JAKARTA (IndoTelko) - Lanskap bisnis digital yang berkembang di kawasan Asia Pasifik melihat tren operasi bergerak ke teknologi komputasi awan (cloud).
Perusahaan mengumpulkan sejumlah besar data yang memerlukan analisis, perlindungan, dan penyimpanan, yang kemudian data tersebut membawa peluang bisnis yang signifikan, khususnya bagi UKM.
Berdasarkan data IDC, perusahaan kecil (UKM)meningkatkan investasi mereka dalam produk dan layanan teknologi informasi yang menunjukkan bahwa pengeluaran transformasi digital di seluruh dunia akan tumbuh dengan stabil selama periode perkiraan 2019-2023 dan mencapai 17,1%. Namun, banyak dari UKM masih kekurangan tim TI internal khusus yang diperlukan untuk mengejar tujuan bisnis mereka.
Menurut VP and GM Zoho Corp untuk kawasan Asia Pasifik Gibu Mathew, perusahaan kecil umumnya berjuang untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan terus menerus berinovasi. Seperti yang dicatat oleh para peneliti, media sosial dapat menjadi cara yang relatif hemat biaya bagi UKM dalam meningkatkan brand awareness, kunjungan ke web serta penjualan.
“Ini tentu saja tergantung pada apakah mereka dapat mengatasi tantangan teknologi yang dihadapi tim TI, seperti menyediakan perangkat seluler dan aplikasi berbasis komputasi awan yang diperlukan karyawan untuk berkolaborasi,” tuturnya.
Perangkat kolaborasi berbasis cloud bisa membantu tim internal menjadi lebih kreatif dan saat mengembangkan solusi untuk meningkatkan pendapatan. Peningkatan aksesibilitas data di beberapa perangkat juga memungkinkan peningkatan mobilitas proses bisnis, karena persetujuan dan keputusan dapat dibuat lebih cepat. Karena keterlibatan langsung mereka dengan pelanggan, staf penjualan dan dukungan pelanggan biasanya memiliki akses ke informasi pelanggan yang tidak selalu tersedia untuk pemasaran.
“Di sisi lain, tim pemasaran biasanya menyusun rencana kampanye tanpa melibatkan tim penjualan. Dengan platform berbasis cloud, ketika tim penjualan dan pemasaran dapat berkolaborasi, mereka dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat. Tim penjualan dapat berdiskusi secara langsung dengan tim pemasar untuk meningkatkan konten baru secara real time, dan tim internal lainnya dapat dengan cepat mengakses informasi prospek terbaru dari jarak jauh,” tuturnya.
Menurut Gibu, ada empat manfaat dalam mengadopsi teknologi ini untuk UKM agar mudah berkolaborasi. Pertama, dari sisi biaya jauh lebih hemat. Sebelumnya, teknologi informasi menjadi pembeda dan hanya perusahaan besar yang mampu berinvestasi di dalamnya. Saat ini departemen TI telah merangkul perangkat lunak berbasis cloud. Bagi UKM yang mengadopsi teknologi awan, selain membantu menjembatani kesenjangan dari sisi sumber daya TI, juga meminimalkan biaya.
“Selain itu juga bisa mengurangi kompleksitas. Perangkat berbasis cloud lebih mudah diakses oleh karyawan dan membutuhkan lebih sedikit pengawasan. Seiring dengan berkembangnya prioritas bisnis, solusi cloud memerlukan lebih sedikit penyesuaian untuk memenuhi kebutuhan yang berubah,” katanya.
Kemudahan lainnya dalam hal mengintegrasikan software pihak ketiga dengan lebih mudah, karena data ada di cloud. Di masa lalu, Application Programming Interfaces (API) yang sangat penting untuk mengintegrasikan alat dari vendor yang berbeda, sulit diperoleh atau bahkan tidak kompatibel, dan mengintegrasikan berbagai solusi perangkat lunak yang terlibat dalam satu proses bisnis memerlukan konsultan yang dibayar tinggi untuk dapat bekerja. Alat kolaborasi cloud saat ini jauh lebih sederhana dengan arsitektur yang jauh lebih terbuka sehingga memudahkan integrasi antara beragam platform dan produk.
Kelebihan lainnya, perangkat kolaborasi berbasis cloud menawarkan pengalaman yang sama seperti platform media sosial Facebook, WhatsApp dan Instagram sehingga cocok dengan pengalaman karyawan dan tenaga kerja muda di Asia.
“Tidak mengherankan karyawan bekerja lebih baik ketika perangkat lunak bisnis mereka memberikan pengalaman yang sebanding. Komputasi adalah masa depan seiring dengan dunia bisnis yang semakin mobile.(wn)