JAKARTA (IndoTelko) - Jumlah
gamers terus bertumbuh seiring dengan pergerakan kohor penduduk dan penetrasi internet yang kian cepat. Bahkan,
game online seolah menjelma menjadi kebutuhan bagi Gen Z dan Milenial. Kurang lebih 55 persen Gen Z rutin memainkan
game minimal dalam 3 hari selama seminggu terakhir.
Survei enciety Business Consult (eBC) menunjukkan bahwa
gamers terdiri dari mereka yang berada di kelompok usia 15-20 tahun yakni sebanyak 35,6 persen. Disusul kelompok usia 21-25 tahun sebanyak 19,3 persen, kelompok usia 26-30 tahun kurang lebih 14,4 persen, kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 10,4 persen, kelompok usia 36-39 tahun ada 8,4 persen dan mereka yang berusia antara 40-55 tahun sebanyak 11,9 persen.
Sementara itu bila dilihat dari banyaknya
gamers di dalam rumah tangga maka proporsi rumah tangga dengan lebih dari 1 orang
gamers ada kurang lebih 60 persen.
Pertumbuhan signifikan
gamers ini mengakibatkan tuntutan atas kualitas layanan internet yang diberikan oleh
internet service provider (ISP) menjadi kian besar.
Gamers tidak ingin kenyamanan dalam memainkan
game terganggu oleh grafis yang buruk atau permainan yang mengalami
lag. Ketidaknyamanan dalam memainkan
game online sering ditumpahkan ke ISP.
Sebenarnya ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan
gamers dalam memainkan
game yang mereka sukai. Mulai dari kecukupan
bandwidth yang mereka gunakan,
gadget atau spek perangkat yang dipergunakan untuk memainkan
game, hingga faktor dari
game provider itu sendiri.
Setiap
game online memiliki kualitas yang berbeda-beda baik dari kualitas grafis, kecepatan mulai membuka hingga muncul tampilan awal, hingga tidak adanya
lag saat memainkan
game. Hal-hal tersebut sering dirasakan dan tentu sangat mempengaruhi kenyamanan
gamers saat memainkan
game online. Sering pula kita dengar seorang
gamer meninggalkan
game online tertentu hanya karena
game yang dimainkan tersebut lemot karena
game provider sering melakukan
update atau
maintenance.
Namun sayangnya, masih dari survei, sekitar 52 persen rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga
gamers tidak berlangganan
fixed broadband paket
game. Sisanya, 48 persen sudah berlangganan paket
game.
Tingginya pertumbuhan
gamers ini menyebabkan
internet service provider (ISP) menjadi tidak mudah dalam memenuhi harapan pelanggan. Terutama pada ISP yang masih banyak mengelola pelanggan dengan paket langganan 10 Mbps. Hal ini terjadi pada IndiHome, seperti kita ketahui ada kurang lebih dari 60 persen pelanggan IndiHome yang menggunakan atau berlangganan paket 10 Mbps.
Dari survei eBC pada pelanggan yang berlangganan diatas 10 Mbps, diperoleh gambaran bahwa diantara 6 ISP Fixed Broadband yang diamati, IndiHome menempati ranking tertinggi dalam kemampuan memuaskan pelanggan. Sebanyak 78 persen
gamers dari pelanggan IndiHome merasa puas atau tidak pernah merasakan gangguan
(lag) saat bermain.
Di urutan kedua ada MNCPlay. Kurang lebih 61 persen pelanggan MNCPlay puas atau tidak pernah merasakan gangguan saat memainkan
game. Posisi berikutnya ditempati Biznet, yakni sebesar 57 persen, FirstMedia 53 persen diikuti CBN sebesar 43 persen dan terakhir adalah myRepublic 3 persen.
Dalam konteks tersebut, ada tiga hal yang menjadi catatan. Pertama, populasi
gamers di Tanah Air akan semakin bertambah. Kondisi ini pada gilirannya akan semakin meningkatkan persaingan antar penyedia layanan
game dan tuntutan
gamers pada kualitas akses internet
Kedua, masih banyaknya
gamers yang memainkan
game online di paket kecepatan di bawah 20 Mbps atau belum beralih berlangganan
fixed broadband paket
game online. Hal ini acap kali menimbulkan ketidakpuasan terhadap kualitas akses internet saat bermain
game.
Ketiga, ISP dengan proporsi pelanggan paket kecepatan 10 Mbps besar seperti IndiHome akan menghadapi tantangan yang tidak mudah untuk mengelola ketidakpuasan pelanggan, terutama rumah tangga yang di dalamnya terdapat
gamers. (adv)