JAKARTA (IndoTelko) – PT Intermedia Capital Tbk (IMC) sebagai pemilik dari stasiun televisi ANTV akhirnya memilih melepas 15% sahamnya ke publik melalui mekanisme initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada akhir Maret 2014.
Perseroan akan menawarkan saham sebanyak-banyaknya 294.116.000 saham baru dan sebanyak-banyaknya 294.116.000 saham divestasi milik PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Jumlah ini setara 15% saham.
Harga penawaran saham perdana di kisaran Rp 1.380-Rp 1. 930 per saham. Dana segar yang diraup diperkirakan sekitar Rp 811,7 miliar hingga Rp 1,13 triliun. Setengah dari dana hasil IPO atau setara Rp 565 miliar bakal dikantongi oleh Viva.
Masa penawaran awal saham perusahaan ini direncanakan dilaksanakan pada 28 Februari hingga 7 Maret 2014. Dalam proses IPO ini, yang menjadi penjamin emisi adalah PT Ciptadana Securities dan PT Sinarmas Sekuritas.
Dana IPO akan digunakan untuk pengembangan serta belanja modal perseroan dan atau entitas anak. Selain itu, dana IPO untuk pembayaran sebagian utang perseroan kepada induk perusahaan, yakni Visi Media Asia (Viva).
Viva menguasai 3,62 miliar saham IMC atau setara dengan 99,99%. Setelah IPO, kepemilikan Viva akan tersisa 3,33 miliar saham atau 84,99%.
"Kami lakukan IPO sebelum Piala Dunia agar masyarakat investor bisa ikut menikmati peningkatan penjualan dari masa Pemilu dan Piala Dunia,” kata Presiden Direktur IMC Erick Thohir, di Jakarta Jumat (28/2).
Saat ini, ANTV bersama TVOne telah memegang lisensi hak siar dari pertandingan World Cup 2014 Brasil. Akuisisi Full Media Rights dari FIFA World Cup 2014 and Other FIFA Events akan menjadi momentum penting bagi VIVA untuk memanfaatkan proses digitalisasi penyiaran.
Ekspansi
Lebih lanjut dikatakannya, dana yang diperoleh dari pasar tersebut sebanyak 80% akan digunakan untuk belanja modal. Rinciannya, 30% untuk membeli lahan di Jakarta Timur atau Bekasi.
Selanjutnya, 25% akan digunakan untuk pembangunan kawasan studio baru, 15% dari dana IPO guna membangun infrastruktur penyiaran multipleksing melalui sistem terestrial di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan beberapa wilayah lainnya.
Sedangkan sisanya, yaitu 10% akan digunakan untuk pengadaan alat transmisi analog dan peralatan pendukung penyiaran lainnya oleh entitas anak
IMC juga akan menggunakan 10% dana IPO untuk membayar utang kepada induk usaha, yakni VIVA. Pinjaman tanpa bunga dan jaminan ini akan jatuh tempo 31 Desember 2017. Pinjaman ini ditarik guna memenuhi kebutuhan modal kerja IMC.
Jumlah pokok pinjaman yang cair pada 12 Oktober 2010 ini sebesar Rp 151,71 miliar. Namun, saldo terutang pada 31 Desember 2013 tersisa Rp 40,73 miliar.
Berdasarkan catatan, selama tiga tahun terakhir, pendapatan IMC terus tumbuh dari Rp 440,2 miliar pada 2011 menjadi Rp 486,3 miliar pada 2012. Sementara itu, pendapatan hingga September 2013 mencapai Rp633,2 miliar. Tutup 2013 diperkirakan omzet bisa mencapai Rp 841 miliar.
Sedangkan keuntungan yang diraih pada 2011 sebesar Rp 153,6 miliar, di 2012 turun menjadi Rp 43,5 miliar, dan 2013 diperkirakan Rp 112 miliar.
Merekah
Direktur Intermedia Capital Harlin Erlianto Rahardjo mengungkapkan, perseroan pada tahun ini mengincar keuntungan sebesar Rp 190-200 miliar. Angka itu akan ditopang raihan omzet mencapai hingga Rp 1,1 triliun.
"Kinerja tahun ini lebih tinggi karena ada Pemilu dan Piala Dunia," katanya.
Direktur Utama Ciptadana Securities Fery Budiman Tanja mengatakan, IMC adalah perusahaan yang seksi karena tidak memiliki utang dengan pihak luar.
“Utangnya itu dengan induk usaha dan merupakan modal kerja. Selain itu ANTV adalah stasiun yang memiliki pertumbuhan EBITDA paling tinggi beberapa tahun ini. Itu sinyal positif bagi calon investor,” katanya.
Ditambahkannya, secara industri, bisnis penyiaran lumayan menarik karena ada nilai iklan sebesar Rp 30 triliun yang diperebutkan. “Total nilai iklan itu Rp 40 triliun, sekitar 90% ke televisi. ANTV ikut bersaing merebut nilai Rp 30 triliun itu,” katanya.
Vice President Director Visi Media Robertus Bismarka Kurniawan menambahkan, ANTV memiliki ruang tumbuh yang besar karena belum semua spot iklan dioptimalkan. “Ada aturan dari pemerintah soal batas dari slot iklan yakni 20%, ANTV belum manfaatkan semua. Ada ruang tumbuh untuk ruang iklan itu 20%-30%,” ungkapnya.
Sementara Analis dari Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai harga saham perdana yang ditawarkan IMC terlalu tinggi. “Kalau melihat keuntungan dari perusahaan yang rendah, ini bisa mengurangi animo permintaan. Tetapi jika melihat IMC tak ada utang dengan bank dan sebagian dana IPO untuk membayar utang dari induk usaha, serta optimisnya dengan pasar wanita dan anak muda, saham ini bisa dipertimbangkan,” katanya.
Sekadar catatan, harga saham perdana IMC jika dibandingkan dengan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) memang terlalu tinggi. SCMA kala melepas saham perdana pada 2002 di kisaran Rp 1.100 per lembar. Saat ini pemilik stasiun SCTV itu menguasai audience share 15,9%.
Harga saham IMC juga masih tinggi dibandingkan PT Indosiar Karya Media Tbk (IDKM) yang melakukan IPO pada 2004 yang membanderol sekitar Rp551 per saham. Indosiar sekarang memiliki 8,2% audience share. Sementara ANTV sendiri kini hanya menguasai 6,7% audience share.(id)