JAKARTA (IndoTelko) – PT XL Axiata Tbk (XL) mengaku tak alergi dengan rencana kehadiran Project Loon yang akan menggelar technical test dengan salah satu operator di kawasan Timur Indonesia.
“Tak ada masalah dengan Project Loon. Kami senang saja, karena Anda harus tahu tak mudah membangun infrasatruktur telekomunikasi di rural area. Kalau ada teknologi alternatif yang bisa menjadi solusi, kenapa tidak dicoba,” ungkap Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini, dalam temu media, kemarin.
Dikatakannya, dalam mengadopasi sebuah teknologi baru memang membutuhkan technical test untuk membuktikan proven atau tidak.
“Nah, biasanya di dalam uji coba itu mulai dicari model bisnisnya. Kami pernah lakukan ini dengan Facebook untuk Facebook.org, dalam perjalanan kita lihat model bisnis tak ketemu, kita lepas,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengakui Google akan membawa Project Loon ke Indonesia dengan salah satu operator di Tanah Air yang memilii frekuensi 900 MHz.
“Tadinya minta 900 MHz, saya bilang sudah habis karena diduduki Telkomsel, Indosat, dan XL. Terus minta di 700 MHz, saya bilang masih ada siaran analog. Terus saya tegaskan, kalau minta lisensi baru, tak bisa dikeluarkan karena Indonesia sudah tetapkan tak ada pemain baru bagi operator jaringan. Wong kita mau konsolidasi,” katanya.
Dian sendiri menegaskan XL tak ada perbincangan dengan Google terkait uji coba Project Loon. Sementara Indosat sudah menjalin kerjasama dengan Facebook untuk Facebook.org. Tentunya tinggal menunggu konfirmasi dari Telkomsel terkait rencana uji coba ini. (
Baca juga:
Indosat dan Facebook)
Soal nama operator, Rudiantara berkilah, “Saya tak mau sebut nama operatornya, mereka akan sigining MoU nanti soal Technical Test itu. Terus terang saya agak bingung baca media kemarin, afiliasi dari operator yang akan sigining itu justru menolak Project Loon,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo mengingatkan, jika Google ingin masuk ke bisnis penyedia jaringan internet di Indonesia harus mengikuti aturan main yang ada yakni memiliki lisensi dan membayar sejumlah kewajiban seperti Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi. (
Baca juga: Telkom dan Project Loon)
"Kalau datang dengan disruptive technology itu membahayakan industi telekomunikasi Tanah Air, karena para pemain di dalamnya sudah menganggarkan investasi hingga triliunan rupiah, dari jaringan hingga lisensinya,” katanya.
Di Australia, Google telah melakukan ujicoba Project Loon dengan merangkul operator telekomunikasi setempat, Telstra.
Cara Project Loon ini bekerja adalah dengan meluncurkan 20 balon udara di bagian barat Quennsland. Google tidak membeli atau menyewa frekuensi di Negeri Kanguru tersebut.
Dalam proyek ini, Telstra memberi izin pada Project Loon untuk mengakses jaringan BTS memanfaatkan spektrum frekuensi 2,6 GHz. Nantinya, warga akan menerima koneksi Wi-Fi di perangkat komputernya.(dn)