telkomsel halo

Siap-siap, 5G bisa datang lebih cepat di Indonesia

13:14:18 | 11 Jul 2019
Siap-siap, 5G bisa datang lebih cepat di Indonesia
Head of Network Solutions Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal
JAKARTA (IndoTelko) - Layanan 5G diperkirakan bisa lebih cepat datang ke Indonesia karena tekanan dari pengguna yang menginginkan kualitas mobile broadband lebih baik dari 4G.

"Jika dilihat dimana pertumbuhan trafik data 100% setiap tahunnya dan kesediaan dari pelanggan untuk membayar lebih demi mendapatkan kualits layanan lebih baik di data, rasanya 5G bisa lebih cepat masuk ke Indonesia," prediksi Head of Network Solutions Ericsson Indonesia, Ronni Nurmal kala memaparkan hasil Ericsson Mobility Report, kemarin.

Diungkapkannya, kondisi saat ini di Indonesia banyak operator terkendala frekuensi dalam menyediakan mobile broadband. "Operator itu bangun terus site atau tambah densitas. Masalahnya kalau frekuensi sudah terbatas kan susah. Solusinya untuk enhance mobile broadband ya 5G. Karena 5G bisa berikan 10 kali kapasitas yang ada dari 4G," ulasnya.

Diakuinya, isu frekuensi masih menjadi hambatan bagi 5G untuk layanan mobile broadband di Indonesia karena frekuensi 3,5 GHz (mid band) atau 28 GHz (High band) bersinggungan dengan layanan satelit. 

"Tetapi sudah ada kemajuan dimana teman-teman pemain satelit katanya mau bicara berapa kapasitas transponder C-Band yang ada dan model kompensasinya. Saya rasa dengan adanya High Throughput Satelit (HTS) dan Jaringan Optik Palapa Ring, kebutuhan transponder C-band itu akan terus berkurang," tuturnya.

Pelanggan Siap
Hal yang mengejutkan adalah dari survei yang dilakukan Ericsson terhadap pengguna dengan Average Revenue Per User (ARPU) Rp100 ribu di Indonesia ketika ditanyakan tentang layanan 5G mengaku tak keberatan untuk menambah biaya Rp50 ribu jika memang layanannya lebih baik.

"Pelanggan di Indonesia siap dengan use case 5G untuk shopping, otomotif, game, hingga smart home," katanya.

Sementara secara global, Ericsson memperkirakan langganan 5G diperkirakan akan mencapai 1,9 miliar pada tahun 2024, karena operator meningkatkan penyebaran dan pengguna beralih ke perangkat 5G

Jangkauan 5G diperkirakan akan mencapai 45%  dari populasi dunia pada akhir tahun 2024. Pada tahun 2024, jaringan 5G diperkirakan akan membawa 35% dari traffic data seluler secara global. 

Ericsson memperkirakan peningkatan jumlah langganan broadband seluler sebesar 400 juta pada tahun 2024.  
Di Asia Tenggara dan Oseania, penggunaan data seluler per bulan diperkirakan akan tumbuh hingga tujuh kali dari 2,3 exabytes (EB) pada 2018 menjadi 16EB pada 2024. 

Sementara masih di wilayah yang sama, penggunaan data per smartphone setiap bulannya akan tumbuh dari 3,6GB menjadi 17GB dengan Tingkat Pertumbuhan Tahunan Majemuk (CAGR) mencapai 29%. Hampir 12%  langganan di wilayah ini diperkirakan akan mengadopsi 5G pada akhir tahun 2024. 

Sementara itu, beberapa perkiraan lainnya pun turut mengalami peningkatan signifikan akibat cepatnya penyerapan 5G. Pada akhir tahun 2024, jangkauan 5G diperkirakan mampu mencapai 45 persen dari populasi dunia. Angka tersebut dapat meningkat menjadi 65%, seiring dengan teknologi spectrum sharing yang memungkinkan implementasi 5G pada pita frekuensi LTE.

Penyedia layanan komunikasi (operator) di beberapa pasar kini telah mengaktifkan  5G seiring dengan hadirnya smartphone yang mendukung jaringan tersebut. Operator di beberapa pasar pun memasang target yang lebih ambisius untuk cakupan populasi hingga 90% di tahun pertama.

Komitmen kuat dari vendor ponsel dan chipset juga merupakan kunci untuk percepatan adopsi 5G. Ponsel pintar untuk semua pita spektrum utama diprediksi akan meramaikan pasar selama tahun ini. Seiring dengan meningkatnya perangkat 5G dan implementasi jaringannya yang semakin masif, total langganan 5G di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai lebih dari 10 juta pada akhir tahun 2019.

GCG BUMN
Amerika Utara diprediksi akan menjadi wilayah tercepat dalam penyerapan 5G,dengan 63%  pengguna ponselnya akan terhubung ke 5G pada tahun 2024. Sementara itu, di posisi kedua adalah negara-negara Asia Timur Laut (dengan 47%) dan diikuti oleh Eropa (40%).(dn)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year