JAKARTA (IndoTelko) – Rencana kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Amerika Serikat (AS) membuat Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) memiliki sejumlah harapan, terutama masalah penyelesaian dengan pemain Over The Top (OTT) global yang banyak bermarkas di Negeri Paman Sam itu.
“Banyak konten berasal dari AS. Kita berharap ada dorongan agar OTT bisa bekerjasama lebih baik lagi dengan operator lokal,” kata Ketua Umum ATSI Alexander Rusli, kemarin.
Diharapkannya, Presiden Jokowi bisa membantu diplomasi mendorong model bisnis sharing benefit antara operator dan OTT Global. “Kita kan bangun jaringan. Kalau ada kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak, itu akan menyehatkan industri,” katanya.
Seperti diketahui, penghujung Oktober ini, Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Silicon Valley, Amerika Serikat. Kabarnya, Bos-bos perusahaan teknologi, seperti Google, Microsoft, dan Twitter pun akan bertatap muka dengan Jokowi dalam kunjungan kerjanya itu.
Google kabarnya akan memperkenalkan Project Loon ke Indonesia dalam memperluas jaringan internet di kawasan Indonesia bagian timur.
Namun, Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo mengingatkan, jika Google ingin masuk ke bisnis penyedia jaringan internet di Indonesia harus mengikuti aturan main yang ada yakni memiliki lisensi dan membayar sejumlah kewajiban seperti Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi.
"Kalau datang dengan disruptive technology itu membahayakan industi telekomunikasi Tanah Air, karena para pemain di dalamnya sudah menganggarkan investasi hingga triliunan rupiah, dari jaringan hingga lisensinya,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini kawasan Indonesia bagian timur menjadi target para operator telekomunikasi, terutama Telkom. Perusahaan BUMN tersebut telah menanam kabel fiber optik Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) mencapai 76.700 kilometer.
Kabel optik yang terpasang dari Manado hingga Dumai itu, Telkom harus mengalokasikan investasi sebesar Rp3,6 triliun yang diambil dari capital expenditure (capex) Telkom.
Sementara balon pintar yang mampu menyambungkan akses internet buatan Google ini dinamai Project Loon. Di Australia, Google telah melakukan ujicoba dengan merangkul operator telekomunikasi setempat, Telstra.
Cara Project Loon ini bekerja adalah dengan meluncurkan 20 balon udara di bagian barat Quennsland. Google tidak membeli atau menyewa frekuensi di Negeri Kanguru tersebut.
Dalam proyek ini, Telstra memberi izin pada Project Loon untuk mengakses jaringan BTS memanfaatkan spektrum frekuensi 2,6 GHz. Nantinya, warga akan menerima koneksi Wi-Fi di perangkat komputernya.
Balon udara yang dikembangkan Google ini masih dalam tahap pengembangan dari laboratorium Google X. Ia telah menjalankan uji coba terbang di Amerika Serikat dan Selandia Baru dalam dua tahun terakhir.
Selama melakukan uji coba sempat terjadi kecelakaan dalam uji terbang. Di Amerika Serikat, balon udara ini terbang rendah dan menghancurkan jaringan listrik dan mengganggu pasokan listrik untuk beberapa rumah di sekitar Washington.
Di Selandia Baru, balon mendarat di laut dan diidentifikasi sebagai pesawat jatuh yang memicu petugas untuk melakukan evakuasi darurat, padahal di sana tidak terdapat manusia.
Pihak Google berkata agak sulit mengendalikan balon udara agar tetap stabil di satu titik karena diterpa hembusan angin yang kencang di Selandia Baru.(id)