JAKARTA (IndoTelko) - COVID-19 merupakan salah satu disrupsi terbesar dalam sejarah manusia. Seiring dunia terus beradaptasi dengan kenormalan baru (
new normal), khususnya terkait digitalisasi, beberapa sektor telah berhasil memimpin adaptasi, sementara sektor lain masih sangat tertinggal.
Sejumlah sektor di Indonesia yang sebagian besar sudah migrasi ke digital dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan permintaan dan kondisi pasar. Salah satu contoh yang paling menonjol adalah e-commerce dimana disrupsi COVID-19 berdampak positif terhadap sektor e-commerce karena lebih banyak konsumen dan bisnis yang online selama pandemi.
Sementara itu, sejumlah sektor yang fokus pada aktivitas fisik seperti manufaktur, pertambangan, dan sektor distribusi menjadi lebih terekspos. Padahal, sektor distribusi merupakan sektor krusial mengingat perannya sebagai pemasok barang ke seluruh Indonesia yang memiliki banyak kepulauan. Apalagi, COVID-19 mempengaruhi kapasitas pelabuhan. Kesamaan sektor-sektor ini adalah mereka baru mempercepat transformasi digital selama pandemi.
Saat ini kita berada di titik kritis untuk digitalisasi, khususnya bagi bisnis dari berbagai jenis dan sektor. Namun, bagi industri fisik, kebutuhan untuk bertransformasi bahkan lebih akut. Perusahaan harus berinvestasi lebih banyak dan strategis di Industri 4.0 agar bisnis mampu bertahan dan menahan guncangan di masa depan.
Dengan peluncuran 5G yang meluas secara global, sudah waktunya bagi industri Indonesia untuk menimbang dan mengimplementasikan konektivitas generasi mendatang dapat bertindak selaras dengan ekosistem teknologi utama atau biasa disebut sebagai 5G+. Ini adalah revolusi besar digitalisasi industri berikutnya yang dapat menolong perusahaan di Indonesia memulihkan keseimbangan antara investasi digital dan skala ekonomi yang lebih luas.
Pentingkah Teknologi 5G+?
Terlepas dari pandemi, dampak revolusi 5G hanya sedikit, terutama di kawasan Asia-Pasifik dimana pemerintah menggandakan 5G. Meski Indonesia masih mempertimbangkan strategi 5G yang paling optimal, penyelesaian proyek Palapa Ring secara nasional menunjukkan bahwa pemerintah menaruh perhatian tentang koneksi antar penduduk dan industri sebelum memperkenalkan 5G secara penuh.
Oleh karena itu, yang terutama adalah persoalan 'kapan' ketimbang 'jika' terkait peluncuran 5G di Indonesia. Tetapi sebelum mencapai titik itu, industri fisik di Indonesia, yakni mereka yang ingin mengoptimalkan potensi bisnis sepenuhnya, harus lebih dari sekadar membuat rencana untuk memiliki jaringan 5G.
Inilah hal penting agar benar-benar siap menyambut 5G+, dimana perusahaan tidak hanya akan memiliki infrastruktur jaringan 5G, tetapi juga menghubungkan antara teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dan teknologi operasional. Dengan kata lain, kemajuan sistem digital dan fisik, yang kemudian akan bekerja bersama-sama untuk keuntungan perusahaan.
Namun, tantangan utamanya adalah sistem digital dan fisik industri yang rumit dapat menjadi tugas berat untuk menentukan solusi teknologi 5G+ mana yang harus diprioritaskan. Atas dasar itu, Nokia Bell Labs mengidentifikasi sejumlah teknologi kunci yang dapat mendukung transformasi industri 5G+. Yakni jaringan besar 5G, infrastruktur dan platform cloud terbaru, sistem kecerdasan dan mesin pembelajaran, jaringan pribadi, sensor dan robotika, keamanan end-to- end (E2E), dan model bisnis jaringan layanan.
