CrowdStrike mengamati adanya peningkatan tiga kali lipat jumlah insiden serangan pada Linux tool linPEAS, yang digunakan pelaku untuk memperoleh akses ke metadata di lingkungan cloud, atribut jaringan, dan berbagai kredensial yang bisa mereka salahgunakan.
Menurut Head of Counter Adversary Operations CrowdStrike, Adam Meyers,
dalam upaya pelacakan pihaknya terhadap lebih dari 215 pelaku serangan dalam setahun terakhir, ia melihat bahwa ancaman keamanan siber jadi kian rumit dan dalam, akibat para penjahat siber yang kian gencar beralih menggunakan strategi dan platform baru, contohnya penyalahgunaan kredensial yang valid dalam membidik celah-celah kerentanan (vulnerability) di cloud maupun perangkat lunak.
"Di saat kita berbicara tentang bagaimana cara menghentikan kejahatan siber, kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa para pelaku kejahatan ini terus bergerak dengan semakin lihai dan mereka menggunakan taktik yang sengaja dirancang untuk menghindari metode deteksi konvensional. Para pemimpin keamanan perlu berdiskusi dengan tim mereka untuk mencari solusi yang dapat menghentikan pergerakan lateral pelaku serangan siber dalam waktu tujuh menit saja," tambahnya. (mas)