JAKARTA (IndoTelko) - Bitcoin mencatat kenaikan harga lebih dari 13% dalam satu pekan terakhir, menyentuh angka $64,8 ribu atau setara sekitar Rp1,05 miliar. Kenaikan tersebut menandai keberhasilan Bitcoin untuk melakukan recovery pasca koreksi yang terjadi sejak awal Juni lalu. Selain itu, ETF Bitcoin Spot juga membukukan aliran dana neto positif dalam tujuh hari terakhir secara berturut-turut dengan dua hari perdagangan terakhir yakni pada 12 dan 15 Juli membukukan netflow positif lebih dari $300 juta.
Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan situasi tersebut mengindikasikan potensi dimulainya reli baru di pasar yang kemungkinan dapat menjadi awal dari reli utama pada fase bullish yang terjadi saat ini.
"Namun, pasar mungkin akan memerlukan katalis baru yang cukup kuat untuk reli tersebut dapat terjadi. Sebab meskipun tekanan jual telah mereda, belum terdapat kenaikan jumlah pemilik Bitcoin dalam jumlah besar (whale) yang signifikan. Ini terlihat pada data lookintobitcoin.com, di mana jumlah wallet dengan saldo di atas 1.000 Bitcoin pada saat ini masih lebih rendah sekitar 96 wallet dibandingkan dengan angka pada 27 Februari lalu, ketika harga Bitcoin di $57.000," jelasnya.
Menurutnya, hal ini mengindikasikan para whales yang telah melakukan aksi profit taking, mungkin belum kembali mengalokasikan aset mereka di Bitcoin. Sehingga membuat pertahanan harga Bitcoin di pasar saat ini didukung oleh lebih sedikit whales, yang mungkin dapat menghambat reli yang terjadi apabila terdapat aksi profit taking yang signifikan akibat kenaikan harga yang terjadi.
Pemahaman para pelaku pasar terhadap situasi yang ada saat ini, termasuk di dalamnya pemahaman terkait situasi whales dan suku bunga tinggi The Fed, dapat menciptakan perilaku investasi yang cenderung lebih berhati-hati. "Hal itu salah satunya turut tercermin pada momentum ketika wallet pemerintah Jerman terlihat melakukan upaya penjualan Bitcoin dalam jumlah besar minggu lalu. Meskipun terdapat katalis positif dari perkembangan inflasi AS, Bitcoin baru mengalami kenaikan setelah saldo Bitcoin di wallet pemerintah Jerman tersebut habis," lanjutnya.
Selain itu, dengan adanya distribusi Bitcoin kepada para kreditur exchange Mt. Gox yang berpotensi turut meningkatkan tekanan jual, terlepas dari besarannya yang belum dapat dipastikan, skenario di mana investor mungkin akan lebih memilih mengambil posisi yang konservatif sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, masih cukup terbuka.
Fahmi menjelaskan, kenaikan harga Bitcoin ke lebih dari Rp1 miliar ini juga turut mengubah sentimen pasar dari fear menjelang akhir pekan lalu menjadi greed pada awal pekan ini. "Namun perlu diingat bahwa situasi greed bukan hanya mensinyalir optimisme dan potensi kenaikan lanjutan, tetapi juga dapat memberikan sinyal potensi terjadinya koreksi layaknya situasi fear yang dapat mengindikasikan kondisi oversold dan potensi rebound," ujarnya.
Di tengah recovery Bitcoin, perkembangan dan respon pasar yang positif terhadap peluncuran ETF Ethereum Spot juga berpotensi mempengaruhi pasar secara signifikan dalam jangka pendek.
"Seperti yang kita tahu, Ethereum meskipun sama-sama merupakan aset kripto digital seperti Bitcoin, ia memiliki beberapa karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan Bitcoin. Investor mungkin akan merasa perlu mendiversifikasikan asetnya selain di Bitcoin. Terlebih, terdapat rekomendasi alokasi Bitcoin yang optimal dalam portfolio oleh Ark Invest yang meningkat dari 6,2% pada 2022 menjadi 19,4% pada 2023, yang disampaikan pada sebuah laporan yang dirilis Februari lalu," jelas Fahmi.
Selain itu, potensi integrasi fitur staking pada ETF Ethereum juga menjadi faktor yang dapat mengubah outlook terhadap potensi ETF tersebut. Sejauh ini pasar masih skeptis terhadap akan disetujuinya fitur tersebut, namun, pasar juga skeptis terhadap akan disetujuinya ETF Ethereum spot beberapa pekan yang lalu.
Diungkapkannya, staking bisa menjadi strategi yang menarik untuk mendapatkan potensi peningkatan nilai portfolio yang lebih optimal di fase bullish di mana investor tidak hanya berpotensi mendapatkan pertumbuhan dari capital gain namun juga staking reward. "Investor perlu memilih platform investasi dan jual-beli aset kripto yang perizinan staking dari Bappebti seperti Reku. Sebab, staking yang berizin memastikan operasionalnya terjadi di blockchain, bukan mekanisme lainnya," katanya. (mas)