JAKARTA (IndoTelko) – PT Angkasa Pura II (AP II) mengaku tengah melirik adopsi Internet of Things (IoT) dalam mendapatkan data yang akurat untuk mendeteksi pergerakan pengunjung di bandara yang dikelolanya.
“Kita selama ini jika mau tahu data penumpang biasanya lihat laporan manifest dari maskapai. Itu tak memberikan gambaran utuh berapa sebenarnya pergerakan pengunjung di bandara. Pengunjung yang saya maksud di sini mereka yang akan menggunakan maskapai, pengantar, penjemput, hingga orang yang mau ada janji pertemuan di bandara,” ungkap Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin kala regular sharing session bersama IndoTelko, pekan lalu.
Diilustrasikannya, di Bandara Soekarno-Hatta, lonjakan penumpang saat libur Lebaran atau saat libur panjang bisa mencapai 41% hingga 67%. Pada saat libur panjang, rata-rata penerbangan per hari bisa mencapai 1.172 penerbangan.
Pada tahun 2016, jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan mencapai 57 juta penumpang, sementara di tahun ini diperkirakan mencapai 60 juta penumpang.
Tentunya pengelolaan cerdas dan terobosan teknologi sangat diperlukan bagi bandara sibuk seperti Soekarno Hatta ini. Jika tidak, bisa terjadi kekisruhan mulai dari jadwal penerbangan hingga penumpang.
“Kehadiran Internet of Things (IoT) menjadi sebuah peluang bagi AP II untuk meningkatkan layanannya, dalam rangka efisiensi, efektivitas layanan dan daya saing AP II,” ulas Pria yang baru saja merayakan ulang tahunnya beberapa waktu lalu.
Menurutnya, sebagai pengelola bandara, AP II bisa menjadi pengguna terbesar IoT, yakni dari sisi jumlah penumpang seperti diuraikan di atas di salah satu bandara yang dikelolanya.
Core activities
Untuk memahami bagaimana IoT bisa diimplementasikan di AP II melalui smart airport, Awaluddin mengajak memahami core activities dan core area di bandara.
Di sebuah bandara, core activities yakni pertama adalah lokasi, kedua layanan (services), dan ketiga adalah bisnis. Jika kita memetakan ketiganya, harus ada area yang berdekatan dengan tiga aktivitas terebut untuk prosesnya.
Di area yang berkaitan tadi, kegiatan operasional kebanyakan berada di air side (sisi udara). Sementara kegiatan services ada di terminal, lalu kegiatan bisnis ada di area terminal dan land side.
Kalau kita lihat, dalam pengembangan ICT dalam konsep smart airport, maka yang akan didigitalkan oleh AP II adalah tiga area tersebut. Yakni air side, terminal, dan land side.
Di air side, terdiri atas bagian runway, apron dan taxi way. Di area ini terdapat aktivitas ground handling services, operation dan maintenance aircraft.
Di terminal, terdapat passenger movement serta kegiatan bisnis di mana banyak merchant melakukan kegiatan di area ini. Lalu di land side, ada pergerakan untuk transportasi publik seperti taksi, bus dan kargo.
Dari tiga area ini, semua berpeluang besar untuk tersentuh IoT. Tetapi tentu saja AP II harus memilah prioritas mana yang akan digunakan untuk mendukung adopsi IoT ini.
“Salah satu yang kita kaji serius itu soal pergerakan orang. Kita lagi lihat dengan pemasangan beacon, tetapi ini model bisnis belum ketemu. Jadi, berbagai alternatif dikaji,” katanya.
Ditambahkannya, mengetahui pergerakan pengunjung sangat penting bagi AP II, terutama karena akan beroperasinya kereta tanpa awak (Automated People Mover System/APMS). “Gimana bisa tahu waktu ideal operasi APMS kalau tak dapat profiling tepat dari pergerakan pengunjung,” tutupnya.
Asal tahu saja, proyek APMS telah dimulai sejak September 2016. Penandatanganan kontrak kerja sama telah dilakukan antara PT Len Industri dan Angkasa Pura II telah dilakukan pada 1 September 2016.
Nilai investasi APMS yang akan selesai dikerjakan selama 300 hari mencapai Rp531 miliar itu akan digunakan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Nantinya, moda transportasi tersebut akan memutar ke seluruh terminal, seperti Terminal 1, Terminal 2, Terminal 3 dan connecting building yang menjadi penghubung antar terminal dengan pusat perbelanjaan yang berada di tengah-tengah Terminal.
Panjang lintasan kereta tanpa awak tersebut 2,98 kilometer dengan memiliki sistem teknologi sinyal modern atau dikenal dengan Communication Based Train Control (CBTC).
Proyek yang ditargetkan akan selesai pada pertengahan 2017 itu nantinya akan dilengkapi dengan dua trase atau rel serta lima shelter. Masing-masing shelter terdapat di Terminal 1, Terminal 2, Terminal 3 serta di connecting building. Khusus di Terminal 3 terdapat dua shelter, sehingga total terdapat lima shelter.
Pada saat pengoperasian nanti, akan ada tiga armada yang akan melayani penumpang. Masing-masing armada nantinya terdapat dua gerbong dengan kapasitas 176 penumpang satu armada.
Penumpang juga dijanjikan tidak akan menunggu terlalu lama saat menunggu kereta tanpa awak tersebut dengan view keindahan bandara. Para penumpang penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta tidak dikenakan biaya apapun ketika menggunakan fasilitas tersebut.(id)