telkomsel halo

Krisis Bakrie Telecom Bisa Berdampak ke Solusi Tunas Pratama?

10:50:23 | 09 Feb 2016
Krisis Bakrie Telecom Bisa Berdampak ke Solusi Tunas Pratama?
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Krisis keuangan yang dialami PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) diprediksi bisa memberikan dampak bagi penyedia menara PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).

Analis Fitch Ratings Nitin Soni dalam kajiannya beberapa waktu lalu mengungkapkan kinerja keuangan dari emiten dengan kode saham SUPR itu sejak 2014 dipengaruhi oleh Bakrie Telecom  yang tidak membayar sewa menaranya.

Di akhir September 2014, Bakrie Telecom berkontribusi terhadap 15% dari pendapatan SUPR year-to-date dan berhutang kepada emiten tersebut sekitar Rp 489 miliar.

Dibandingkan dengan SUPR, penyedia menara lainnya seperti Tower Bersama dan  Protelindo memiliki eksposur yang lebih rendah terhadap Bakrie Telecom di 3% dan 4% dari pendapatan.

Di Desember 2014, kreditur dari Bakrie Telecom menyetujui rencana restrukturisasi yang mengizinkan 70% dari utang untuk dikonversi menjadi saham Bakrie Telecom dan sisa 30% untuk dibayarkan selama periode lima sampai tujuh tahun.

Analisa keuangan dari Fitch mengasumsikan tidak ada kas yang diperoleh dari Bakrie Telecom. (Baca juga: Rugi Bakrie Telecom).

Solusi Tunas Pratama sendiri diprediksi memiliki kemampuan untuk menghasilkan arus kas yang mudah berkat kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan dengan klausul eskalasi (kecuali untuk perjanjian penyewaan pada menara yang diakuisisi dari XL).

Peringkat Stabil
Fitch Ratings sendiri dalam kajiannya 2 Februari 2016  telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Lokal Issuer Default Rating (IDR) dan Peringkat Senior Tanpa Jaminan dari Solusi Tunas Pratama di ‘BB-’.

Pada saat yang bersamaan, Fitch Ratings Indonesia juga telah mengafirmasi Peringkat Nasional Jangka Panjang dari SUPR di ‘A+(idn)’. Outlook adalah stabil.

Fitch juga mengafirmasi surat utang senior tanpa jaminan dengan garansi US$ 300 juta 6,25% dengan tanggal jatuh tempo di 2020 yang diterbitkan Pratama Agung Pte Ltd ini di 'BB-'. Surat utang tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali tersebut dijamin oleh SUPR dan karena itu diperingkat pada level yang sama dengan peringkat IDR SUPR.

Fitch  memperkirakan SUPR akan menghasilkan Free Cash Flow (FCF) yang terbatas di 2016-17 sebagai arus kas dari operasi Rp 720 miliar-Rp 780 miliar cenderung hanya cukup untuk membiayai belanja modal dari Rp 700 miliar-Rp 750 miliar.

SUPR diperkirakan  bisa menambah sekitar 350-400 menara dan 1.000-1.300 penyewa setiap tahun selama 2016-17. SUPR  juga bisa menghabiskan sekitar Rp 150 miliar-Rp 200 miliar.

Lembaga pemeringkat ini meyakini bahwa  dengan strategi akusisisnya, bisa melakukan akuisisi yang didanai utang. Namun, manajemen mungkin harus mengambil pendekatan disiplin dalam akuisisi di masa depan dikarenakan komitmen yang diberikan mereka untuk mengurangi tingkat utang dan headroom yang rendah dalam covenance saat ini (utang bersih/ EBITDA disetahunkan kuartal terakhir di 5,5x) dalam dokumen obligasi tanpa jaminannya.

Profil kredit STP ini memperoleh manfaat dari tingginya visibilitas arus kas didukung oleh kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan dengan perusahaan telekomunikasi Indonesia. Tenancy mix kemungkinan membaik kerana tiga perusahaan telekomunikasi teratas akan melakukan sebagian besar belanja modal industri untuk memperluas jaringan 3G/4G.

Penyedia menara ini memiliki eksposur terbatas terhadap depresiasi rupiah karena telah sepenuhnya melakukan lindung nilai utang dollar AS melalui swap mata uang. Pinjaman berjangka US$ 315juta memiliki jangka waktu pembayaran rata-rata 4,5 tahun.

GCG BUMN
Diperkirakan Fitch, pendapatan SUPR di 2016 meningkat 7%-8% didorong oleh penambahan menara sebanyak 350-400 site dan penyewa (1,000-1,300)  dengan Margin EBITDA operasional di 83% pada 2016.(wn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year