telkomsel halo

Revisi biaya interkoneksi gairahkan kompetisi seluler

07:59:57 | 22 Aug 2016
Revisi biaya interkoneksi gairahkan kompetisi seluler
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memastikan revisi biaya interkoneksi sebesar 26% untuk rerata 18 skenario panggilan di jasa seluler akan menggairahkan kompetisi.

“Revisi biaya interkoneksi itu setiap dua tahun dan sudah kerjaan lama. Jika Anda baca buku dan lihat data selama biaya interkoneksi direvisi, sudah terbukti setiap hitung ulangnya menghasilkan kompetisi yang lebih sehat di industri seluler. Kalau ada yang teriak bikin kompetisi tak sehat, bisa saja takut atau tak terbiasa berkompetisi,” tegas Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Noor Iza di Jakarta, Senin (22/8).

Diharapkannya, revisi biaya interkoneksi yang akan diimplementasikan pada 1 September mendatang   memberikan gairah kepada operator selular dan fixed local untuk semakin menambah ekspansi coverage jaringannya...

“Biaya interkoneksi yang semakin efisien dan diikuti oleh penurunan tarif ritel teleponi akan mengenerate demand atau konsumsi masyarakat menggunakan percakapan telepon atau sms atau sejenis nya. Ini akan membuat gairah industri menggeliat lagi. Jadi, kebijakan ini vitamin bagi industri, bukan disinsentif karena membuat industri telekomunikasi semakin dinamis,” tukasnya.

Diharapkannya operator mampu memanfaatkan momen efisiensi Industri telekomunikasi ini yang akan mampu meningkatkan nilai bisnis dan valuasi perusahaan sementara masyarakat tidak lepas dari mendapat benefit yang sesuai.    

Sebelumnya, sejumlah kalangan menilai kebijakan penurunan biaya interkoneksi sebesar 26% secara rerata oleh pemerintah sebagai disinsentif dan bisa merugikan negara hingga Rp 50 triliun karena posisi operator dominan (Telkom Group) tak diuntungkan.  

Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB memperkirakan penurunan biaya interkoneksi akan berdampak langsung dan tak langsung terhadap pendapatan Telkom Group yang notabene sahamnya dikuasai pemerintah.

Sementara dampak tak langsungnya juga ada kerugian hampir Rp 15 triliun dari penerimaan pajak, penurunan saham, dan meningkatnya biaya operasional untuk pemeliharaan jaringan operator.

Dalam riset analis Bahana Securities Leonardo Henry Gavaz  memastikan jika per 1 September nanti biaya interkoneksi baru diberlakukan yang menikmati cuan adalah Indosat dan XL.

GCG BUMN
Dari laporan keuangan 2015 tercatat Indosat membukukan pendapatan interkoneksi sebesar Rp 1,9 triliun. Namun beban interkoneksi yang dikeluarkan Indosat mencapai Rp 2,3 triliun atau tekor lebih dari Rp 400 miliar. Sedangkan XL mencatat pendapatan interkoneksi Rp 2,391 triliun. Sementara bebannya Rp Rp 2,320 triliun atau untung Rp 70 miliar.(id)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories