SHENZHEN (IndoTelko) - ZTE Corporation (ZTE) mengungkapkan pada 2019 lebih dari 50 operator telekomunikasi di seluruh dunia secara resmi menggelar peluncuran komersial 5G.
CTO, ZTE, Wang Xiyu yang berbagi pandangannya tentang era 5G mendatang dengan tema "5G: Berupaya Wujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan di tengah Sejumlah Ekspektasi" mengungkapkan operator memasang lebih dari 200.000 base station 5G terbaru dengan frekuensi Sub-6GHz.
Namun, komersialisasi 5G masih berada di tahap awal dalam hal pembangunan infrastruktur. Soalnya, infrastruktur berskala luas hanya dibangun di Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat, serta beberapa negara lain di Eropa dan Timur Tengah.
Menurut perkiraan, Tiongkok akan membangun lebih dari 500.000 base station 5G pada 2020. Infrastruktur base station ini kelak mempercepat penerapan 5G di seluruh dunia. Saat ini, pelaksanaan 5G menemui beberapa kendala, termasuk kebutuhan yang lebih ketat untuk densitas base station, konsumsi listrik yang lebih hemat, serta model bisnis yang lebih menguntungkan. Selain itu, kalangan operator menginginkan Imbal Hasil atas Investasi (RoI) dari beragam industri vertikal, serta ekosistem kolaboratif guna mendukung seluruh industri lewat inovasi 5G.
"Satu dekade sebelumnya, 4G meraih kesuksesan global meski menghadapi ketidakpastian. Namun, pengembangan teknologi dan praktik-praktik inovatif memfasilitasi penerapan komersial 4G sehingga internet seluler mampu mempercepat transformasi sosial," katanya.
Dikatakannya, meski konsumsi listrik per-bit pada 5G secara drastis menurun jika dibandingkan 4G, efisiensi energi tetap menjadi isu utama, khususnya saat jaringan 5G diharapkan mampu mempercepat tingkat pengolahan data hingga lusinan kali.
Chipset kini menentukan kinerja, integrasi, konsumsi energi, dan beberapa parameter penting lainnya dari suatu produk; untuk itu, proses pembuatan cipset sangat penting dalam evolusi produk. Di masa lalu, proses pembuatan cipset 28 nm tersedia bagi peralatan sistem dan perangkat seluler yang memicu komersialisasi 4G.
Kini, chipset 7 nm segera mendorong komersialisasi 5G. Dengan cip baseband 7 nm dan cip DIF yang dikembangkan sendiri, ZTE telah mencetak perkembangan luar biasa, termasuk peningkatan sebesar 40% dalam hal integrasi, peningkatan di atas 20% untuk daya keluaran end-to-end RF, serta pengurangan konsumsi listrik dan bobot produk sebesar 30%. Pada 2020, cipset tersebut kelak dipakai secara luas pada jaringan 5G.
Dalam beberapa tahun mendatang, melalui pengembangan teknologi yang berkelanjutan, konsumsi listrik dan bobot produk akan terus dikurangi. Dengan demikian, pengembangan cipset 7nm/5nm yang terdepan di industri akan memperkuat kepemimpinan produk-produk 5G buatan vendor terkemuka.
Kendala cakupan layanan pada pita spektrum 5G yang lebih besar dapat dimitigasi dengan sejumlah teknologi baru, seperti Massive MIMO. Untuk itu, densitas base station 5G di wilayah perkotaan akan menyerupai base station 4G.
Integrasi multivendor masih menjadi tantangan terbesar bagi komersialisasi 5GC. Saat ini, Cloud-Native Architecture (CNA) dan Service Based Architecture (SBA) telah mewujudkan pemisahan perangkat lunak-keras (software-hardware decoupling) serta digunakan secara komersial. Layanan network slicing mampu mencapai automatic cross-deployment pada RAN, transport network, dan jaringan inti yang dibangun oleh satu vendor.
Kalangan operator tengah menjajaki integrasi multivendor guna meningkatkan standar management domain yang memfasilitasi pemasangan jaringan terpadu secara otomatis (automatic end-to-end deployment). Sejumlah layanan biasa hadir melalui komersialisasi 5GC, termasuk 5G VoNR, layanan SMS, billing, inter-RAT handover, serta migrasi data pengguna tanpa harus mengganti kartu SIM atau nomor. Layanan-layanan ini berhasil melalui Interoperability Testing (IOT), serta membuktikan kemampuannya untuk mendukung skenario eMBB.
Standar-standar untuk layanan yang berorientasi pada industri vertikal, seperti pemosisian 5G yang sangat cermat, ESTUN, NPN, TSN, dan 5G LAN semakin stabil. ZTE telah menjadi pemain terdepan yang mempromosikan komersialisasi 5GC berdasarkan produk-produk 5GC yang mapan, pengujian lapangan, serta kinerja jaringan.
Dalam tahap awal pengembangan 5G, standar untuk peralatan pengguna 5G dan sistem 5G masih dilakukan. Untuk itu, para vendor dengan keahlian 5G terpadu menjadi pemimpin industri yang melaksanakan pengoperasian terpadu dan secara lebih baik memanfaatkan pita spektrum. Pada Februari 2019, ZTE merilis Axon 10 Pro 5G, ponsel pintar 5G perdana di Tiongkok untuk penggunaan komersial.
Pada akhir 2019, penjualan ponsel pintar 5G di pasar global telah mencapai 5 juta unit, mengambil porsi 0,15% dari penjualan total ponsel pintar global. Pada Triwulan I-2020, ZTE ingin meluncurkan serangkaian ponsel pintar 5G generasi baru berjenis multimode multi-frequency, seperti Axon 11.
