telkomsel halo

Hitung Ulang Tarif Interkoneksi Bikin Operator Terbelah

11:30:40 | 21 Mar 2016
Hitung Ulang Tarif Interkoneksi Bikin Operator Terbelah
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Terus molornya hitung ulang tarif interkoneksi yang dilakukan regulator memicu perpecahan antara operator telekomunikasi di lapangan.

Hal itu tersirat dari adanya kelompok operator yang menginginkan penurunan tarif interkoneksi diatas 10%, sementara di sisi lain ada yang tak ingin penurunan secara drastis.

Biaya interkoneksi adalah komponen yang dikeluarkan operator untuk melakukan panggilan lintas jaringan. Biaya ini salah satu komponen dalam menentukan tarif ritel selain margin, biaya pemasaran, dan lainnya.

Metode perhitungan tarif interkoneksi dengan Long Run Incremental Cost (LRIC) menggunakan data dari operator dominan.

Jika mengacu kepada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No 8/2006, definisi operator dominana adalah yang menguasai pangsa pasar atau pendapatan 25%  dari segmentasi pasar tertentu.

Hitung ulang biaya interkoneksi yang fenomenal pada 2009 dimana terjadi penurunan sekitar 20%-40% ke tarif ritel. Sementara  untuk hitung ulang pada 2011 tidak  memberikan dampak signifikan ke  tarif ritel  karena hanya terjadi penurunan sekitar 6%.

Pada 2011, pemerintah dibantu oleh konsultan Tritech untuk perhitungan. Untuk hitung ulang terbaru, konsultan ini tetap dipakai jasanya. Sementara pada 2009 menggunakan jasa Ovum.

Sejajar
Presiden Direktur Smartfren Telecom Merza Fachys memprediksi, jika penurunan tarif interkoneksi hanya 10%, maka tarif ritel juga turun sejajar.

“Tak mungkin lebih dari 10% untuk tarif ritel turunnya. Kita harapkan penurunannya signifikan sesuai filosofi pak Menkominfo, yakni perbedaan antara panggilan Onnet dan Offnet itu tak terlalu jauh. Minimal bedanya dua kali lipat ataau tiga kali lipat,” paparnya kemarin.

Dikatakannya, sejauh belum ada keputusan dari regulator, maka tarik menarik antara pihak yang menginginkan penurunan drastis dan gradual tetap terjadi. “Perjuangannya sampai tinta mengering Bos. Jadi, lihat saja nanti waktu diumumkan,” katanya.

Wakil Direktur Utama Tri Indonesia Muhammad Danny Buldansyah mengaku memiliki perhitungan dengan menggunakan skema LRIC bagi perusahaan. “Itu kalau hitungan kami bisa turun 50%. Logikanya, jika pemain kecil seperti kami yang belanja infrastruktur saja turun 50%, pemain dominan yang belanja lebih banyak tentu lebih murah dong,” katanya.

Ditambahkannya, seandainya pemerintah memutuskan penurunan hanya sebesar 10%, ada jalan keluar yang bisa dilakukan operator untuk menurunkan tarif ritel yakni negosiasi Business to business (B2B).

“Tarif interkoneksi itu kan rujukan, kalau B2B sepakat di bawah atau di atas Daftar Penawaran Interkoneksi (DPI) boleh dong. Nanti mainnya di volume. Asalkan nanti di tarif ritel tak seragam,” tukasnya.

Segendang sepenarian, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengingatkan penurunan tarif Interkoneksi yang signifikan bakal berpengaruh terhadap tarif retail yang nantinya dijatuhkan kepada pelanggan.

"Bagusnya turun 40%, biar kita lebih mudah berkreasi saat mengemas dan menawarkan paket bundling kepada pelanggan. Ini karena harga off net mahal, orang masih koleksi banyak nomor,” katanya.

Presiden Direktur & CEO Indosat Alexander Rusli mengingatkan dalam pembicaraan tiga tahun lalu hanya terjadi penurunan Rp1. “Kita harapkan turun lebih jauh sekarang. Angka itu sudah tak rasional lagi,” katanya.

Sementara Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah memilih menunggu kepastian dari pemerintah terkait besaran penurunan tarif interkoneksi. “Kita tunggu  saja yang final,” tutupnya. (Baca juga: Cara hitung Interkoneksi)

Secara terpisah, Anggota Komite Bidang Hukum Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) I Ketut Prihadi Kresna mengungkapkan masih harus mendiskusikan lebih lanjut dari hasil perhitungan yang berbeda-beda tersebut.

“Kami masih perlu mendiskusikan lagi karena tidak mungkin menggunakan peritungan yang berbeda, atau dengan skema asimetric yakni harga yang diterapkan bagi para operator berbeda. Selain itu, perhitungan berbeda tidak mencerminkan apa yang menjadi arah kebijakan kami. Tarif ritel harus turun dan interkoneksinya juga,” paparnya.

Ditambahkannya, regulator masih mencari harga tarif interkoneksi yang bisa diterima oleh semua pihak dan berpengaruh terhadap penurunan tarif ritel. (Baca juga: Tarik menarik di Interkoneksi)

Sebelumnya, Menkominfo Rudiantara menyiratkan perhitungan tarif interkoneksi kelar pada April mendatang. Sinyal yang dilempar Rudiantara penurunan lebih dari 10%. (Baca juga: Hitung ulang interkoneksi tak memuaskan

GCG BUMN
“Secara rata-rata tertimbang turunnya mesti signifikan atau di atas 10 persen. Tujuannya membuat industri lebih efisien. Tapi ini sebagai rujukan saja, bukan kepastian. Dengan kata lain masih boleh ada kesepakatan business to business dan kalau terjadi perselisihan maka merujuk ke sini,” jelasnya.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year