JAKARTA (IndoTelko) - Per tanggal 5 Mei 2023, World Health Organization (WHO) resmi mengakhiri status darurat kesehatan global untuk Covid-19. Berakhirnya era ini membuat aktivitas masyarakat bisa kembali seperti masa sebelum Covid-19, di mana orang-orang bisa bertemu dan berkerumun hingga belanja langsung ke pasar.
Kembalinya aktivitas masyarakat di satu sisi bisa dipandang sebagai ancaman bagi usaha online grocery yang menjamur selama pandemi. Lalu, bagaimanakah kelanjutan nasib usaha-usaha ini.
CEO dan Founder Titipku Henri Suhardja mengatakan, tak bisa dipungkiri bahwa ada masyarakat yang belanja langsung ke pasar.
"Saya melihat bahwa di 2023 ini sudah ada tiga kelompok konsumen. Kelompok pertama adalah kelompok yang kembali belanja langsung ke pasar. Kedua, adalah kelompok yang tetap belanja daring karena sudah merasakan kemudahannya. Kelompok ketiga adalah kelompok keluarga baru atau pekerja baru yang memilih belanja daring guna bisa fokus ke kerjaan atau newborn baby mereka. Jadi, tetap akan ada yang belanja grocery secara daring," jelasnya.
Ia yakin dan optimis bahwa online grocery tetap potensial dan akan terus berkembang, baik di ranah nasional maupun global. Ditambah, Henri juga meyakini tentang adanya regenerasi konsumen yang lebih fasih digital.
Ditambahkannya, Online grocery ini akan terus meningkat karena saat ini masyarakat kita didominasi Milenial yang sudah fasih digital, dan ke depannya akan didominasi Gen Z yang memang menjadi digital native. "Generasi ini lah yang akan punya pikiran ‘kalau bisa belanja online ya belanja online aja’," katanya.
Salah satu syarat agar bisnis model tidak tergerus bisnis baru yang bermunculan adalah kemauan untuk beradaptasi. Itulah yang membuat banyaknya usaha yang berpindah dari bisnis model B2C ke B2B maupun mengadaptasi model bisnis omnichannel O2O (online to offline).
Ia mengakui bahwa usaha Titipku juga beradaptasi dengan melebarkan sayap bisnis ke B2B2C model. "Jadi sekarang Titipku tidak hanya fokus ke pemenuhan kebutuhan konsumen rumahan, tapi juga fokus ke pemenuhan kebutuhan produk dagangan para pedagang di pasar maupun ke pemenuhan kebutuhan bahan pangan usaha hotel, restoran, dan kafe atau usaha horeka," kata Henri.
"Bedanya, Titipku tidak menggunakan sistem warehouse seperti kebanyakan usaha B2B ataupun O2O. Warehouse Titipku ya para pedagang pasar dan supplier produk bahan pokok itu sendiri," ungkapnya.
Harapannya semua stakeholder Titipku di 2023 ini fokus pada kualitas produk. Online grocery ini adalah kebutuhan pokok yang harus terjamin kualitas dan kesegarannya. Kesegaran Ini harus menjadi value utama yang usaha tawarkan ke konsumen, baik konsumen rumahan, pedagang eceran, maupun usaha horeka.
Disimpulkannya, adanya empat hal yang bisa membuat usaha online grocery menang di hati konsumen.
Pertama adalah kenyamanan. Belanja di pasar tanpa perlu ke pasarnya langsung itu sungguh praktis. Yang kedua adalah kualitas produk yang menjadi poin utama online grocery. Ketiga, adalah kualitas pelayanan yang baik dan aman. Terakhir, adalah harga yang dibayar sebanding dengan yang didapat.
"Pelanggan yang biasa belanja online grocery pasti sudah tahu bahwa harga produk berbeda dengan pasar. Namun, harga ini sebanding dengan kepraktisan belanja maupun kesegaran produk yang didapat," katanya.
Keempat hal ini juga diimplementasi oleh Titipku. Hal ini terlihat dari banyaknya ulasan baik di Google Playstore Titipku. Seorang pelanggan Titipku bernama Laila mengatakan bahwa aplikasi Titipku membantunya yang malas belanja ke pasar, kenyamanan menjadi nilai yang dirasakan oleh pelanggan satu ini.
Pun pelanggan lainnya bernama Hamdra memberi ulasan bagus terkait kesegaran sayur yang dipilih oleh kurir Titipku, Jatiper. Pada ulasan ini, kesegaran produk dan kualitas pelayanan sungguh dirasakan oleh pelanggan Titipku.
"Model bisnis yang tepat dan adanya nilai-nilai yang diangkat Titipku inilah yang membuat saya yakin Titipku akan memenangkan pasar online grocery di 2023 ini," jelas Henri. (mas)