Di akhir 2020, ponsel pintar 5G buatan ZTE yang paling murah diperkirakan mencapai US$ 300, serta harga modul SA untuk sejumlah industri vertikal juga diprediksi turun drastis. Dengan cakupan jaringan 5G yang lebih luas, kalangan operator global memperkirakan, pada akhir 2020, peralatan pengguna 5G di seluruh dunia akan mencapai 160 juta unit.
Transformasi Digital
ZTE berkolaborasi dengan mitra-mitra industri vertikal demi memaksimalkan nilai tambah dari setiap aplikasi teknologi. Lebih lagi, ZTE telah menjajaki integrasi luas 5G dan industri vertikal bersama Sany Heavy Industry, Xinhua News Agency, Tianjin Port, dan Suning. Semua pihak ikut mempromosikan transformasi digital di industrinya masing-masing.
Sejumlah praktik dan eksplorasi 5G di industri-industri vertikal menunjukkan betapa besarnya kebutuhan pelaku industri terhadap kombinasi skenario riil serta virtual. Di banyak aplikasi 5G, layanan video dianggap penting bagi transformasi digital.
Meski 4G mendukung pengiriman teks, data, gambar, dan video berukuran kecil, 5G menjamin pengiriman yang andal untuk sinyal pengendali dan layanan video dengan interaksi, aspek real time, serta latensi determinan. Dengan mempromosikan digitalisasi pada masyarakat dan mengubah sistem kontrol digital menjadi sejumlah aplikasi, 5G bisa mempercepat transformasi digital.
Di era 2G, kalangan operator berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur jaringan. Hal ini dilakukan agar mereka semata-mata menikmati hasilnya. Pihak operator lalu mengalami masa kejayaannya saat layanan panggilan suara tampil dominan. Di era 3G dan 4G, lemahnya korelasi antara konten dan jaringan membuat penyedia layanan OTT harus berbagi manfaat dari jaringan yang ada.
Itu sebabnya, para pihak yang tetap berada di posisi terdepan dalam internet seluler dan cloud computing mampu menjadi raksasa industri. Di era 5G, kebutuhan terhadap bandwith besar, interaksi yang tinggi, serta latensi determinan menghasilkan layanan yang lebih bergantung pada jaringan untuk menghadirkan konten, komputasi, dan penyimpanan data.
Teknologi 4G tampil sebagai katalis bagi pengembangan cloud computing, sementara, 5G menjadi penggerak layanan video terdistribusi, real time, serta tersinkronisasi dalam era cloud computing. Kalangan operator telekomunikasi akan berbagi manfaat yang dihadirkan perekonomian digital, berbasis pada sumber daya jaringan terbaik dan daya saingnya.
Lewat kolaborasi dengan sejumlah perusahaan terkemuka di beragam industri, ZTE bertekad untuk meningkatkan pengembangan industri-industri vertikal melalui 5G, serta membantu seluruh mitra sehingga mereka memiliki kemampuan penting seperti Cloud XR, AI, intelligent interconnection, high-precision positioning, serta keamanan jaringan bagi aplikasi industri.
Ekosistem Multivendor
Tak seperti sektor konsumen yang biasa ditemui, transformasi digital dalam industri vertikal memerlukan ekosistem yang lebih mapan dan keandalan yang berkembang pesat, dari 99,9% menjadi 99,999%, bahkan lebih besar lagi. Perangkat lunak penting, seperti sistem operasi dan bank data, merupakan aspek mendasar guna mengoptimalkan perangkat keras serta aplikasi.
Sistem operasi NewStart dari ZTE telah diterapkan pada bidang-bidang utama dalam industri telekomunikasi, kereta api cepat, energi, otomotif, serta otomatisasi industri. Terjual lebih dari 200 juta set di pasar global, sistem operasi NewStart telah menjadi teknologi fundamental yang menjamin evolusi sosial secara andal.
Di era 5G, jumlah data dan transaksi bisnis yang diproses kelak semakin bertambah. Itu sebabnya, arsitektur jaringan yang biasa dengan server-server khusus dan bank data terpusat tidak mampu lagi mendukung jalannya layanan dalam jangka panjang.
Soalnya, arsitektur jaringan tersebut memiliki keterbatasan dalam hal kinerja sistem, skalabilitas, serta fleksibilitas. Sementara, aplikasi bank data yang terdistribusi memiliki kinerja dan keandalan lebih baik.
Hal ini memastikan sejumlah teknologi baru dapat diterapkan dengan segera dalam ekosistem, serta menyingkirkan risiko penyusutan ekosistem, kesulitan dalam pengembangan SDM, serta biaya tinggi yang dimiliki server khusus. GoldenDB, bank data terdistribusi dari ZTE, telah dipakai bank-bank terkemuka dalam sistem kartu kreditnya demi memenuhi kebutuhan bisnis yang lebih ketat. GoldenDB telah membantu para pelanggan ketika arus penggunaan melonjak drastis saat Festival Belanja "Double 11" (11 November) dan "Double 12" (12 Desember) berlangsung. Lebih lagi, bank data tersebut menjadi model bagi sejumlah aplikasi bank data inovatif lainnya di beragam industri.
"ZTE berkomitmen untuk memfasilitasi komersialisasi 5G dan pembangunan information superhighway, serta mengembangkan transformasi digital dengan membantu industri-industri vertikal lewat 5G. ZTE mempromosikan sistem operasi NewStart dan bank data GoldenDB buatannya yang marak dipakai dan mapan. Dengan demikian, ZTE bertekad mewujudkan kesuksesan ekosistem tersebut," katanya.(wn)