telkomsel halo

Fitch Turunkan Peringkat BTEL

10:28:49 | 24 Apr 2013
Fitch Turunkan Peringkat BTEL
Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko) – Lembaga pemeringkat Fitch Ratings menurunkan peringkat jangka panjang mata uang asing dan mata uang lokal Issuer Default Ratings (IDR) milik PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dari CCC menjadi CC.

Tak hanya itu, Fitch juga telah menurunkan peringkat obligasi sebesar US$ 380 juta yang akan jatuh tempo pada Mei 2015. Obligasi ini dijamin sepenuhnya oleh BTEL dan peringkatnya turun dari CCC ke CC. Recovery Rating dari surat utang tersebut berada di RR4. Prospek stabil telah dihapuskan.

Dalam keterangannya, Fitch menjelaskan pemicu diturunkannya peringkat pemilik merek dagang esia ini karena  kemungkinan besar operator ini akan merestrukturisasi utang tanpa jaminan sebesar US$ 380 juta  (senior unsecured bond). Aksi ini mungkin dilakukan karena lemahnya likuiditas dan kecilnya kemungkinan dari perbaikan operasional.

Tak hanya itu, BTEL telah gagal mendanai interest reserve account yang disebutkan dalam dokumentasi surat utangnya, sehingga mengharuskan BTEL untuk selalu menyimpan minimal satu pembayaran kupon dan setidaknya dua pembayaran kupon (sekitar US$ 43,7 juta) di rekening selambat-lambatnya 30 hari sebelum hari pembayaran kupon (7 Mei 2013).

Jumlah yang tersedia di rekening itu hanya US$ 8 juta per akhir Desember 2012. Hal ini termasuk dalam event of default dalam terms dari surat utang tersebut. Walaupun masih ada kemungkinan perusahaan bisa membayar kupon US$ 21,9 juta yang jatuh tempo pada 7 Mei 2013, kegagalan membayar kemungkinan besar akan berakibat kepada diturunkannya peringkat BTEL ke C.

Menurut Fitch,para pemilik surat utang US$ 380 juta  memiliki pilihan yang terbatas dan mungkin tidak akan mempercepat pembayaran utang pada saat ini.Surat utang tersebut saat ini diperdagangkan pada harga jauh dibawah 50 sen per 1 dollar AS dan kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan untuk membayar kembali surat hutang yang akan jatuh tempo di bulan Mei 2015.

Alasan lain adalah likuiditas yang terbatas. Jumlah kas dan Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) yang dihasilkan BTEL di 2013 kemungkinan besar tidak cukup untuk memenuhi kewajibannya.

Diperkirakan  defisit kas BTEL akan berada di sekitar US$ 50 juta – US$ 60 juta dan maksimum US$ 30 juta dari defisit tersebut dapat didanai oleh utang.
Dalam terms dari obligasi dollar AS, BTEL hanya mampu mendapatkan tambahan US$ 30 juta  utang baru karena perusahaan tetap melanggar incurrence covenant.
Utang konsolidasi/EBITDA perusahaan selama 12 bulan terakhir berada di 5,2 kali per akhir Desember 2012, dibandingkan dengan incurrence covenant di 4,75 kali.

Fitch juga memperkirakan walau sekarang BTEL menggenjot jasa data, tetapi tidak akan mampu menutup kekurangan di  segmen suara dan SMS dalam 2 tahun kedepan.
Apalagi, BTEL pada tahun ini hanya memiliki belanja modal sekitar US$ 25 juta atau sekitar 10-11%  dari pendapatan. Angka ini dianggap tak mampu menopang ekspansi jaringan dibandingkan dengan pemain berbasis teknologi GSM yang mengalokasikan sekitar 25-35%  dari pendapatan  untuk mengembangkan bisnis datanya.

Selama periode 2010-12, EBITDA  BTEL turun sekitar 28%  menjadi US$ 102 juta  di 2012 disebabkan oleh turunnya pelanggan sebesar 10,7% menjadi 11,6 juta dan tingginya biaya kompetisi dan operasional.

Sensitivitas peringkat BTEL memiliki tindakan pemeringkatan positif yang terbatas karena kendala pada likuiditas. Tetapi, tindakan pemeringkatan positif bisa saja terjadi bilamana ada perbaikan yang signifikan dari kinerja bisnisnya yang mengakibatkan perbaikan pada posisi likuiditas, walaupun Fitch berpendapat bahwa hal ini memiliki kemungkinan kecil untuk terjadi.

Selain itu, transaksi merger dan akuisisi dengan operator yang lebih besar atau investor yang lebih kuat akan memperbaiki kinerja finansial dan operasional perusahaan.

Tindakan pemeringkatan yang negatif bisa saja terjadi bilamana pengumuman restrukturisasi hutang yang menurut pendapat Fitch termasuk dalam distressed debt, yang sesuai dengan kriteria akan menyebabkan diturunkannya peringkat BTEL ke C.

Sekadar catatan, selama 2012 BTEL  mengalami kerugian  mencapai Rp 3,138 triliun melesat lebih dari tiga kali lipat dibanding kerugian selama 2011 sebesar Rp 782.699 miliar.

Pemicu dari tingginya kerugian yang diderita esia tak bisa dilepaskan dari pendapatan usaha selama 2012 hanya Rp 2,973 triliun atau turun 6,9% dibandingkan 2011 sebear Rp 3,195 triliun.  

Di tengah perjuangan keluar dari kerugian,  kepemilikan sebagaian saham  BTEL dikabarkan beralih ke Mount Charlotte Holding Limited.  Namun kemudian diketahui juga bahwa Mount Charlotte telah mengalihkan semua hak dan kewajiban kepada Sky Trinity Industries Ltd.

Pengambilalihan hak dan kewajiban Mount Charlotte terjadi pada 7 Desember 2012. Sky Trinity sendiri adalah merupakan perusahaan baru berdiri, 19 Januari 2012, yang berbasis di Hong Kong.(ct)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories