis. Jika selama ini 100% untuk offline, maka saat ini mulailah menggeser dengan menambahkan online dalam proses bisnis,” papar penggemar Batik ini.
Dijelaskannya, untuk Goes Digital bisa memanfaatkan tiga strategi sederhana yakni Branding-Activation-Networking.
“Dimulai dari Branding, produk Anda harus dikenal pasar, harus memiliki brand dan keunikan agar mudah difahami pasar. Lalu Activation, Anda dapat memanfaatkan online maupun aktivitas offline untuk memperkenalkan dan penetrasi produk Anda. Terakhir, Networking ini tak kalah pentingnya. Perbanyak kenalan dan aktif diberbagai komunitas akan mempermudah penetrasi produk Anda,” saran Awaluddin.
Diyakininya, dengan pemanfaatan teknologi digital bisnis UKM akan semakin maju, mandiri dan modern. “UKM Indonesia tidak perlu takut menghadapi MEA, justru peluang akan semakin terbuka dengan memanfaatkan ICT. Sekarang dunia tak lagi selebar daun kelor kalau Anda Goes Digital,” pungkas Awaluddin.(sr)
Awaluddin juga penulis Buku Digital EntreprenuerShift dan Digital ChampionShift.
Pembaca bisa bertanya seputar cara mengelola bisnis dan solusi-solusi Teknologi Informasi untuk transformasi digital melalui email ke alamat Redaksi@IndoTelko.id
Pengasuh akan menjawab setiap email yang masuk melalui sub kanal ini dari setiap pertanyaan yang masuk.
Jangan lupa cantumkan alamat sesuai KTP dan nomor telepon yang bisa dihubungi di email.
Rubrik Digital Talk dipersembahkan oleh Indosat dan Ooredoo untuk berbagi pengetahuan tentang mengembangkan serta membangun usaha berbasis teknologi informasi bagi pelaku bisnis di Indonesia.