JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo optimistis dengan kondisi perusahaan pasca selesainya registrasi ulang pelanggan prabayar berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Kartu Keluarga pada 30 April 2018 lalu.
“Indosat Ooredoo fokus pada potensi imbas positif jangka panjang dari regulasi kartu prabayar,” tulis keterangan resmi anak usaha Ooredoo itu dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (7/5).
Anak usaha Ooredoo ini mengakui peraturan baru dalam registrasi kartu perdana memberikan tekanan berat pada kinerja top line perseroan. Terkait dengan hal ini, kebijakan Indosat Ooredoo adalah mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku. (
Baca:
Kinerja Indosat)
“Indosat Ooredoo melihat adanya peluang jangka panjang dalam kondisi baru di pasar yang tercipta dari peraturan registrasi kartu Perdana ini. Perbaikan ini utamanya adalah basis pelanggan yang lebih loyal serta tingkat churn yang lebih rendah yang pada akhirnya memberikan marjin yang lebih besar di masa mendatang,” tegas manajemen Indosat.
Perusahaan mengakhiri triwulan pertama 2018 dengan basis pelanggan selular sebesar 96,2 juta, naik sebesar 0,6% atau sebesar 0,6 juta pelanggan dibandingkan periode sama 2017 seiring berhasilnya peluncuran paket Yellow, Unlimited dan Rp1/detik terbaru untuk pasar di luar Jawa.
Namun demikian, dibandingkan triwulan keempat 2017, basis pelanggan menurun akibat perubahan model bisnis dari strategi pemasaran push menjadi strategi Go-To-Market berdasarkan customer demand driven.
Rata-rata pendapatan bulanan per pelanggan (ARPU) untuk pelanggan selular pada triwulan pertama 2018 adalah sebesar Rp12,4 ribu, atau turun sebesar Rp9,3 ribu dibanding periode sama 2017 sebagai akibat dari tumbuhnya jumlah pengguna data pemula di paket Yellow dan tumbuhnya pangsa pasar di luar Jawa.
Rata-rata menit pemakaian (MOU) per pelanggan turun menjadi 29,4 menit atau turun 48,4% dibandingkan TW1 2017, sejalan dengan penurunan layanan suara sesuai dengan tren industriRata-rata pendapatan per menit (ARPM) naik menjadi sebesar Rp149,8 atau naik 19,9% dibandingkan TW1 2017 dikarenakan inisiatif optimasi voice smart pricing di beberapa area.
Kinerja
Indosat Ooredoo sepanjang tiga bulan pertama 2018 mengalami kerugian Indosat membukukan rugi bersih sebesar Rp505,7 miliar berbanding terbalik dengan periode sama 2017 dengan laba Rp173,9 miliar.
Perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp5,7 triliun di kuartal I 2018 (Q1-18) atau turun 21,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp7,289 triliun.
Penurunan ini disebabkan penurunan 27% dalam pendapatan selular (Rp4,4 triliun Q1-18 vs Rp6,0 triliun Q1-17), yang utamanya akibat kehilangan pendapatan dari pelanggan yang tidak sesuai dengan peraturan serta akibat adanya perubahan dalam strategi GTM dari “push” menjadi “pull”.
Penurunan telepon dan SMS yang merupakan tantangan di industri ini juga memberikan dampak negatif pada pendapatan.
Beban operasional terjaga melalui inisiatif pengendalian biaya yang ketat dan efisiensi di tingkat grup. Total biaya turun sebesar 10,7% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, akibat penurunan pendapatan, marjin EBITDA mengalami penurunan menjadi sebesar 34,1% dalam TW1 2018 menjadi Rp 1,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Total utang dan pinjaman turun sebesar 2,0% atau sebesar Rp386,2 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, dimana tingkat suku bunga mengalami peningkatan sekitar 0.03 persen poin. Porsi utang dalam mata uang Dollar AS turun sebesar 81,0% dari USD158,9 juta (mewakili 11,2% dari total utang) di Q1-17 menjadi US$30,2 juta (mewakili 2,2% dari total utang) di Q1-18, sehingga Indosat Ooredoo telah berhasil meminimalisir dampak fluktuasi nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah.
Indosat mencatat kerugian atas selisih kurs bersih di tiga bulan pertama 2018 sebesar Rp32,6 miliar dibandingkan keuntungan selisih kurs bersih sebesar Rp36,5 miliar di periode sama 2017 yang disebabkan oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dibandingkan Q1-2017 yang diredam oleh penurunan tingkat porsi utang dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.(id)