Konsolidasi yang dilakukan oleh Mobile-8 dengan Smart Telecom melalui Smartfren menjadi berkah tersendiri bagi Djoko Tata Ibrahim. Posisi Deputy CEO Commercial Smartfren digenggamnya, setelah sebelumnya sempat ditugaskan di salah satu anak usaha Sinar Mas Grup.
DTI, panggilan akrab Djoko adalah salah satu sosok yang berperan penting dalam kelahiran PT Smart Telecom. Kala itu, sebagai salah satu direktur, pria ini terkenal ulet dalam mengembangkan infrastruktur operator berbasis Code Division Multiple Access (CDMA) itu.
Di tangan Pria yang murah senyum ini, merek Smartfren berkibar, khususnya di layanan data. Hampir setiap hari pria ini rajin berjualan dan turun langsung ke lapangan menyemangati anak buahnya mencapai target.
Sinyal positif dari aksi tersebut memang mulai terlihat dengan tumbuhnya omset Smartfren pada akhir 2011 dan kuartal pertama 2012. Indotelko belum lama ini berhasil mewawancarai DTI, berikut kutipannya:
Kinerja Smartfren kapan membaiknya?
Saya optimistis pada akhir 2013 akan membaik jika tren penjualan yang tumbuh sejak tahun lalu itu terus dipertahankan. Jadi, nantinya, pendapatan naik terus, sementara beban dijaga dalam kondisi flat. Nah, itu akan membuat bottom line tak tertekan lagi. Minimal kita bisa Break Even Poin (BEP).
Anda optimis itu bisa dilakukan?
Tentu saja. Senjata andalannya adalah jasa data. Pada 2011, jasa data baru berkontribusi 35% bagi total omset dengan ratusan ribu pelanggan. Pada 2012, saya optimistis jasa data akan berkontribusi 60-75% bagi total omset yang diperkirakan mencapai Rp 2 - Rp 2,5 triliun. Nanti di akhir 2012, jasa data Smartfren akan digunakan 3,8 juta pelanggan.
Produk data Smartfren laris?
Modem Smartfren menguasai hampir 60% pangsa pasar. Dari 10 ribu modem yang terjual, sekitar 6 ribu merupakan produk Smartfren. Belum lagi di layanan BlackBerry yang pada April lalu berjumlah 110-120 ribu pelanggan. Sejak bulan lalu, setiap bulan ada sekitar 30 ribu pelanggan BlackBerry baru datang ke galeri Smartfren. Ini karena pelanggan mencari jaringan yang berkualitas.
Apa yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas jaringan?
Kami berencana akan menambah 40 persen BTS dari jumlah yang ada saat ini, 4300 BTS.
Berikutnya, membangun serat optik untuk koneksi ke luar negeri bekerjasama dengan Moratel dengan rute Jawa-Bangka-Batam-Singapura yang menelan investasi sekitar US$ 20 juta.
Sementara untuk rute Surabaya-Jakarta yang selama ini menjadi backhaul baru saja ditingkatkan kapasitasnya dari 5 Gbps menjadi 10 Gbps.
Terakhir, menggunakan solusi Netsnapper untuk membantu optimize bandwidth dan memindahkan trafik kala padat (offloading) ke ke Wifi.