Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Tahun 2012 sepertinya belum menjadi masa yang baik bagi PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).
Pemilik merek dagang esia ini belum bisa keluar dari kubangan kerugian selama 2012. Bahkan, dari laporan keuangan perseroan yang dikirimkan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan lalu tercatat kerugian yang diderita selama 2012 mencapai Rp 3,138 triliun melesat lebih dari tiga kali lipat dibanding kerugian selama 2011 sebesar Rp 782.699 miliar.
Pemicu dari tingginya kerugian yang diderita esia tak bisa dilepaskan dari pendapatan usaha selama 2012 hanya Rp 2,973 triliun atau turun 6,9% dibandingkan 2011 sebear Rp 3,195 triliun.
Bahkan, pendapatan usaha netto hanya Rp 2,360 triliun selama 2012 setelah dikurangi biaya interkoneksi dan diskon. Raihan itu turun 8,8% dibandingkan 2011 sebesar Rp 2,591 triliun.
Di tahun 2012, pendapatan dari bisnis suara berkontribusi sekitar 50,8% atau sebesar Rp 1,51 triliun. Sedangkan bisnis data tumbuh 142% dari Rp 143 miliar di tahun 2011 menjadi Rp 346 miliar di akhir 2012.
Pada 2012, rata-rata pendapatan per pelanggan (blended ARPU) esia Rp 21 ribu per bulan. Adapun total pelanggan BTEL di akhir tahun 2012 mencapai 11,66 juta pelanggan.
Pemicu lainnya adalah kenaikan di beban usaha yakni sebesar Rp 2,86 triliun atau naik dibandingkan 2011 sebesar Rp 2,765 triliun.
Pukulan paling berat adalah terjadinya penurunan nilai asset tetap hingga Rp 1,614 triliun di 2012. Belum lagi kerugian kurs yang dialami selama 2012 sebesar Rp 310.178 miliar atau naik dari 2011 sebesar Rp 69,6 miliar. Belum lagi beban lindung nilai kurs yang mencapai Rp 167,402 miliar selama 2012.
Direktur Utama Bakrie Telecom Jastrio Abi menjelaskan, besarnya nilai kerugian tersebut merupakan bagian dari upaya perseroan untuk membersihkan aset-aset yang tidak produktif. Sehingga ke depan, diharapkan kinerja perseroan akan semakin solid dan tidak akan lagi dibebani oleh aset-aset tidak produktif tersebut.
"Depresiasi aset non produktif menjadi faktor utama yang membuat rugi bersih kami meningkat. Tapi, langkah ini merupakan solusi terbaik bagi BTEL untuk semakin kompetitif dan kembali agresif dipasar," jelas Abi.
Diyakininya, restrukturisasi keuangan yang dilakukan tahun lalu, akan memberikan dampak positif terhadap bisnis perseroan di tahun ini. Sebab, di tahun ini perusahaan akan memiliki ruang untuk lebih agresif dalam memperkuat pasar.Sebagai contoh, Bakrie Telecom akan kembali aktif untuk memasarkan produk-produk baru dengan berbagai inovasi, baik voice maupun data.
Untuk memaksimalkan potensinya, Bakrie Telecom juga akan lebih fokus melakukan penetrasi pasar di wilayah-wilayah yang menjadi sumber pendapatan utama perusahaan. Misalnya seperti di Jawa Barat, Banten dan berbagai daerah di pulau Jawa.
"Kami gembira bahwa pendapatan dari bisnis data terus mengalami pertumbuhan. Hal ini tentunya sejalan dengan tren industri telekomunikasi yang mulai mengarah ke bisnis data. Hal ini menunjukkan bahwa esia masih memiliki pasar yang cukup solid di industri telekomunikasi Indonesia," katanya.(ss)