JAKARTA (IndoTelko) - PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menyatakan hanya meraih pendapatan sebesar Rp7,871 miliar sepanjang 2017 anjlok dibandingkan periode 2016 sebesar Rp172 miliar.
Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pasokan pendapatan dari emiten dengan kode saham BTEL ini sepanjang 2017 hanya berasal dari jasa telekomunikasi sebesar Rp7,87 miliar.
Sontak, jumlah pendapatan yang "mini" itu menimbulkan tanda tanya bagi sebagian pemerhati. (
Baca:
Kinerja BTEL)
Apalagi, pemilik merek Esia ini tiga tahun lalu mengaku telah melakukan sejumlah inovasi agar bisa tetap bersaing di industri Halo-halo nasional. (
Baca: Nasib BTEL)
Salah satu strategi yang dilakukan Bakrie Telecom sejak 2014 lalu adalah bekerjasama dengan Smartfren dalam pemanfaatan jaringan milik emiten dengan kode saham FREN itu di frekuensi 850 MHz.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys menjelaskan posisi dari Bakrie Telecom dalam kerjasama itu adalah penyelenggara jasa teleponi dasar dan menyewa kapasitas ke Smartfren.
“Secara fisik, pelanggan Bakrie Telecom mereka yang layani. Mereka bayar ke kita berdasarkan trafik,” paparnya kala buka puasa bersama media beberapa waktu lalu.
Lantas apakah kerjasama ini menghasilkan trafik yang lumayan? "Lah Anda tadi informasi ke saya pendapatan mereka untuk 2017. Dari situ kan bisa kelihatan ada trafik atau tidak," tukas Merza.
Merza mengungkapkan, sejak kuartal keempat 2017 tak ada trafik dari Bakrie Telecom di jaringannya.
"Sebelumnya ada, tetapi cenderung menurun di pertengahan 2017, terus "nyap" mulai kuartal keempat tahun lalu kalau tak salah. Posisi Smartfren, kalau ada trafik ya dilayani, kan ada kontrak," katanya.
Lebih lanjut Merza menjelaskan nilai kontrak jaringan Smartfren dan Bakrie Telecom pada pita frekuensi 800 Mhz, sebesar satu kanal, dengan biaya sewa sebesar Rp 30 miliar per bulan untuk jangka waktu sewa tiga tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan bersama. (
Baca: Sinergi Smartfren-BTEL)
"Itu nilai Rp 30 miliar adalah flat, jadi kalau trafiknya bisa senilai itu, angka lebihnya semua diangap Rp 30 miliar. Tetapi kalau dibawah itu Pay as You Use (PAYU). Kondisi sekarang gak ada trafik ya gak ada tagihan," tutupnya.(dn)