JAKARTA (IndoTelko) - Keberhasilan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) meluncurkan satelit Nusantara Satu (PSN VI) ke slot orbit pada 21 Februari 01:41 pagi waktu Florida, Amerika Serikat (AS) atau 22 Februari 2019 08:41 pagi WIB dengan roket Falcon 9 milik SpaceX ternyata mendapatkan beragam reaksi dari pengguna internet (warganet) di dunia maya.
Pendiri mesin analisa media sosial Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi dalam unggahan di akun Facebook-nya (24/2) malam menyatakan di media sosial (Medsos) terjadi perang klaim soal satelit Nusantara Satu tersebut dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019 (Pilpres). (
Baca:
Satelit Nusantara Satu)
"Kubu 01 (Calon Presiden Joko Widodo/Jokowi) mengklaim bahwa satelit Nusantara Satu ini adalah capaian luar biasa dari Jokowi, bahkan ada yang menamainya dengan satelit Nusantara #01, seperti nomor urut paslon 01. Kubu 02 (Calon Presiden Prabowo Subianto) tak banyak bersuara, hanya beberapa mengkritik klaim-klaim yang mudah dikeluarkan oleh 01, sebagai karya Jokowi," tulisnya. (
Baca:
PSN dan Proyek Bakti)
Diungkapkannya, tren percakapan tentang satelit ini hanya tinggi pada tanggal 23-24 Februari 2019. Volume percakapan tidak terlalu banyak, hanya sekitar 9.300 di Twitter, dan 393 mention di berita online.
Peta Social Network Analysis (SNA) memperlihatkan hanya ada satu cluster besar, yaitu cluster 01. "Itu pun tidak terlalu ramai. Hanya akun @jokowi saja yang paling besar ukurannya. Cluster 02 hampir tak kelihatan, hanya ada beberapa influencer yang muncul," katanya.
Akun @Jokowi memang pada 22 Februari 2019 menciutkan apresiasinya atas peluncuran satelit Nusantara Satu dan menyatakan infrastruktur tersebut akan memberikan dampak pada peningkatan akses internet di Indonesia.
Sedangkan untuk Interaction rate sangat tinggi (7.550), dan dari SNA tampak karena tingginya response pada twit @jokowi. Namun ada anomali pada 24 Februari pukul 11.00 dengan tingginya mention yang tidak mendapat response yang memadai.
Dalam pantauan IndoTelko, di lini masa memang yang menjadi perdebatan perihal "kepemilikan" dari satelit Nusantara Satu.
Bahkan ada beberapa warganet yang terkesan menyindir dengan menyebut PSN sebagai Perusahaan Satelit Negara. Padahal, faktanya PSN adalah perusahaan swasta murni.
Sedangkan warganet yang berpandangan satelit Nusantara Satu sebagai kesuksesan negara berdasarkan penggunaan yang akan dialokasikan 70% kapasitas KU-Band untuk kebutuhan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI).
Asal tahu saja, Satelit Nusantara Satu menggunakan platform SSL-1300 140 memiliki usia desain 15 tahun dan operasi 20 tahun dengan membawa 52 transponder yang terdiri atas 38 transpinder C Band dan 8 spotbeam KU Band dengan total kapasitas 15 Gbps. Khusus KU Band kapasitas yang dimiliki 13,6 Gbps. (
Baca: Sejarah Satelit Nusantara Satu)
Cakupan dari C Band satelit Nusantara Satu meliputi wilayah Asia Tenggara dan KU Band untuk 8 spot beam meliputi seluruh wilayah Indonesia. Satelit ini akan menempati slot orbit 146 Bujur Timur, tepat di atas Papua. Satelit ini dikendalikan melalui stasiun bumi di Jatilihur.
International Telecommunication Union (ITU) sempat mempersoalkan slot orbit yang dimiliki pemerintah Indonesia pada 2016 karena frekuensi 6665 – 6723MHz dan 12523 – 12679 MHz belum di-bringing back into use (bbiu), dan selanjutnya akan dihapus.
Kondisi itu terjadi karena PSN sebagai operator yang dialokasikan slot orbit pada Desember 2014 menempatkan satelit floater (Palapa C2) yang dikenal sebagai satelit PSN VR di slot orbit 146BT.
Satelit ini untuk mem-bbiu filing Palapa PAC-C 146E dan Palapa PAC-KU 146E di slot orbit 146BT.
Hanya saja, frekuensi onboard satelit PSN VR tidak meng-cover semua frekuensi filing Palapa PAC-C 146E dan Palapa PAC-KU 146E.
Adanya ketidaksesuaian frekuensi tersebut, menyebabkan ITU menyatakan keberatan. ITU menanyakan kelanjutan penggunaan frekuensi yang tidak terdapat pada satelit Palapa C2 yaitu frekuensi 6665 – 6723MHz dan 12523 – 12679 MHz.
PSN pun sempat mengalami kesulitan pendanaan dalam meluncurkan satelit PSN VI. PSN baru bernapas lega pada 2017 ketika Bank Export Development Canada (EDC) dan Grup Sinar Mas ikut dalam pendanaan sehingga kontrak dengan SSL untuk pembuatan satelit HTS bisa dilakukan pada 2017.(id)