JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) terus berupaya untuk mengurangi porsi utang dalam dollar AS untuk menekan dampak fluktuasi kurs di masa mendatang.
“Targetnya porsi utang dalam mata uang asing itu hanya sekitar 15%-20% dalam 1 hingga 2 tahun mendatang,” ungkap Investor Relation Indosat Andromeda Tristanto, kemarin.
Diungkapkannya, hingga Agustus 2015, jumlah utang dalam dollar AS yang dimiliki perseroan sekitar US$ 515 juta dari total Rp 22,6 triliun atau sekitar 32%.
Perseroan akan menurunkan porsi utang dalam mata uang asing secara bertahap dengan melakukan refinancing dimana mengandalkan pinjaman berbasis Rupiah.
Ditambah dengan kekuatan kas internal untuk melunasi utang, target meminimalkan porsi utang dalam Dollar AS dianggap sesuatu yang rasional. Hingga Juni 2015, kas dan setara kas yang dimiliki Indosat Rp 9,42 triliun.
Menurutnya, porsi utang dalam Dollar AS sejak semester pertama lalu telah menurun signifikan seiring dilakukan refinancing untuk melunasi utang obligasi US$ 650 juta yang jatuh tempo 2020. Pada semester pertama, utang dalam dollar AS sekitar 54,8%, di Juli menjadi 39% dan akhir Agustus menjadi 32%.
Selain mengurangi porsi utang dalam dollar AS, anak usaha Ooredoo ini juga melakukan lindung nilai atau hedging terhadap 52,24% dari total pinjaman bank dan obligasi berdenominasi valuta asing.(
Baca juga: Indosat masih nomor 2)
Seperti diketahui, Indosat pada semester I 2015 mencatat kinerja operasional yang lumayan kinclong, tetapi tertekan di bottom line karena rugi kurs.(ak)