JAKARTA (IndoTelko) – Pemain di properti, Velospace & Co, membidik pasar milenial untuk industri kreatif subsektor arsitektur dan interior.
Pendiri Velospace Verik Angerik menyatakan keterbatasan lahan untuk rumah di bawah satu miliar rupiah tidak membuat segmen milenial mengabaikan nilai-nilai estetika dalam unsur arsitekturnya.
“Misalnya pemilihan warna dinding, sangat berpengaruh terhadap estetika ruangan dengan luasan terbatas karena dapat mempengaruhi psikologis penghuninya. Selain itu efisiensi ruangan juga menjadi fokus yang diperhatikan saat menata produk-produk hunian berukuran terbatas,” ujarnya dalam keterangan, kemarin.
Menurut Verik, pasar milenial lebih melihat pada ide dan keunikan sebuah desain properti, meski soal harga bergantung dari daya beli masing-masing.
“Saat ini, rumah di bawah satu miliar rupiah cenderung memiliki luas terbatas sehingga seolah-olah tidak bisa dikreasikan dengan konsep interior yang menarik,” tuturnya.
Verik menambahkan, kebutuhan akan jasa arsitek dan desain interior juga meningkat seiring dengan bertumbuhnya permintaan residensial high-end, perkantoran, perhotelan, hingga ritel atau ruang usaha.
“Tidak saja karena kebutuhan millennial, secara umum, permintaan produk turunan properti lainnya juga mempengauhi pertumbuhan permintaan jasa industri kreatif seperti arsitektur dan interior. Ini yang kami rasakan sejak dua tahun terakhir,” katanya.
Meski pemain subsektor ini cukup banyak yang merupakan pemain asing, namun secara kualitas, arsitek dan desainer lokal tidak kalah dengan penyedia jasa dari luar.
“Kita memiliki daya saing yang cukup tinggi. Soal kreatifitas, Indonesia punya banyak talent-talent di industri kreatif. Dan tahun 2018 ini bisa menjadi momentum untuk kita para pemain sub sektor ini untuk semakin solid,” sarannya.
Velospace and Co merupakan perusahaan design and build dengan portofolio mencakup hunian, seperti rumah dan apartemen, hingga proyek komersial, seperti perkantoran, hotel, ritel, dan pergudangan.
Pada tahun 2017, Velospace and Co diliput sebagai salah satu calon unicorn startup oleh Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo).
Tumbuh
Pengamat properti yang juga pendiri Panangian School of Property, Panangian Simanungkalit memprediksi pada 2018 industri properti akan tumbuh sebesar 8% dibanding tahun 2017.
Saat ini properti yang nilainya di bawah satu miliar rupiah lebih diminati oleh pasar Indonesia khususnya segmen milenial.
Orientasi pengembang tahun ini mengarah kepada pembangunan produk properti yang bisa dijangkau oleh pasar generasi milenial. Apalagi segmen ini berpotensi untuk terus tumbuh hingga sepuluh tahun mendatang.
“Daya beli kelompok milenial didukung oleh orang tua mereka yang sudah mapan secara ekonomi. Kemampuan mereka sendiri dalam membeli properti hanya berkisar antara 500 juta hingga satu miliar rupiah. Namun jumlah penduduk dari segmentasi ini akan terus bertambah secara signifikan karena adanya bonus demografi sehingga berpengaruh terhadap industri ini,” tuturnya.
Panangian menegaskan bahwa pasar milenial adalah potential market yang akan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030. Bank-bank pemberi kredit perumahan pun saat ini telah membuka diri agar bisa diakses oleh generasi ini.
“Salah satu bank pemerintah telah serius menggarap kredit perumahan untuk segmen pasar ini,” ungkapnya.(wn)