JAKARTA (IndoTelko) – Sempat mereda di media massa kabar tentang penyediaan akses internet melalui balon atau dikenal dengan Project Loon, sinyalnya kembali menguat pasca kedatangan Pendiri Google, Sergey Brin, ke Jakarta, Senin (28/12).
Hal ini tersirat dalam agenda diskusi antara Menkominfo Rudiantara dan Sergey yang membahas dua hal utama yakni blue print Indonesia Digital 2020 dimana ingin membangun seribu startup dan Project Loon.
Google pada penghujung Oktober 2015 telah menggandeng Telkomsel, Indosat, dan XL untuk menggelar uji coba teknis Project Loon di kawasan Timur Indonesia.
“Rencananya uji teknis pada 2016. Akan ada diskusi antara tim teknis Project Loon dan masing-masing operator,” kata Sergey, kemarin.
Menurutnya, untuk uji coba teknis tersebut akan melibatkan jumlah balon lumayan besar. “Konsep ini lebih efisien ketimbang menghadirkan BTS di darat jika melihat kondisi Indonesia yang punya banyak pulau terpencil. Pekerjaan beratnya adalah mengatur rotasinya seiring pergerakan udara,” jelasnya. (
Baca juga:
Google gandeng operator untuk Project Loon)
Lebih lanjut ditambahkannya, dalam kerjasama ini Google tak akan melangkah jauh seperti membidik lisensi penyelenggara jaringan. “Kita tidak berniat memanfaatkan teknologi ini untuk menjadi operator telekomunikasi di Indonesia. Kita fokus pada lingkup kerjasama saja dengan tiga operator lokal,” pungkasnya. (
Baca juga:
Rudiantara dan Project Loon)
Sebelumnya, langkah tiga operator yang mendapat dukungan dari pemerintah bekerjasama dengan Google menyediakan akses internet melalui balon ini banyak mendapat tantangan dari sejumlah kalangan. Isu keamanan, model bisnis, dan regulasi menjadi hal yang ramai diperdebatkan. (
Baca juga: Project Loon munculkan kontroversi)
Rencananya, uji coba antara ketiga operator dan balon Google itu akan berlangsung setahun penuh sejak awal 2016. Ada lima titik yang akan jadi lokasi uji coba, antara lain di atas kepulauan Sumatera, Kalimantan, dan Papua Timur.
Balon Google nantinya akan terbang dan bergerak mengelilingi Indonesia di atas ketinggian 20 kilometer dengan radius pancaran sinyal 40 kilometer. Akses yang diberikan adalah 4G LTE dengan memanfaatkan frekuensi 900 MHz.
Balon ini diperkirakan bisa terbang selama 150 hari di angkasa dan dikalkulasi untuk Indonesia dibutuhkan sekitar 6.000 balon melayani pulau-pulau terpencil.(id)