telkomsel halo

Garap SATRIA, PSN ngaku tak untung

09:49:38 | 05 Sep 2020
Garap SATRIA, PSN ngaku tak untung
Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso
JAKARTA (IndoTelko) - PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) mengaku tak menikmati keuntungan secara komersial dalam menggarap proyek Satelit Multifungsi Republik Indonesia (SMF SATRIA).

PSN melalui anak usahanya, PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) bersama dengan Konsorsium PSN merupakan konsorsium yang menggarap SMF SATRIA.

“Kami perlu menekankan bahwa ini proyek SATRIA bukan proyek yang sangat menguntungkan secara komersial bagi perusahaan. Namun, kami merasa terhormat dapat mengemban tanggung jawab dan dapat diikutsertakan dalam membangun Indonesia. Kami berterima kasih kepada Menteri Komunikasi dan Informatika dan jajarannya, BAKTI, para pendukung pendanaan dari bank sindikasi Bpi, HSBC, Santander, KDB, AIIB, dan Perusahaan Penjamin Infrastruktur Indonesia, serta semua pihak yang telah mendukung pelaksanaan proyek SMF. Kami berharap dengan proyek SATRIA benar-benar dapat mengentaskan kesenjangan digital di Indonesia,” kata Direktur Utama PSN sekaligus Direktur Utama SNT Adi Rahman Adiwoso, kemarin.

Ditambahkannya, konstruksi akan segera dilakukan Thales Alenia Space (TAS) usai Preparatory Work Agreement (PWA) dilakukan pada September ini.

Menurut Adi, proyek SATRIA bagi kelompok usaha PSN merupakan bagian dari rangkaian Satelit Nusantara yang dimulai sejak 2019.

Satelit multifungsi ini memiliki kapasitas 150 gigabyte per second (Gbps) dengan menggunakan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dan memakai frekuensi Ka-Band.

“Dengan kapasitas sebesar 150 Gbps berarti lebih besar tiga kali lipat dari semua kapasitas satelit nasional yang saat ini masih digunakan. Kami yakin SATRIA dapat menjadi jawaban dari digital gap yang masih terjadi di Indonesia,” jelas Adi.

Adi menjelaskan bahwa total investasi SATRIA yang mencapai US$550 juta atau Rp 8 triliun akan dibiayai oleh sindikasi perbankan bank-bank internasional yaitu The Hongkong and Shanghai bank Corporation Limited (HSBC), Banco Santander, S.A (Santander) dan The Korean Development Bank (KDB) yang didukung oleh bank penjamin yaitu Bpi France Assurance Export (Bpi)-Export Credit Agency dari Perancis- dan lembaga keuangan multilateral, Asia Infrastructure Investment Bank (AIIB), yang berbasis di Beijing, Tiongkok, dengan persentase fasilitas pinjaman sekitar US$425 juta (sekitar Rp 6,3 triliun) atau dengan persentase 77,27% dari seluruh total investasi.

Sedangkan sisanya sebanyak US$125 juta atau setara 22,73% dari total investasi SATRIA akan menggunakan modal Konsorsium PSN.

Adi juga menjelaskan, dengan menerapkan teknologi VHTS, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dapat melakukan efisiensi biaya sewa SATRIA yaitu hanya akan berkisar 12-20% dari biaya sewa pemerintah saat ini.

Konsultan satelit terkemuka di dunia asal Amerika Serikat, Northern Sky Research, memprediksi harga 1 megabyte per second (Mbps) pada 2024 mendatang di pasar masih akan dua kali lebih mahal dari yang dibayarkan BAKTI untuk proyek SATRIA ini.

GCG BUMN
"Pemerintah sudah tepat menerapkan program ini karena memiliki biaya sewa kapasitas yang murah dan terjangkau yang membuat pemerintah dapat menghemat anggaran. Indonesia bisa secepatnya menjadi digital society dengan mempermudah pendidikan, pemerintahan, kesehatan, perekonomian, dan sebagainya dengan akses internet. Kesetaraan digital ini menyiapkan seluruh bangsa menghadapi masa depan yang sebagian besar berdasarkan digital world,” katanya.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories