telkomsel halo

MASTEL nilai kompetisi di pasar seluler tidak rasional

13:42:05 | 18 Jan 2019
MASTEL nilai kompetisi di pasar seluler tidak rasional
Ketum MASTEL Kristiono.(ist)
JAKARTA (IndoTelko) - Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) menilai kompetisi di industri telekomunikasi sudah tidak rasional karena masih berkutat pada penawaran harga.

"Ributnya masih harga murah-murahan," ungkap Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) Kristiono, dalam sebuah diskusi kemarin.

Menurutnya, tarif jasa telekomunikasi khususnya layanan data di Indonesia merupakan termurah kedua di dunia setelah India. 

Harga layanan data di Indonesia cenderung turun terus. Jika di tahun 2010 harga layanan data Rp 1 per kilobyte (kb), kini harganya hanya Rp 0,015 per kb.

Layanan data yang murah saat tidak membawa dampak positif terhadap masyarakat maupun kinerja keuangan operator telekomunikasi. Justru murahnya layanan daya menguntungkan pemain over the top (OTT) di Indonesia.

“Buat apa kita membuat harga layanan data murah-murahan namun dipakai hanya untuk menyebarkan hoaks dan hanya ditumpangi OTT. Harusnya kemajuan industri telekomunikasi dan digital bisa menjadi transformasi menuju kehidupan manusia yang lebih baik. Kalaupun layanan data murah harus menjadi yang berharga,”terang Kristiono.

Disarankannya, agar industri telekomunikasi kembali sehat, pemerintah segera membuat aturan mengenai digital platform. Sebab saat ini OTT sudah menggerogoti industri nasional dan merugikan negara. 

“OTT banyak yang tidak bayar pajak. Sementara itu eCommerce banyak menjual barang dari luar negeri. Masyarakat Indonesia hanya menjadi pasar saja. Jadi saat ini sudah saatnya pemerintah berpihak kepada industri nasional dengan mengeluarkan aturan mengenai digital platform,”pungkas Kristiono.

Minta Frekuensi
Sementara Ketua Umum Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah meminta pemerintah segera mengeluarkan kebijakan dan regulasi terkait merger and acquisition (M&A) di sektor telekomunikasi.

ATSI juga berharap Kominfo dapat melakukan simplifikasi perizinan serta pemutakhiran regulasi. Terlebih lagi industri telekomunikasi menghadapi teknologi serta layanan baru seperti 5G, Fixed Wireless Access, dan IoT. 

Untuk mengakomodasi perkembangan teknologi telekomunikasi mendatang dan kebutuhan masyarakat akan layanan data, ATSI juga berharap Kominfo dapat menyediakan tambahan frekuensi untuk layanan 5G. 

“Kami anggota ATSI berharap Kominfo dapat menyediakan frekuensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan perkembangan teknologi telekomunikasi mendatang. Khususnya untuk mengakomodasi layanan 5G yang akan segera hadir di Indonesia,”terang Ririek.

Ririek berharap kedepan operator telekomunikasi yang tergabung dalam ATSI mengedepankan kualitas layanan serta ketersediaan jaringan dengan tarif yang terjangkau.

Lebih lanjut Ririek menerangkan, dengan harga layanan data yang rasional serta terjangkau oleh masyarakat, akan membuat industri telekomunikasi semakin tumbuh dan mampu memberikan nilai tambah bagi negara.

GCG BUMN
“Acuan dari industri telekomunikasi yang sehat adalah jika masyarakat, negara dan operator mendapatkan manfaat. ‘Perang’ harga membuat operator tidak sehat dan merugi. Dijangka pendek terlihat seolah olah menguntungkan pengguna, namun dalam jangka panjang ketika operator tidak mendapatkan benefit, kemampuan mereka memberikan layanan yang optimal khususnya kepada masayarakat di daerah tertinggal juga akan semakin berkurang. Ujung-ujungnya negara akan kehilangan manfaat dari pajak maupun PNBP sektor telekomunikasi,” pungkasnya.(tp) 

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year