JAKARTA (IndoTelko) - Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan saat ini, agitasi dan propaganda kelompok radikalisme dan terorisme kerap dilakukan di dunia maya atau media sosial (Medsos).
“Kami dari Kominfo mendorong penggunaan platform media sosial secara baik, sehat dan positif," ungkap Tenaga Ahli Kominfo Donny Budi Utoyo dalam Diskusi "Cegah dan Perangi Aksi Teroris", pekan lalu.
Diungkapkannya, di Indonesia, ada 143 juta pengguna medsos yang sangat berpotensi terkena virus radikalisme dan terorisme. “Kita harus bicara hulu dan hilir. Hulu seperti apa? Ya itu, literasi, bicara konten, dan narasi. Hilirnya baru pemblokiran,” jelasnya.
Ditambahkannya, sejak pertama kali terjadi bom di Surabaya, ada 1.285 akun medsos yang diblokir. "Dan itu hanya dalam waktu 3-4 hari. Sesungguhnya, proses yang sudah dilakukan oleh kami jauh-jauh hari dilakukan terus menerus dan saat kejadian lebih diintensifkan," pungkasnya.
Sebelumnya, Menkominfo Rudiantara mengingatkan masyarakat bijak dalam menggunakan media sosial sebagai makna kebangkitan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
“Kebangkitan untuk Kominfo adalah Kebangkitan TIK dimana masyarakat harus bijak, menggunakan media sosial artinya jangan sembarangan mengirim konten negatif karena jejak digital akan tercatat. Kominfo telah mensosialisasikan hal tersebut ke masyarakat dan sekolah juga komunitas sosial juga agama,“ katanya.
Rudiantara memastikan lembaganya akan terus berupaya mengamankan dunia maya dari konten-konten terkait radikalisme dan terorisme. "Saat ini Kominfo semakin mengoptimalkan kerja mesin pengais (crawling) konten negatif," tandasnya.
Menurut Menteri Kominfo, kerja mesin pengais konten negatif yang diberi nama AIS tersebut saat ini telah ditingkatkan menjadi setiap dua jam sekali, sehingga hasil temuan situs-situs yang berkaitan dengan radikalisme dan terorisme menjadi lebih cepat diatasi.
"Untuk situs, tiap dua jam sekali dilakukan pengaisan menggunakan mesin crawling. Tinggal masukkan keyword (kata kunci) khusus, nantinya akan muncul situs-situs yang berkaitan dengan keyword tersebut. Kita sudah menemukan 1285 kanal dan sudah dilakukan take down," jelasnya.(ak)