JAKARTA (IndoTelko) - Dinamika harga Bitcoin dalam beberapa waktu belakangan ini cukup mempesona.
Trader External Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga Bitcoin. Menurutnya, kenaikan ini didorong oleh proposal ETF Bitcoin Spot dari sejumlah perusahaan besar seperti Blackrock, Fidelity, Wisdomtree, Valkyrie, dan Invesco.
"Berita ini akan memberikan dampak positif dalam beberapa bulan mendatang dan bisa menjadi salah satu sentimen utama dalam persiapan untuk Halving Bitcoin tahun depan," ujar Fyqieh.
Hari Rabu (21/6) lalu, pasar kripto merespon positif pengajuan Blackrock, perusahaan manajemen aset dengan total dana kelola lebih dari US$ 10 triliun. FOMO (Fear of Missing Out) yang muncul di kalangan investor ritel memicu mereka untuk masuk lebih awal sebelum proposal ETF Bitcoin Spot ini disetujui dan diimplementasikan.
Meski proposal ini belum mendapat persetujuan dari SEC, Blackrock telah menerima dukungan suara yang sangat tinggi, yaitu 575 suara dari total 576 suara. Informasi ini berdampak positif pada pasar aset kripto.
Menurut Fyqieh dengan total dana kelola lebih dari US$ 18 triliun dari kelima perusahaan tersebut, ada potensi aliran aset dan dana dari saham dan obligasi negara ke Bitcoin. "Ini bisa memicu peningkatan harga BTC yang signifikan. Namun, tidak semua dana tersebut akan beralih ke Bitcoin, melainkan hanya sebagian kecil saja," katanya.
Mengenai prospek harga Bitcoin hingga akhir semester 1 dan akhir tahun 2023, Fyqieh memperkirakan Bitcoin akan mencapai level US$ 33.000 atau sekitar Rp 493 juta di akhir semester ini. "Harga US$ 33.000 merupakan harga Lower Low yang terjadi pada Januari 2022. Indikator Stochastic RSI harian telah mencapai poin 100/100, menandakan kondisi overbought. Kenaikan harga saat ini dianggap tidak wajar karena adanya FOMO yang berlebihan," jelas Fyqieh.
Sementara itu, dalam jangka waktu mingguan dan bulanan, Bitcoin diperkirakan akan terus mengalami tren bullish. Namun, untuk mengkonfirmasi kenaikan harga menuju US$ 33.000, Bitcoin perlu berhasil menembus level resistensi di harga US$ 31.000 atau Rp 463 juta dan menutup di atasnya secara harian.
"Untuk awal semester depan, target harga Bitcoin sekitar US$ 34.800 (Rp 520 juta). Prediksi ini didasarkan pada golden ratio fibonacci retracement 1.68 yang ditarik dari harga US$ 31.000 ke US$ 25.000," tambah Fyqieh.
Namun, Fyqieh juga mengingatkan bahwa pasar kripto sangat volatil dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang sulit diprediksi. Oleh karena itu, investasi dalam Bitcoin dan aset kripto lainnya selalu melibatkan risiko tinggi, dan keputusan investasi harus didasarkan pada penelitian menyeluruh dan pemahaman yang baik terhadap risiko yang terkait.
Pada trennya, jika dilihat secara bulanan, Bitcoin diprediksi akan mengalami tren bullish pada bulan Juli, dengan potensi kenaikan harga lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus. "Jika Blackrock mulai mengimplementasikan proposalnya, maka bulan-bulan berikutnya kemungkinan akan mengalami tren bullish yang lebih kuat, dengan potensi kenaikan hingga US$ 40.000 atau sekitar Rp 579 juta. Meski begitu, target terdekat yang realistis adalah US$ 35.000 atau Rp 523 juta, dan kita perlu menunggu konfirmasi pergerakan harga selanjutnya," pungkas Fyqieh.(wn)