JAKARTA (IndoTelko) –PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mulai menatap cerah sisa tahun 2018 setelah berhasil menyelesaikan sejumlah pembangunan infrastruktur dan memperkuat fundamental keuangan.
Operator pelat merah ini telah menyelesaikan pembangunan Infrastruktur sistem kabel laut serat optik internasional Indonesia Global Gateway (IGG),pengoperasian Satelit Merah Putih, pengembangan segmen bisnis seluler, fixed broadband, dan enterprise, serta reprofiling hutang floating rate, yang dianggap bisa menjadi katalis bagi kinerja Perseroan hingga akhir tahun ini.
IGG Cable System merupakan jaringan backbone serat optikbawah laut yangmenyediakan koneksi langsung ke belahan dunia bagian barat melalui jaringan South East Asia – Middle East – West Europe 5 (SEA – ME – WE 5) sepanjang 20 ribu km dan ke bagian timur melalui jaringan South East Asia – United States (SEA – US) sepanjang 15 ribu km.
Direktur Keuangan Telkom Harry M. Zen mengungkapkan hingga akhir Juni 2018, progres pembangunan IGG telah mencapai sepanjang 5.300 km atau sekitar 96%.
Sistem kabel laut ini diharapkan siap beroperasi pada kuartal III 2018. Adanya IGG Cable System ini memberikan keunggulan kompetitif bagi Telkom melalui pengembangan rute ekspres menuju Eropa (SEA – ME – WE 5), Amerika Serikat (SEA – US) dan seamless connectivity di wilayah Timur dan Barat Indonesia (Express Super Core).
“Keberadaan IGG Cable System selain memberikan keuntungan teknis berupa kapasitas, kehandalan dan latensiyang rendah, juga mendukung pengembangan bisnis broadband di Indonesia dan menangkap potensi pertumbuhan bisnis di kawasan,” ungkap Harry dalam keterangan, (29/8).
Selain itu, Telkom baru saja menyelesaikan peluncuran Satelit Merah Putih pada 7 Agustus lalu, dan telah berada di orbit 108 derajat Bujur Timur. Satelit yang membawa 60 transponder aktif dengan jangkauan Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan ini, sedang menjalani In Orbit Test.
Kehadiran Satelit Merah Putih menambah kapasitas transponder satelit milik Telkom, sehingga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan digital di Indonesia (digital divide) dan memperkuat bisnis internasional TelkomGroup agar TelkomGroup mampu menjadi perusahaan telekomunikasi digital Indonesia yang terdepan dan berdaya saing global.
“Satelit Merah Putih akan ready for service pada minggu ketiga September 2018,” ujar Harry.
Bisnis Seluler
Seiring meningkatnya dinamika industri telekomunikasi, khususnya pada segmen bisnis seluler, Telkom berupaya menciptakan industri seluler yang sehat dengan menerapkan berbagai strategi marketing dan pricing untuk memonetisasi data, serta terus konsisten melaksanakan pembangunan infrastraktur.
Telkom berkomitmen terus menyesuaikan perkembangan tren konsumen di Indonesia yang sudah beralih dari layanan tradisional voice dan SMS menuju data, ditandai dengan pertumbuhan konsumsi data yang semakin meningkat dan tingginya demand pelanggan terhadap layanan data yang berkualitas. Dengan demikian, Telkom optimis mampu memperkuat kinerja bisnis mobile data di Semester II 2018.
Telkom menyatakan kebijakan pemerintah melalui registrasi kartu prabayar seluler dinilai tidak terlalu berpengaruh kepada perseroan. Bahkan, perseroan menilai registrasi tersebut dinilai mampu memberikan kepastian informasi terkait jumlah pengguna kartu seluler miliknya.
"Jadi registrasi ini sebenarnya untuk mengeliminasikan untuk pengguna kartu, jadi operator seluler bisa mendapatkan data kartu yang pasti. Selain itu, tujuan registrasi kartu ini kan lebih membuat industri efisien dengan pencetakan kartu yang mahal dan tidak valid penggunanya," ungkap Direktur Keuangan Telkomsel Heri Supriadi.
