JAKARTA (IndoTelko) – Accelerating Asia, akselerator startup dan perusahaan modal ventura, secara resmi membuka cohort ketiga untuk startup tahap awal terbaik dari program akselerator unggulan mereka.
Dengan rekam jejak pasar geografis yang luas di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan, startup-startup itu telah secara kolektif menggalang lebih dari 2,6 juta dolar Singapura (setara dengan Rp28 miliar) sebelum bergabung, mempekerjakan 120 orang. Dengan cohort baru yang termasuk perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh perempuan, total portofolio Accelerating Asia sekarang meliputi lebih dari 37% startup dengan co-founder perempuan.
Startup-startup tersebut menyelesaikan berbagai masalah yang ada di berbagai sektor industri B2B, B2C dan B2G, yang meliputi energi, transportasi, kesehatan, dan cleantech, yang menambah keberagaman dan kedalaman dari portofolio perusahaan Accelerating Asia. Setiap perusahaan akan menerima investasi awal sebesar 50 ribu dolar Singapura dari Accelerating Asia sedangkan mereka yang berkinerja baik menerima hingga 150 ribu dolar Singapura setelah menyelesaikan program.
Co-Founder Accelerating Asia, Craig Dixon mengatakan untuk cohort 3, pihaknya telah mengevaluasi dan menerima 450 pendaftaran dari 25 negara dan memilih perusahaan-perusahaan untuk bergabung dengan tingkat penerimaan kurang dari 2% untuk program ini.
“Masuk ke dalam program, cohort kali ini merupakan cohort yang paling bertalenta dan terampil dalam hal traksi bisnis dan potensi mereka sebagai katalisator untuk perubahan positif di dalam lanskap pasca pandemi yang berubah cepat,” katanya.
Energy Lite yang berbasis di Singapura memiliki spesialisasi dalam hal agregasi energi terbarukan dan akan mendapatkan kontrak dengan perusahaan-perusahaan Fortune 500, termasuk Denso Ten dan Rockwell Collins. Selanjutnya ada juga perusahaan asal Indonesia KaryaKarsa yang memiliki lebih dari 7.000 kreator konten di platform mereka dengan tingkat pemasukan lebih dari 200 ribu dolar AS dari para kreator sejak Oktober 2019.
Selain itu, ProjectPro bergabung sebagai perusahaan portofolio pertama dari India yang penggunanya termasuk para pengembang perangkat lunak dari Amazon. Sedangkan Weavair menawarkan sensor dan analitik prediktif untuk sistem distribusi udara untuk mencegah penyebaran kontaminasi dan infeksi, sambil mengurangi biaya operasional dan perawatan.
“Kami telah memperluas rekam jejak geografis kami ke India dan memperkuat kembali kehadiran kami di Indonesia lewat upaya-upaya rekrutmen kami untuk cohort ini, talenta dari startup-startup kami ditempatkan dengan baik untuk memberikan keuntungan kepada para investor. Kami yakin mereka bisa menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang lebih besar di dunia pasca COVID-19 ini,” kata Dixon.
Ekosistem Asia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang bertahap dari pandemi dengan tingkat investasi yang meningkat di sektor-sektor seperti agritech, eCommerce, fintech dan kesehatan, menciptakan tingkat optimisme menuju Q3 2020.
Menurut penelitian DealStreetAsia, startup di Asia Tenggara menggalang sedikitnya US$2,8 miliar di kuartal kedua tahun ini, hanya sedikit lebih rendah dari US$2,9 miliar di kuartal sebelumnya, Q2 menyaksikan sedikitnya 184 kesepakatan, naik 26% selama Q1, dan 63% selama kuartal kedua tahun lalu.
“Baru-baru ini, investasi semakin hangat di tingkat angel dan institusional karena negara-negara sedang melakukan reopening, dan ekonomi-ekonomi menggeliat kembali. Kami juga telah melihat traksi portofolio yang luar biasa bahkan selama masa yang sulit ini, dengan lima dari perusahaan-perusahaan portofolio alumni kami baru-baru ini menutup babak dengan investasi institusional,” tambah Dixon.
Accelerating Asia juga sedang mendekati penutupan akhir pendanaan dan terus menandatangani kemitraan dengan para mitra terbatas (Limited Partner/LP) untuk akses awal dan eksklusif untuk startup mereka, menyediakan alur kesepakatan yang berkualitas, hak-hak prorata dan opsi pertama untuk investasi. Dalam empat pekan pertama sejak bergabung ke dalam program, startup-startup cohort 3 telah menerima lebih dari 1,2 juta dolar Singapura dalam bentuk komitmen awal dari investor yang ada dan juga angel investor yang merupakan mitra Accelerating Asia.
Akselerator tersebut sejak itu berpusat di program virtual 100 hari yang terus menekankan dan fokus kepada pertumbuhan startup, kesiapan bisnis dan penggalangan modal.
“Kami beruntung bekerja di suatu industri yang secara konstan beradaptasi dan bisa meneruskan dari jarak jauh dimanapun kami berada. Sulit mengumpulkan para pengusaha dalam satu lokasi di hari tertentu karena mereka biasanya tersebar di seluruh wilayah selama program ini. Karena itu, kami selalu menjalankan sesi entrepreneur-in-residence, coffee chat virtual dengan investor, dan digital masterclass dari jarak jauh, sehingga melompat menjadi akselerator yang sepenuhnya online tidak terlalu sulit,” kata Co-Founder di Accelerating Asia, Amra Naidoo.
“Prioritas kami adalah untuk memastikan program cohort ketiga kami terus tumbuh dan berjalan di market dan vertikal unik mereka. Menjadi modal ventura akselerator memungkinkan kami menyajikan pendekatan secara langsung (hands-on approach) selama periode investasi awal karena kami menyajikan program dan akses yang para startup harus tingkatkan dan kembangkan, sambil meminimalkan resiko investasi dan fokus kepada memberikan laba kepada investor kami di venture capital fund kami,” tambah Naidoo.
Sejak diluncurkan pada 2018, Accelerating Asia telah tumbuh menjadi komunitas lebih dari 48 pengusaha dan 28 startup, tersebar di Asia dengan 40 persen diantaranya merupakan perusahaan yang dipimpin oleh atau didirikan bersama dengan perempuan. Mereka bekerja bersama sejumlah jaringan angel investor regional seperti Angel Hub, ANGIN dan Angel Central juga dengan investor institusional terkemuka, termasuk Cocoon Capital, Monks Hill Ventures dan Golden Gate Ventures.
Sembilan belas perusahaan dari dua cohort mereka sebelumnya telah menggalang investasi kolektif lebih dari 5 juta dolar Singapura.
Priyoshop mengalami pertumbuhan sebesar 500% di GMV pada Juli, mendapatkan lebih dari 500.000 pengguna. Agritech startup, iFarmer menggalang 500 ribu dolar AS untuk memberdayakan petani di Bangladesh dan memfasilitasi investasi senilai hampir 1 juta dolar AS untuk pertanian melalui platform tersebut. Startup travel-tech, IZY telah terus menggalang investasi dan membangun kontrak dengan para mitra di tengah industri yang sangat terdampak COVID-19.
Cohort ketiga Accelerating Asia diluncurkan pada Agustus 2020, dan akan berakhir pada November 2020 dengan sebuah Demo Day virtual.(ak)