Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (IndoTelko)— PT Indosat Tbk (ISAT) masih membagi dividen ke pemegang saham walau selama 2012 kinerjanya tidak begitu menggembirakan.
“Kita bagi dividen Rp 34,52 per saham,” ungkap President Director dan CEO Indosat Alexander Rusli di Jakarta usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Selasa (18/6).
Diungkapkannya, hasil RUPST menyepakati 50% dari laba bersih 2012 di alokasikan sebagai dividen. Total keuntungan yang disebar sekitar Rp 187,5 miliar. Laba bersih dari emtien dengan kode saham ISAT ini selama 2012 adalah Rp 375,1 miliar atau anjlok 61,3% dibandingkan 2011.
“Kami tidak menyisihkan laba bersih untuk dana cadangan wajib karena posisi dana cadangan sudah mencapai jumlah minimum yang diwajibkan dari ketentuan. Sisa dari laba bersih itu dibukukan untuk re-investasi dan modal kerja,” jelasnya.
Pinjaman
Pada kesempatan sama, Chief Financial Officer Indosat Stefan Carlsson mengungkapkan, perseroan lebih memilih melakukan pinjaman ke beberapa bank dalam melunasi hutang senilai Rp 4 triliun yang jatuh tempo pada tahun ini.
“Kita akan bayar utang jatuh tempo itu dengan dana operasional karena free cash flow mulai bagus. Sisanya sepertinya akan dengan pinjaman karena prosesnya lebih cepat ketimbang harus ke pasar (menerbitkan obligasi),” ungkapnya.
Diungkapkannya, hal yang menjadi perhatian dari perseroan dalam refinancing utang jatuh tempo adalah masalah mengurangi pemodalan dalam dollar AS. “Kita sudah berbicara dengan beberapa bank besar di Indonesia.Kita cari yang bisa memberikan bunga rendah dan masa pinjaman yang menarik,”jelasnya.
Sebelumnya, Indosat membuka wacana refinancing utang dengan menerbitkan obligasi atau mencari pinjaman dari perbankan dengan nilai di bawah Rp 3 triliun rupiah.
Selama triwulan pertama 2013 Indosat memiliki total utang Rp 21,459 triliun atau turun 7,2% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 23,11 triliun.
Lebih lanjut Stefan mengungkapkan, terkait penghapusan pencatatan (delisting) atas American Depositary Shares perusahaan yang masing-masing mewakili 50 saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham di bursa Amerika Serikat, New York Stock Exchange (NYSE), Stefan mengungkapkan, pada 24 Juli 2013 aksi korporasi itu akan efektif.
Dikatakannya, walau perseroan sudah tidak tercatat di papan bursa NYSE, namun sesuai aturan harus mematuhi semua azas kepatuhan yang berlaku di NYSE. "Itu sesuai aturan di US Securities and Exchange Commission (SEC). Jadi, hingga setahun ke depan masalah kepatuhan tidak ada perubahan," jelasnya.
Menurutnya, langkah perseroan untuk keluar dari NYSE karena volume transaksi dan saham yang beredar di bursa tidak makin besar tetapi terus menurun. “Ini bukan masalah perusahaan asal Indonesia tidak menarik di mata investor Amerika Serikat. Tetapi mereka berfikir, jika memang harus investasi langsung saja ke bursa Indonesia,” jelasnya.
Diperkirakannya, nantinya investor yang telah memegang saham Indosat bisa saja mengkonversi dengan saham yang ada di bursa Indonesia. “Rasanya bisa saja itu terjadi,”katanya.(id)