Menurutnya, hingga saat ini Telkomsel mampu menjaga dan mempertahankan pengguna kartu selulernya sehingga rencana pengembangan bisnis melalui pengadaan kartu voucher seluler mampu diprediksi dan didistribusikan secara maksimal dan efisien.
Namun, lebih lanjut secara jangka pendek dipastikan dampak registrasi tersebut mampu menekan industri telekomunikasi saat ini. Tetapi secara jangka panjang diperkirakan pengguna harian dari operator telekomunikasi bisa ditingkatkan melalui kepastian jumlah pengguna data dari masing-masing operator.
"Registrasi ini secara annual kami jadi mampu melakukan profiling konsumen dengan door sale yang lebih di generate lagi. Selain itu, performance dari bisnis voucher juga meningkat karena sudah diketahui basis data (annual basis) dari pengguna," tambah Heri.
Bisnis Fixed broadband
Pada segmen bisnis fixed-broadband dengan produk IndiHome, hingga akhir Agustus 2018, Telkom mencatatkan pertumbuhan impresif dimana total pelanggan IndiHome telah mencapai lebih dari 4,5 juta atau bertambah 1,5 juta pelanggan sejak awal 2018.
“Pertumbuhan jumlah pelanggan yang masif sejalan dengan peningkatan kualitas layanan kami, di antaranya dengan penguatan network, memperkaya konten, menawarkan beragam minipack menarik, serta terus melakukan improvement pada layanan purna jual. Hal ini juga merupakan upaya Telkom untuk terus menjaga excellent customer experience,” tambah Harry.
Sementara itu, untuk segmen bisnis enterprise, Telkom percaya mampu menjaga pertumbuhan pendapatan yang kuat, sebagaimana tercatat di Semester I 2018 yang tumbuh 19,5% dibanding tahun sebelumnya.
Dengan meningkatnya tren digitalisasi di berbagai korporasi, UKM, dan instansi pemerintah, kebutuhan akan solusi information & communication technology (ICT) juga akan meningkat. “Ini menjadi peluang bisnis yang besar bagi Telkom untuk terus menumbuhkan segmen bisnis enterprise,” lanjut Harry.
MTN
Dari sisi pendanaan, dalam waktu dekat, Telkom juga segera menerbitkan Medium Term Notes (MTN) senilai Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun untuk memperbaiki struktur hutang dari sisi profil bunga.
“Melalui MTN, Telkom memutuskan untuk mengunci sebagian bunga menjadi bunga tetap selama dua hingga tiga tahun ke depan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tren perubahan tingkat suku bunga ke depan, di tengah tekanan kenaikan suku bunga dari Amerika Serikat yang dapat berdampak pada kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri,” katanya.
Saat ini proses penerbitan MTN tersebut sedang dalam tahapan finalisasi kupon dan diperkirakan rampung pada pekan depan.
Sedangkan untuk bookbuilding dari instrumen utang ini telah diselesaikan pada minggu ini dengan nilai kupon yang masih tetap (fix) di kisaran 7,25% hingga 8,75%.
Nantinya dana yang dihasilkan dalam penerbitan MTN tersebut akan digunakan perseroan untuk pengembangan bisnis dan masuk dalam anggaran belanja modal (capital expenditure/capex).
Surat utang ini akan diterbitkan dalam tiga seri. Seri A dengan tenor 1 tahun dan range kupon 7,25%-8%, seri B sepanjang 2 tahun dengan kupon 7,5%-8,5% dan seri C sepanjang 3 tahun dengan kisaran kupo 7,75%-8,75%.
Adapun penjamin pelaksana emisi efek untuk instrumen yang diterbitkan oleh perusahaan telekomunikasi milik pemerintah ini antara lain Bahana Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, CGS-CIMB Sekuritas dan Mandiri Sekuritas.
Telkom memperkirakan pertumbuhan usahanya secara keseluruhan pada 2018 disekitar ”mid to high single digit”.
“Sekarang hitungan matematisnya kan bulan Juni misalnya Telkomsel turun 7% tapi yang lini bisnis lain seperti whole sale naik 21%, enterprise naik 19% jadi minusnya kecil di akhir tahun yang dari Telkomsel," pungkasnya.(dn)