JAKARTA (IndoTelko) - HID Global mengumumkan Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2023 pada 2 Maret 2023. Hasil tersebut didapat dengan mengumpulkan pendapat dan masukan dari 2.700 mitra, end users (pengguna), serta staf keamanan dan IT dari berbagai jabatan dan kelompok organisasi yang mewakili lebih dari 11 sektor industri.
“Kami bersyukur dapat membagikan wawasan kepada para profesional bidang keamanan yang ada di dalam Laporan Industri Keamanan dan Identitas 2023. Dengan pemetaan tren dinamika industri terkait akan dapat membantu menyediakan pemahaman yang lebih dalam akan kebutuhan pelanggan termasuk tantangannya. Kami yakin laporan ini akan membantu rekan dan partner dalam bidang keamanan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk beradaptasi dan menggunakan kesempatan yang ada dengan solusi-solusi yang inovatif,” kata Head of Sales, Extended Access Technolgies HID Asia Pasifik, Rocky Chow.
Dikatakannya, dengan melihat faktor pendorong inovasi di masa yang akan datang dan teknologi pendukungnya, industri keamanan diperkuat untuk memberikan nilai lebih kepada suatu organisasi dan individu.
Dilakukan pada kuartal keempat 2022, survei ini mengungkap lima poin utama yang terjadi dalam industri keamanan, diantaranya:
1. Hampir 90% responden menganggap program keberlanjutan sebagai isu penting
End users semakin menuntut penyedia jasa untuk semakin transparan dalam hal operasional, sumber daya produk dan pelaksanaan R&D (Research & Development) mereka. Sebanyak 87% responden menyatrkan faktor keberlanjutan dinilai sebagai “penting hingga sangat penting.” Maka tidak heran jika 76% responden mengatakan pula bahwa mereka telah melihat pentingnya meningkatkan program keberlanjkutan bagi pelanggaran mereka.
Demi mendukung permintaan yang terus meningkat ini, maka para praktisi keamanan semakin banyak memanfaatkan cloud dan Internet of Things untuk mengoptimalkan proses dan mengurangi sumber daya mereka. Selain itu, produk dan solusi baru dikembangkan secara strategis untuk mengatasi penggunaan energi berlebih, mengurangi limbah, dan mengoptimalkan sumber daya.
2. Kebanyakan organisasi masih perlu pemahaman lebih lanjut soal identitas “as-a-service” (IdaaS) untuk mendukung model kerja hybrid
Mayoritas responden, sebesar 81%, menyatakan bahwa mereka menawarkan opsi model kerja hybrid. Sebagai contoh, 67% responden mengatakan bahwa multifactor authentication dan passwordless authentication merupakan hal yang paling penting untuk beradaptasi dengan model kerja hybrid dan remot work. Sedangkan 48% responden mengacu pada pentingnya identitias yang bersifat digital dan mobile.
Menariknya, hasil survei juga mengungkapkan bahwa masih banyak organisasi yang belum siap untuk menerapkan strategi IdaaS secara komprehensif.
3. Digital ID dan mobile authentication sebagai pendorong penerapan mobile access lebih banyak lagi
Proses identifikasi dan otentikasi lebih umum dilakukan melalui perangkat selular, termasuk smartphones dan wearables. Popularitas dompet digital yang semakin meningkat dari para pemain besar - seperti Google, Apple, dan Amazon - menjadi pendorong utama tren ini. Kemampuannya pun telah diperluas sebagai pengguna smartphone, misalnya, memungkinkan pengguna menggunakan fitur smartphone sebagai kunci, sebagai kartu identitas dan dokumen digital, langsung di aplikasi dompet digital. Hal ini juga dapat meliputi, namun tidak terbatas, pada surat ijin mengemudi (SIM) di beberapa negara, informasi vaksinasi COVID-19 yang dapat diverifikasi, tanda pengenal karyawan, tanda pengenal mahasiswa, dan kunci kamar hotel.
Menurut hasil survei HID, perusahaan properti komersial (40%) melampaui sektor industri vertikal lain dalam hal penggunaan identifikasi dan otentifikasi secara selular. Hal ini dikarenakan perusahaan properti komersil banyak yang memanfaatkan mobile access sebagai bagian dari penawaran produk mereka.
4. Hampir 60% responden merasakan manfaat dari contacless biometrics
Teknologi biometrik merupakan terobosan besar dari kontrol akses konvensional. Pengembangan biometrik sebagai faktor otentikasi tambahan (seperti pemindai biometrik untuk memverifikasi identitas fisik seseorang) dapat membantu organisasi mengeliminasi akses yang tidak sah atau penipuan. Pentingnya tren ini tercermin dalam data survei yang menunjukkan bahwa 59% responden saat ini sedang menggunakan, merencanakan, mengimplementasikan, atau setidaknya sedang mencoba teknologi biometrik dalam waktu dekat.
5. Walaupun rantai pasokan masih menjadi kekhawatiran industri, namun rasa optimis mulau muncul
Menurut survei, responden mengatakan bahwa mereka terkena dampak maasalah rantai pasokan pada 2022. Untungnya, 50% responden merasa optimis bahwa kondisi mereka akan membaik pada 2023. Perusahaan properti komersial merasakan dampaknya paling besar, di mana sebanyak 78% responden menyebut masalah ini sebagai kekhawatiran utama mereka.
Lebih dari dua pertiga organisasi dengan kurang dari 1.000 karyawan mengindikasikan bahwa mereka sangat terkena dampak masalah rantai pasokan pada 2022. Namun, mereka juga yang paling optimis bahwa masalah dalam area ini akan teratasi pada 2023.(wn)