telkomsel halo

50% Telehealth mengkhawatirkan keamanannya

10:26:27 | 27 Nov 2021
50% Telehealth mengkhawatirkan keamanannya
JAKARTA (IndoTelko) - Penelitian terbaru Kaspersky mewawancarai sebanyak 389 penyedia layanan kesehatan dari 36 negara dan hasil menunjukkan bahwa 91% organisasi medis telah menerapkan kapabilitas telehealth, dengan 44% mulai menggunakannya setelah pandemi. Pada saat yang sama, sebanyak 52% responden pernah mengalami kasus di mana pasien menolak layanan telehealth karena alasan keamanan.

Peristiwa global dalam sektor kesehatan pada 2019-2020 telah mengubah persepsi orang tentang industri ini. Organisasi medis telah beradaptasi dengan kondisi baru, dan hari ini, 56% institusi kesehatan berencana untuk meningkatkan investasi mereka dalam solusi telehealth dan perawatan virtual. Kaspersky melakukan survei terhadap para pembuat keputusan di industri kesehatan untuk mempelajari bagaimana transformasi digital industri berjalan dan masalah apa yang menurut mereka harus dipecahkan demi menciptakan kemudahan dan kesamarataan akses ke perawatan yang terjangkau, cepat, dan berkualitas.

Menurut penelitian Kaspersky, 71% responden global percaya bahwa layanan telehealth akan memberikan nilai tambah terbesar bagi sektor kesehatan dalam lima tahun ke depan. Para profesional mencatat bahwa pengobatan jarak jauh merupakan hal yang praktis dan bermanfaat dari berbagai sisi, dengan keuntungan seperti jangkauan langsung, penularan penyakit yang lebih sedikit antara pasien dan staf, hingga kemampuan untuk membantu lebih banyak orang dalam waktu yang lebih singkat.

Pendekatan positif ini sejalan dengan praktik medis nyata. Hampir setengah dari organisasi (42%) setuju, bahwa sebagian besar pasien mereka lebih tertarik pada sesi jarak jauh daripada tatap muka karena kenyamanan yang ditawarkan. Fitur menarik lainnya bagi pelanggan adalah bahwa teknologi modern menghemat waktu, tenaga dan uang dan memberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan spesialis yang lebih berpengalaman.

Manfaat ini telah menyebabkan layanan telehealth menjadi lebih diminati oleh pasien dari semua kelompok umur. Berlawanan dengan stereotip bahwa orang tua cenderung tidak mempercayai teknologi modern, hanya 51% yang sepakat bahwa mayoritas pasien organisasi mereka yang menggunakan format jarak jauh berusia di bawah 50 tahun.

Layanan paling umum yang disediakan oleh organisasi adalah telehealth sinkron (51%), seperti komunikasi waktu nyata dengan pasien, termasuk panggilan video atau obrolan. Layanan terpopuler kedua adalah pemantauan pasien jarak jauh melalui perangkat yang dapat digunakan (41%), diikuti oleh teknologi telehealth asinkron (39%). Metode ini mengumpulkan dan menyimpan data pasien dalam platform berbasis cloud yang aman untuk digunakan lebih lanjut oleh perawat profesional.
 
Namun, 74% responden mengalami kasus di mana pasien menolak panggilan video dengan staf medis, dengan 52% melaporkan bahwa orang menolak layanan telehealth karena masalah privasi atau data. Alasan lain yang dikutip termasuk kurangnya kepercayaan umum terhadap telehealth (33%), perasaan enggan untuk tampil di video (32%) dan peralatan yang kurang memadai (30%).

Faktanya, bukan hanya pasien yang mengkhawatirkan privasi: 81% penyedia layanan kesehatan menyatakan bahwa dokter di organisasi mereka telah menyuarakan keprihatinan tentang perlindungan data pasien saat melakukan sesi jarak jauh, dan hanya 36% responden yang sangat yakin bahwa organisasi mereka memiliki langkah-langkah keamanan yang tepat.

GCG BUMN
“Kepercayaan selalu menjadi indikator penting bagi sektor kesehatan. Tetapi hari ini, karena semakin banyak organisasi medis mengandalkan teknologi dan penawaran digital untuk mendukung layanan mereka, begitupun pasien yang ingin merasa aman tentang privasi data medisnya. Itu berarti tingkat kepercayaan dalam industri berhubungan erat dengan kemampuan penyedia untuk memastikan keamanan dari informasi sensitif yang mereka kumpulkan, simpan, dan bagikan. Dengan perkembangan pesat dan kompleksitas yang membuat industri kesehatan menjadi ranah meggiurkan bagi para pelaku kejahatan siber, saatnya bagi institusi kesehatan untuk menjadikan keamanan siber sebagai prioritas utama mereka. Mereka harus terus mengevaluasi tingkat pertahanan saat ini, dan dengan bijak mengadopsi solusi dan alat yang tepat. Dengan cara ini, mereka akan membangun masa depan yang lebih cerah di mana jarak atau risiko keamanan siber tidak akan menjadi penghalang dan semua orang dapat menerima bantuan medis berkualitas tinggi,” komentar Executive Vice President, Corporate Business di Kaspersky Evgeniya Naumova.(ak)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories