JAKARTA (IndoTelko) - Schneider Electric, pemimpin global transformasi digital dalam manajemen energi dan otomasi, memiliki misi untuk menjadi bagian penting dalam membentuk industri masa depan bersama yang berkelanjutan dalam ekosistem industri yang saling terhubung (pemerintah, industri lintas sektor hulu dan hilir, pembuat kebijakan, serta individu yang mendukung rantai pasok) di Indonesia untuk mencapai Industri 4.0.
Ekosistem terhubung yang dimaksud adalah ekosistem berbasis otomasi industri yang terbuka, kolaboratif, dan berbasis software dengan konsep Industries of the Future. Hal ini sesuai dengan misi Indonesia sebagai 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030 melalui Industri 4.0., yaitu transformasi industri yang memanfaatkan teknologi digital, sistem siber-fisik, dan otomasi untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan nilai tambah. Di Indonesia, Industri 4.0 didorong oleh Kementerian Perindustrian melalui inisiatif Making Indonesia 4.0.
Sementara itu, secara paralel untuk mencapai Industri 4.0 dibutuhkan misi industri yang berkelanjutan berdasarkan pola pikir dan perilaku digital. Sehingga memungkinkan individu dalam organisasi industri untuk percaya dan bertindak berdasarkan gagasan bahwa transformasi digital dapat membantu meningkatkan efisiensi bisnis.
Tahun ini, Schneider Electric Indonesia kembali menjadi mitra strategis dalam Indonesia 4.0 Conference & Expo 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia pada tanggal 23-24 Agustus 2023.
Acara ini dihadiri Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Agus Gumiwang Kartasasmita, sekaligus membuka acara yang terdiri dari conference dan expo. Dikatakan Agus, acara Indonesia 4.0 Conference & Expo ini merupakan forum sinergi yang tepat untuk saling berbagi isu dan perkembangan digital pada industri manufaktur. "Saya meminta dukungan dari seluruh pemangku kepentingan untuk mengakselerasi implementasi Industri 4.0 yang membutuhkan sinergi dan kolaborasi. Kolaborasi harus melibatkan seluruh pihak, termasuk pemerintah, industri, akademisi, konsultan, tech provider dan financial provider," ujarnya.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), emisi karbon mengalami penurunan dari 593.715.000-ton pada tahun 2019 menjadi 535.453.000-ton pada tahun 2020 dikarenakan pandemi global COVID-19. Namun, pada tahun tahun berikutnya, emisi karbon kembali mengalami peningkatan menjadi 536.830.000-ton pada tahun 2021, dan 691.960.000-ton pada tahun 2022.
Kenaikan emisi karbon ini disebabkan oleh penerapan transformasi digital yang meningkatkan penggunaan energi dan emisi karbon. Oleh karena itu, penting bagi industri untuk memahami bagaimana melakukan manajemen energi dalam penerapan transformasi digital, sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan mencapai keberlanjutan.
Dijelaskan Cluster President Schneider Electric Indonesia and Timor Leste, Roberto Rossi, sebagai Impact Company, Schneider Electric sadar bahwa kami harus menjadi bagian dari solusi melalui inovasi, dan program yang mencakup seluruh dimensi dari ESG. "Kami juga percaya bahwa untuk mencapai tujuan Industri 4.0 yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia, semua pihak yang berada dalam ekosistem nasional harus memiliki tupuna yang sama, yaitu mencapai keberlanjutan melalui transformasi digital," katanya.
Perubahan pola pikir, budaya, dan proses dalam suatu entitas industri sangat dibutuhkan dalam transformasi digital, sehingga integrasi teknologi digital ke dalam semua bidang bisnis, khususnya industri akan menghasilkan perubahan mendasar. Saat ini banyak perusahaan yang berorientasi pasar global telah menerapkan transformasi digital untuk meningkatkan nilai efisiensi dengan mengurangi jejak karbon menuju keberlanjutan jangka Panjang yang dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu strategize, digitize, dan decarbonize.
Pada kesemoatan yang sama, Vice President Industrial Automation at Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Martin Setiawan mengatakan, transformasi digital bukanlah menghilangkan tenaga kerja potensial, tetapi malah menciptakan produk dan pangsa pasar baru dengan meningkatkan kapasitas tenaga kerja, keluaran produksi, dan jangkauan pemasaran. "Dalam menerapkan transformasi digital untuk mencapai keberlanjutan, kami tentunya tidak berjalan sendiri," ujarnya.
Schneider Electric percaya bahwa industri masa depan, khususnya Industri 4.0 bukan hanya soal perangkat keras (hardware) baru, tetapi semuanya harus dimulai dari pemilihan aplikasi cerdas berbasis teknologi perangkat lunak (software). Paradigma digital ini berpotensi memberikan kemampuan operasional yang belum pernah ada sebelumnya dan mendukung peluang bisnis baru bagi seluruh pemangku kepentingan industri.
Berdasarkan riset yang terverifikasi dari Schneider Electric Sustainability Research Institute, dengan diterapkannya konsep industries of the future didapati bahwa terjadi 20% peningkatan dari efisiensi produksi, 15% penghematan energi, 30% peningkatan pada efisiensi tenaga kerja dengan menggunakan solusi digital, dan 30% pengurangan biaya perawatan seiring dengan berkurangnya downtime.
Roberto menambahkan, mengembangkan transformasi digital dalam mencapai keberlanjutan untuk Indonesia membutuhkan tindakan kolektif dan strategi yang inovatif. "Dalam lanskap industri, teknologi tidak hanya mendorong efisiensi tetapi juga meminimalkan dampak lingkungan. Melalui inisiatif Green Heroes for Life, kami bermitra dengan lintas sektor dalam mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk memulai transformasi digital sebagai bagian dari perjalanan keberlanjutan," jelasnya. (mas)