JAKARTA (IndoTelko) - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) didesak menyelidiki kasus "hilangnya" tiket AirAsia di Online Travel Agent (OTA) seperti Traveloka dan Tiket.com.
"KPPU harus selidiki kasus itu. Saya dengar KPPU tengah selidiki isu kartel juga di bisnis aviasi lokal, bisa jadi peristiwa "hilangnya" inventori AirAsia di OTA papan atas itu salah satu bukti baru bagi penyelidikan yang berjalan," saran Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi di Jakarta, Selasa (19/3).
Menurut Heru, turunnya KPPU ke raibnya inventori di OTA hal yang harus dilakukan karena saat ini bisnis yang dijalankan startup tersebut tak memiliki regulator yang jelas.
"Di Indonesia ini OTA siapa yang atur? Kominfo, Kemenpar, atau Kemenhub? Gak jelas. Karena selama ini dibiarkan lebih ke Business to Business (B2B), harapan ya KPPU masuk," katanya.
Dijelaskannya, sewajarnya OTA ada regulator teknis yang mengatur layaknya ride-hailing dimana mulai ditata oleh Kementrian Perhubungan (Kemenhub) bersinergi dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Pasalnya, data ShopBack menunjukkan volume pemesanan online travel menunjukan pertumbuhan yang luar biasa di tahun 2018, dengan peningkatan hingga 260% dimana rata-rata uang yang dikeluarkan untuk belanja berkisar Rp6,7 juta hingga- Rp6,9 juta. Nilai bisnis OTA yang dikeluarkan Google dan Temasek dalam "e-Conomy SEA 2018 Southeast Asia’s internet economy" pada 2018 sebesar US$8,6 miliar di 2018 dan menjadi US$25 miliar pada 2025.
"Aturan main dan regulator teknis itu penting, tak hanya melindungi OTA, tetapi juga mitranya sebagai pemilik inventory, dan pengguna," tutupnya.
Sebelumnya, maskapai AirAsia telah mengambil keputusan untuk menarik penjualan tiketnya secara permanen dari online travel agent (OTA) Traveloka sejak (4/3) lalu.
Penarikan ini meliputi seluruh rute penerbangan di semua jaringan AirAsia. Keputusan ini didasari hilangnya tiket AirAsia secara misterius di Traveloka untuk kedua kalinya dalam dua minggu terakhir.
Peristiwa ini menarik perhatian portal Skift.com, media online yang selama ini memiliki reputasi disegani di dunia travel global.
Skift.com dalam investigasinya pada (13/3), mencium adanya dugaan "campur tangan" dari pesaing AirAsia di bisnis aviasi Indonesia dalam hilangnya tiket maskapai itu di sejumlah OTA lokal, tak hanya Traveloka.
Skift.com dalam investigasinya "menduga" Garuda Indonesia dan Lion Air juga mendorong pemain OTA lainnya, Tiket.com, untuk tidak menjual tiket dari AirAsia.
Laporan terbaru Skift.com (18/3) menyatakan tiket AirAsia tak hanya hilang di startup tetapi juga di platform online biro perjalanan di Indonesia seperti Panorama Group, Golden Rama Tours & Travel, dan Wita Tour.
Dalam investigasi Skift, tiket AirAsia raib di 15 pemain online dan offline di Indonesia. (
Baca:
Kasus Traveloka)
”Kami tidak punya pilihan. Mereka (maskapai) pertama kali menekan OTA (sejak Januari), kemudian agen besar. Ini sangat menyedihkan, sejujurnya. Kami memiliki hubungan baik dengan AirAsia, saya kenal dengan (AirAsia Indonesia) CEO Dendy (Kurniawan). Tapi AirAsia tidak mau diatur oleh dua grup maskapai besar,” ujar sumber Skift dalam laporannya.(id)