JAKARTA (IndoTelko) - Center for Indonesian Policy Study (CIPS) dan Lazada Indonesia (Lazada) bekerja sama dalam penelitian berjudul "Mengatasi Hambatan Naik Kelas UMKM Digital" yang hasilnya diantaranya menunjukkan bagaimana talenta digital menjadi tantangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk berdigitalisasi.
Menurut data Kemenkop UKM pada 2023, ada 22,81 juta dari 66 juta UMKM yang melakukan digitalisasi pada praktik bisnisnya, salah satunya dengan melakukan penjualan melalui eCommerce. Di sisi lain, studi CIPS dan Lazada mengungkap bahwa 98,68% dari total UMKM di Indonesia masuk ke dalam kategori usaha mikro, jauh lebih besar dari kategori kecil (1,22%) dan menengah (0,10%).
Nyatanya, pelaku UMKM menghadapi berbagai tantangan yang menghambat proses digitalisasi. Studi CIPS dan Lazada menunjukkan bahwa untuk menciptakan dan mendapatkan talenta digital di dalam ekosistem bisnisnya, pelaku UMKM terbentur dengan tingginya biaya, baik dalam proses perekrutan maupun pelatihan.
"Kami meyakini bahwa faktor talenta atau sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan inklusifitas UMKM dalam ekonomi digital di Indonesia. Oleh karena itu, kami terus berinovasi untuk menjalankan peran sebagai platform eCommerce untuk memberikan pembekalan yang memadai bagi para pelaku usaha yang baru memulai perjalanannya di dalam platform. Lazada University menjadi salah satu wujud nyata komitmen kami dalam menciptakan dan mengembangkan talenta digital baru dan membantu pelaku UMKM naik kelas," ungkap Vice President - Government Affairs, Lazada Indonesia Budi Primawan,.
Sebesar 30% responden yang memiliki kecenderungan berinovasi yang tinggi merasa pemasaran dan promosi mereka tidak cukup memadai untuk menjangkau pasar karena hanya 47,7% bisnis UMKM yang memiliki sumber daya dengan keterampilan desain grafis untuk pemasaran digital. Selain itu, 28,57% merasa mereka tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan teknologi digital yang tersedia.
Menanggapi tantangan ini, Lazada Indonesia, sebagai salah satu pelaku eCommerce di Indonesia, menjalankan perannya untuk menjadi katalis digitalisasi UMKM dengan pengembangan talenta digital. Melalui inisiatifnya, Lazada menyediakan pengajaran dan pelatihan yang mudah diakses UMKM, membantu pemain baru dalam ekonomi digital untuk naik kelas.
Lazada University merupakan platform pembelajaran bagi para penjual yang tergabung di Lazada, yang dapat diakses secara mandiri kapan saja dan di mana saja. Melalui Lazada University, Lazada menyediakan sumber informasi gratis untuk para penjual Lazada dengan pusat pelatihan online yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penjual agar bisa terus berkembang di pasar eCommerce.
Lebih lanjut, hasil studi CIPS dan Lazada menemukan 48,21% UMKM yang memiliki kecenderungan berinovasi yang tinggi merasa kesulitan menjangkau konsumen yang lebih luas dengan 37.50% terhambat mahalnya biaya logistik, 30,36% kurang menguasai pemasaran digital, 28,57% kesulitan memanfaatkan teknologi secara maksimal, dan 32,14% kesulitan mendapatkan akses permodalan.
Data tersebut menunjukkan bahwa akses terhadap digitalisasi dan eCommerce saja tidak cukup, dan talenta digital yang dapat memanfaatkan peluang bisnis digital masih merupakan tantangan besar yang harus dihadapi. Sejalan dengan data yang ditunjukkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) pada 2023, Indonesia membutuhkan tambahan 9 juta talenta digital pada 2030 dan harus menghasilkan rata-rata 600 ribu talenta digital per tahun melalui pelatihan dan keterampilan.
Berbagai tantangan pada sumber daya manusia ini memerlukan kontribusi dari berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan digital yang sehat dan terbuka untuk segala inovasi oleh pelaku UMKM.
CEO Center for Indonesian Policy Study (CIPS), Anton Rizki, memaparkan UMKM dihadapkan dengan tantangan ketersediaan dan persaingan dalam mendapatkan sumber daya cakap digital. “Karena itu, sektor swasta, khususnya eCommerce, memegang peranan penting dalam merumuskan kurikulum digital yang mengikuti perkembangan teknologi yang dinamis dan terus berubah,” katanya.
Komitmen Lazada terhadap pengembangan ekosistem kewirausahaan digital terus diperkuat dengan menghadirkan para LazStar Trainer, para penjual di eCommerce sekaligus pelatih bersertifikat yang berhasil mengembangkan tokonya hingga menjangkau pasar nasional berkat penguasaan fitur-fitur kunci pada eCommerce.
LazStar Trainer yang dipilih Lazada dikenal sebagai marketplace expert yang memang telah berhasil mendorong banyak pelaku usaha online menumbuhkan bisnisnya di eCommerce. Sebagai LazStar Trainer, Dedy Liem, Rika Yeo, dan Johanes Lie akan mendorong, memotivasi, dan mengajarkan para penjual di Lazada berbagai strategi pemasaran digital yang penting untuk pertumbuhan bisnis.
Lazada juga menawarkan kompetisi Lazada Next Top Seller bagi para penjual baru di Lazada dengan hadiah puluhan juta rupiah dan pelatihan bersama tiga LazStar Trainer Lazada selama tiga bulan, sebagai bagian dari upaya memperkuat semangat dan kemampuan kewirausahaan digital para penjual baru di Lazada.
Ke depannya, Lazada akan terus berkolaborasi bersama berbagai sektor dengan fokus diantaranya pada pada peningkatan keterampilan talenta digital sebagai tantangan utama dalam pertumbuhan UMKM. "Kami akan terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang inklusif bagi pelaku UMKM. Melalui inisiatif yang kami berikan, kami harap dapat mendorong adopsi digital oleh UMKM melalui lahirnya talenta-talenta digital baru," tutup Budi.(ak)