Bersamaan dengan teknologi kunci itu, 5G+ juga mencakup aplikasi bisnis, layanan, dan platform yang dipengaruhi oleh teknologi yang disebutkan di atas. Ini terdiri dari platform komputasi perusahaan, aplikasi umum dan khusus vertikal (termasuk pengembangan aplikasi dan solusi intelijen bisnis), serta layanan dan proyek profesional dan terkelola yang terpengaruh oleh teknologi 5G+.
Solusi ini secara esensial akan membantu perusahaan dari berbagai sektor mengoptimalkan penggunaan 5G+ ketika membangun pondasi infrastruktur untuk mendigitalkan bisnis mereka. Perpaduan dan interaksi 5G dan teknologi terkait juga akan berdampak pada skala bisnis yang lebih luas.
5G+ dan Ketahanan Strategis Melalui Pencapaian SPE
Baik pemerintah dan korporasi Indonesia diharapkan meningkatkan investasi ICT di tahun-tahun mendatang. Dalam memastikan bahwa sektor fisik dapat meraih keuntungan maksimal dengan kecepatan dan skala yang lebih cepat, perusahaan harus mengoptimalkan penggunaan teknologi 5G+ untuk meningkatkan diri secara digital khususnya dalam hal peningkatan keselamatan, produktivitas dan efisiensi atau
safety, productivity and efficiency (SPE).
Apa yang dibutuhkan untuk peningkatan 5G+ terkait SPE? Mari melihat pada kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin atau biasa disebut
augmented intelligence and machine learning (AugI/ML) yang merupakan penggerak 5G+.
Pertama, peningkatan keselamatan dapat diartikan dengan mengukur berkurangnya insiden terkait keselamatan. Misalnya, pabrik yang menggunakan AugI/ML dapat menghubungkan dengan teknologi video cerdas untuk mendeteksi kecelakaan sebelum terjadi, sehingga meningkatkan keselamatan pekerja dan peralatan.
Sementara itu, peningkatan produktivitas sebagai penentu utama keberhasilan SPE berarti peningkatan volume barang atau jasa yang diproduksi dari basis aset yang sama. Dengan sistem AugI/ML, pabrik dapat memperkirakan permintaan pasar tertentu dengan lebih baik yang kemudian dapat memungkinkan kebijakan antisipatif, sekaligus mempersingkat periode respons dan memaksimalkan kapasitas operasional perusahaan. Selain itu, AugI / ML dapat membantu mengoptimalkan produk atau desain sistem untuk memfasilitasi kustomisasi massal dan menyederhanakan proses operasional.
Kedua, peningkatan efisiensi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengurangi jumlah sumber daya yang dikonsumsi untuk hasil yang sama. Misalnya, teknologi sensorik inovatif yang didukung oleh AugI/ML dapat mendeteksi kegagalan mesin di pabrik sebelum terjadi. Ini membantu meminimalkan gangguan yang tidak terduga karena analis video dapat memperingatkan kemungkinan masalah kualitas untuk mencegah pemborosan sumber daya, sekaligus memungkinkan kendali
real-time dari operasional pabrik untuk memastikan inventaris.
Secara keseluruhan, kesuksesan SPE dapat membantu industri melakukan lebih banyak hal dengan kecepatan dan skala yang lebih besar. Hal ini dikarenakan penggerak 5G+ dapat memberikan peningkatan fleksibilitas operasional. Hal ini juga dapat ditingkatkan dengan model bisnis jaringan sebagai layanan yaitu model yang dapat diprogram dan
ditujukan khusus untuk teknologi 5G, dan redundansi jaringan yang lebih baik, kecerdasan bisnis juga didukung oleh alat akselerasi digital.
Pabrik kami di Oulu, Finlandia menunjukkan beberapa contoh kasus tentang bagaimana penggerak 5G+ yakni jaringan E2E 5G dan otomatisasi cloud, mampu meningkatkan aplikasi, layanan, dan platform. Di Indonesia, kami membantu meningkatkan penyebaran enabler seperti jaringan nirkabel pribadi untuk sektor-sektor seperti pelabuhan, khususnya dalam memungkinkan pemantauan kinerja dan pengoperasian mesin derek (
crane) secara
real-time.
Penulis : Fuad Siddiqui, Executive Partner and Vice President, Nokia Bell Labs