JAKARTA (IndoTelko) - Pekan ini menjadi periode yang sibuk untuk pasar kripto. Hingga tengah pekan terakhir April ini, harga Bitcoin (BTC) sempat turun 10% dalam seminggu terakhir, padahal sebelumnya aset kripto ini mengalami kenaikan harga hingga US$ 31.000, namun beberapa hari kemudian terkoreksi hingga di level US$ 27.000.
Faktor utama pendorong BTC kembali mendapatkan sinyal bullish adalah kolapsnya saham First Republic Bank. Ketika itu Bitcoin telah mengklaim kembali level US$ 28.000 dari US$ 27.000. kenaikan US$ 1.000 adalah perkembangan penting, kemampuan Bitcoin untuk retest dan menahan garis support merupakan sesuatu yang krusial. Pasalnya, jika level ini bertahan maka hal tersebut dapat menanamkan kepercayaan pada bulls kripto untuk mendorong harga lebih tinggi.
"Kenaikan harga yang tiba-tiba ini dapat mengarah pada prospek BTC yang sangat positif. Dalam beberapa bulan terakhir, bank tradisional telah sedang alami masalah likuiditas dan kebangkrutan. Hal ini tentu saja memberikan keuntungan bagi kripto seperti Bitcoin secara signifikan. Investor beralih banyak yang beralih pada Bitcoin atau emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan sistem keuangan," kata Trader Eksternal Tokocrypto, Fyqieh Fachrur.
Namun, kebahagiaan tidak berlangsung lama. Harga Bitcoin (BTC) kembali beraksi bak roller coaster dengan penurunan drastis sekitar 7 persen dalam waktu satu jam saja, dari US$ 29.850 menjadi US$ 27.341 pada Kamis (27/4). Penurunan tersebut dikaitkan oleh kesalahan perusahaan analitik blockchain, Arkham Intelligence yang mengirimkan peringatan yang salah kepada pengguna mereka bahwa wallet yang terkait dengan Mt. Gox dan pemerintah Amerika Serikat telah mulai memindahkan sejumlah besar Bitcoin. Setelah kabar itu dibantah Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan mulai bangkit dan kini bergerak sideways cenderung masih nyaman di zona hijau.
Sentimen bullish
Sinyal bullish masih kuat untuk pasar kripto dari indikator makroekonomi. Banyak faktor pendukungnya, seperti Ekonomi AS tumbuh dengan kenaikan PDB sebesar 1,1% di Q1. Klaim pengangguran turun dari 246 ribu menjadi 230 ribu, menghilangkan kekhawatiran langsung atas pasar tenaga kerja AS.
Di samping itu, laporan pendapatan perusahaan mendukung sesi bullish, dengan pasar merespons positif hasil dari Meta (META) dan Amazon.com (AMZN). Indeks saham AS pun positif NASDAQ naik 2,43%, dengan Dow dan S&P 500 mengakhiri hari masing-masing naik 1,96% dan 1,57%.
"Sentimen bull juga semakin kuat terlihat dari Bitcoin Fear and Greed Index yang melonjak tinggi pada Jumat (28/4) berada di level 64, kategori Greed. Angka ini naik drastis dari hari sebelumnya yang berada angka 59. Kenaikan ini juga didukung dengan indeks dolar AS (DXY) yang terpantau terus melemah di level 101 (-0,04)," tutur Fyqieh.
BTC perlu melewati level US$ 29.888 untuk menargetkan Level Resistensi Utama Pertama (R1) di US$ 30.113 yang akan menandakan sesi bullish diperpanjang. Jika reli diperpanjang, BTC kemungkinan akan menguji Level Resistensi Utama Kedua (R2) di US$ 30.747. Level Resistensi Utama Ketiga (R3) berada di US$ 32.240.
Hal yang perlu diwaspadai oleh investor saat ini adalah rapat FOMC The Fed minggu depan. CME FedWatch Tool saat ini menunjukkan probabilitas 87% dari kenaikan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan kebijakan moneter The Fed nanti. Ini bisa menjadi sinyal bullish selanjutnya untuk Bitcoin dan pasar kripto.(wn)