SINGAPURA (IndoTelko) – Sebuah uji coba pembelian PC (Personal Computer) yang dilakukan oleh Microsoft mengungkapkan bahwa empat dari lima (83%) merek PC baru di negara-negara yang diuji di Asia memuat perangkat lunak bajakan.
Sampel PC yang dibeli dari pengecer yang menawarkan PC dengan harga yang jauh lebih rendah dan paket perangkat lunak cuma-cuma untuk memikat pelanggan. Dalam banyak kasus, pengecer ini juga menjual perangkat lunak bajakan di toko mereka.
Dengan tujuan untuk mendidik konsumen dan pemilik usaha kecil dan menengah (UKM) di wilayah tersebut, Asia PC Test Purchase Sweep dari Microsoft memberikan pemahaman secara menyeluruh mengenai PC baru yang dilengkapi perangkat lunak bajakan dan risiko yang dapat timbul terhadap individu dan bisnis.
"Penjahat siber terus mengembangkan teknik mereka untuk menghindari tindakan keamanan, dan menanamkan malware mereka ke dalam perangkat lunak bajakan adalah salah satu taktik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam banyak PC, mengakses, dan mencuri sejumlah besar data rahasia dengan mudah," kata Assistant General Counsel & Regional Director, Digital Crimes Unit, Microsoft Asia Mary Jo Schrade dalam keterangan, kemarin.
Ditambahkannya, ketika penjual menjajakan perangkat lunak bajakan yang berisi malware di PC mereka, mereka tidak hanya memacu penyebaran malware di wilayah tersebut tetapi juga menyerahkan informasi pribadi dan identitas digital pelanggan ke tangan penjahat siber.
Risiko
Hasil penelusuran menunjukkan bahwa salah satu praktik paling umum bagi penjual yang menginstal perangkat lunak bajakan pada PC baru adalah dengan mematikan fitur keamanan, seperti perangkat lunak anti-virus dan Windows Defender sehingga mereka dapat menjalankan alat peretas untuk mengaktifkan perangkat lunak bajakan. Namun, hal ini membuat PC rentan terhadap malware dan ancaman siber lainnya, dan para pembeli PC ini bahkan mungkin tidak menyadari bahwa PC mereka tidak terlindungi.
Penelusuran itu juga menunjukkan bahwa 84% dari PC baru yang mengandung perangkat lunak bajakan telah terinfeksi dengan beberapa jenis malware, dengan malware yang paling umum adalah Trojans dan viruses.
Trojans adalah jenis malware yang digunakan oleh penjahat siber untuk mendapatkan akses jarak jauh dan mengendalikan perangkat, yang memungkinkan mereka untuk memata-matai pengguna dan mencuri data pribadi. Sementara Trojans umumnya bergantung pada beberapa bentuk rekayasa sosial untuk mengelabui pengguna agar memuat dan mengeksekusinya, menggabungkannya dengan perangkat lunak bajakan mempermudah penjahat siber untuk masuk dan mengendalikan PC.
Viruses adalah jenis malware yang dapat menyebabkan komputer yang terinfeksi melakukan berbagai hal tidak menguntungkan pemilik PC, seperti mematikan fitur keamanan perangkat, mengirim pesan spam, dan menghubungi host jarak jauh untuk mengunduh malware tambahan.
Temuan-temuan ini cukup mengkhawatirkan karena pelanggan yang membeli PC dengan penawaran khusus yang umumnya murah dan dilengkapi dengan perangkat lunak cuma-cuma, tidak menyadari risiko yang mungkin mereka hadapi. Dalam banyak kasus, mereka bahkan mungkin tidak menyadari bahwa fitur keamanan PC mereka dimatikan dan mungkin gagal mendeteksi aktivitas yang mencurigakan di perangkat mereka.
Banyak dari pengguna PC yang terinfeksi ini sangat rentan terhadap hilangnya data, termasuk dokumen pribadi dan informasi sensitif seperti kata sandi dan rincian perbankan, serta pencurian identitas di mana mereka kehilangan kendali atas akun media sosial dan email mereka. Pengguna mungkin juga mengalami penurunan performa PC yang disebabkan oleh malware, yang bekerja secara tidak langsung, dapat memperlambat kinerja perangkat.
Semua faktor ini dapat menyebabkan konsumen dan bisnis mengalami kerugian materi, waktu, dan produktivitas yang signifikan saat mereka berusaha menyelesaikan masalah.
Departemen Teknik Elektro & Komputer, National University of Singapore (NUS), Fakultas Teknik Associate Professor Biplab Sikdar yang memimpin tim peneliti untuk mempelajari bahaya mengunduh dan menggunakan perangkat lunak bajakan tahun lalu, mengatakan pengguna biasanya beralih ke perangkat lunak bajakan karena lebih murah. Padahal biaya keuangan dan risiko menggunakan perangkat lunak bajakan biasanya lebih dari yang mereka bayangkan.
“Pengguna harus lebih waspada saat membeli PC baru dan tidak terpengaruh oleh tawaran yang terasa mustahil. Penghematan biaya jangka pendek tidak sebanding dengan dengan kerugian akibat kehilangan identitas digital dan data pribadi mereka,” tuturnya.
Langkah paling mendasar yang dapat dilakukan oleh pengguna untuk melindungi mereka secara digital adalah dengan selalu membeli PC dari penjual resmi dan bukan dari penjual perangkat lunak bajakan, dan pastikan bahwa mereka mendapatkan perangkat lunak asli. Konsumen harus merujuk kepada situs penyedia perangkat lunak untuk mempelajari bagaimana cara membedakan perangkat lunak asli dari bajakan.
Selain menggunakan perangkat lunak asli, masyarakat juga dapat mempertimbangkan dan mengikuti rekomendasi berikut untuk melindungi diri mereka dengan lebih baik:
Selalu perbarui perangkat lunak dengan pembaharuan sistem keamanan terbaru, yang selalu cuma-Cuma.
Ikuti praktik Internet yang aman dan jangan mengunjungi situs web yang dapat membahayakan perangkat, seperti situs yang menawarkan konten dewasa, unduhan ilegal, dan perangkat lunak bajakan, serta portal berbagi dokumen.
Hindari penggunaan perangkat lunak yang sudah sangat lama yang telah mencapai akhir masa pakainya dan tidak lagi didukung pembaruan dan sistim keamanan dari penyedia perangkat lunak.(ak)