JAKARTA (IndoTelko)- Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) mengajak para entrepreneur startup khususnya di bidang pangan untuk terus berinovasi dalam menciptakan bisnis yang efisien. Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah iradiasi pangan.
Pesan ini disampaikan pada webinar “Next Level with AMVESINDO -Talk With Expert Pengawetan Pangan dengan Nuklir, Diakui Aman Oleh Lebih dari 50 Negara” pada 3 Agustus 2021 lalu.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) Jefri Sirait mengungkapkan urgensi agenda ini. “Selama ini teman-teman entrepreneur kebanyakan hadir pada lapis downstream atau hilir saja. Sedangkan pada layer upstream atau hulu juga banyak potensi untuk diberikan sentuhan inovatif,” kata Jefri.
Melalui iradiasi, komoditas pangan seperti sayuran, buah-buahan, hingga olahan lainnya akan menjadi lebih awet dan higienis. Hal ini akan sangat berguna karena dalam bisnis pangan, keawetan pangan dan higienitas masih menjadi isu, terutama ketika harus melewati pengiriman antar kota serta provinsi. Menurut Jefri tantangan utamanya terletak pada pengiriman ekspor ke luar negeri, di mana pasar ekspor komoditas pangan nasional sedang mengalami peningkatan tren.
“Tidak hanya masalah keawetan saja, tapi dengan proses iradiasi bahan makanan juga bisa terbebas dari jamur dan mikroba berbahaya lainnya,” lanjut Jefri. Menurutnya aspek inilah yang memberikan nilai tambah yang cukup signifikan. Seperti yang diketahui, sejak pandemi Covid-19 tahun kemarin, kesadaran masyarakat akan konsumsi makanan sehat meningkat sangat pesat yang berdampak juga pada tren gaya hidup sehat.
AMVESINDO mengungkapkan, iradiasi pangan sudah lebih dahulu menjadi tren di belahan dunia lain seperti Amerika Serikat. Negara - negara lain di Eropa juga sudah menetapkan standar tinggi terhadap daya saing yang tidak mengorbankan aspek keawetan dan kesehatan. Diketahui teknologi iradiasi pangan juga sudah mendapat dukungan lebih dari 60 negara. “Yang terpenting adalah kami juga ingin mendukung para petani lokal di Indonesia agar tidak ada lagi fenomena ditolaknya penjualan hasil pangan. Beberapa diantaranya bahkan harus merelakan hasil produksinya terbuang karena sudah tidak bisa terjual, akibat anjloknya harga pada periode tertentu,” imbuh Jefri.
Webinar ini dilaksanakan sebagai bentuk dukungan AMVESINDO terhadap pengembangan teknologi iradiasi terhadap industri pangan nasional. Saat ini pemerintah Indonesia telah memiliki fasilitas iradiasi yang dijalankan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, yang bisa digunakan oleh siapapun, seperti yang dijelaskan oleh Putra selaku moderator pada acara terkait. “Beberapa regulasi teknis terkini yang berkaitan dengan pengawasan penggunaan teknologi iradiasi terhadap bahan pangan juga sudah difasilitasi oleh pemerintah, mulai dari aturan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementerian Kesehatan, hingga BATAN dan lainnya,” ungkap Putra.
Tenaga Ahli Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN, Dr. Ir. Rindy Panca Tanhindarto, M.Si mengatakan, jaminan peningkatan kualitas pangan hasil iradiasi akan sangat bermanfaat bagi pelaku usaha. Sebab jaminan tersebut bisa meminimalisir timbulnya risiko pada rangkaian proses yang dilalui hingga produk sampai pada konsumen. Rindy mencontohkan kerap
terjadinya kesalahan teknis yang terjadi ketika pengiriman barang terutama fasilitas penyimpanannya. Iradiasi, katanya, sudah menjamin kualitas pangan jika terjadi perubahan suhu ketika di perjalanan.
“Iradiasi ini menggunakan teknologi radiasi yang memanfaatkan salah satu teknik penyesuaian tenaga nuklir. Seperti namanya, iradiasi adalah radiasi nuklir yang terarah atau terukur, melalui suatu tujuan yang jelas. Semua perhitungan terhadap aspek fungsi dan keamanan dilakukan dengan sebaik-baiknya,” kata Rindy. Karena bisa dimanipulasi tersebut, takaran konsentrasi radiasi juga bisa diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Pada prinsipnya iradiasi bisa membunuh berbagai parasit dan mikroba jahat dalam komoditas pangan seperti e.coli, salmonella, staphylococcus, listeria, dan campylobacter. Secara gambaran umum pula, iradiasi juga bisa mengatur intensitasnya terhadap pertumbuhan telur serangga, sehingga telur tersebut masih ada tapi tidak akan bisa menetas.
Dalam perjalanannya, Rindy mengatakan iradiasi sudah dicanangkan pada peraturan pangan dunia sejak tahun 1970. Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah melegalkan iradiasi pangan sejak tahun 1987 silam. Sebelum mengeksekusi iradiasi, BATAN akan menentukan keamanan berlapis yang ditinjau dari aspek mikrobiologi, kimia radiasi, fisika radiasi, nutrisi, toksisitas, mikrobiologi, bahan pengemas, dan organoleptik nya.
BPOM pun sudah mengeluarkan teknis aspek keamanan dan tata cara secara lengkap. Hal tersebut tercantum pada Peraturan BPOM Nomor 3 Tahun 2018 tentang Pangan Iradiasi dan Peraturan BPOM Nomor 18 Tahun 2019 tentang Cara Iradiasi Pangan yang Baik. Adapun berbagai jasa dan berbagai teknis yang diperlukan telah diatur sebagai beleid penerimaan negara bukan pajak pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Tenaga Nuklir Nasional.
“Iradiasi juga bisa jadi wahana branding, karena setiap kemasan makanan hasil iradiasi ada label khususnya,” kata Rindy. BATAN pun terbuka bagi para pelaku usaha yang ingin mengenal iradiasi secara mendalam. Dalam mendukung hal ini, BATAN dan AMVESINDO juga dengan akan membantu jika ada pelaku usaha yang ingin memiliki fasilitas iradiasinya sendiri.
Ketua I AMVESINDO William Gozali, mengatakan berharap ajakan menggunakan iradiasi sebagai solusi untuk meningkatkan efisiensi berbisnis bisa dimanfaatkan banyak pengusaha. “Melalui agenda ini, AMVESINDO berharap dapat memperluas dukungan kepada pelaku industri, tidak hanya dari sisi pendanaan, tapi juga proses bisnis yang efisien dan berkelanjutan. Ke depannya, AMVESINDO Institute juga akan memperbanyak program-program edukasi solutif bagi kalangan pelaku usaha. Edukasi tidak hanya terbuka bagi anggota saja, tetapi juga bagi masyarakat luas agar industri nasional secara garis besar bisa memiliki daya saing yang tinggi,” ujar William.(wn)