JAKARTA (IndoTelko) - Memasuki Pemilu tahun 2024, perputaran uang dalam belanja konsumsi masyarakat diprediksi kian meningkat. Pasalnya, ini didorong oleh situasi pasca pandemi yang mendorong aktivitas bisnis kian lancar.
Mandiri Institute mencatat kenaikan Mandiri Spending Index sebesar 181,5, melebihi rata-rata tingkat belanja normal pada tahun 2022. Kondisi ini perlu dimanfaatkan oleh pelaku usaha perlu mempersiapkan strategi pemasaran dengan tren-tren terbaru.
Hal ini dikupas dalam acara PaperPreneurs yang diselenggarakan oleh Paper.id. Sebagai platform penagihan & pembayaran bisnis, yang juga dikenal sebagai Business Payment Solution Provider (BPSP), Paper.id secara rutin mengadakan acara PaperPreneurs sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam memfasilitasi digitalisasi UMKM. Acara PaperPreneurs kali ini bertajuk New Year, New Chapter: Marketing Trends to Look Out for in 2024 diadakan di Jakarta.
Acara ini mengundang Brand Development Dept Head Taro Net, Marselus Albert Chandra dan Head of Marketing Whitelab, Devie Diana. Tren marketing di tahun 2024 tentunya akan lebih mengarah ke soal bagaimana pelaku usaha bisa memanfaatkan tren terbaru yang bervariatif serta membangun konektivitas ke konsumen mereka.
Pertama, pelaku usaha bisa memanfaatkan ChatGPT untuk kebutuhan bisnisnya, salah satunya, untuk tim CS. “Pemanfaatannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan, contoh ChatGPT bisa menyediakan template jawaban bagi tim customer service” kata Devie.
Selain itu, AI juga telah diterapkan di berbagai industri. Salah satunya, industri kecantikan yang menerapkannya untuk mengenali karakter wajah. Konsumen hanya perlu melakukan selfie. Secara otomatis, AI akan menilai kondisi, masalah serta merekomendasikan produk yang cocok untuk wajah mereka.
Semua teknologi tersebut tentunya perlu diselaraskan dengan karakteristik dari konsumen, ini dibahas lewat tren hyper personalization. Singkatnya, tren ini membuat pelaku usaha perlu memberikan rasa excitement kepada konsumen mereka.
Marsel mengatakan, zaman sekarang, marketing is all about excitement, tidak lagi soal produk, tapi bagaimana konsumen bisa merasakan “suasana” yang hadir dalam produk itu.
Ia mencontohkan, banyak restoran yang turut memperhatikan interior dengan desain yang berbeda dari biasanya sebagai daya tarik untuk foto/selfie. Selain itu, pelaku usaha yang bergerak di bidang bisnis juga bisa menghadirkan konten yang lebih fun dan tidak kaku seperti dunia B2B.
Tren penggunaan social commerce diprediksi akan semakin meningkat, karena 86% lebih suka berbelanja di sana menurut survei Populix. Ini menjadi ladang emas bagi para pelaku usaha untuk mempromosikan produk dan layanan secara langsung kepada audiens yang sangat tersegmentasi.
Pelaku usaha bisa menggunakan influencer dan Key Opinion Leader (KOL) untuk semakin mendekatkan brand terhadap konsumen mereka sendiri. Apalagi, kehadiran KOL ini juga bisa digunakan oleh brand-brand yang bergerak di bidang B2B, agar mendekatkan diri mereka ke konsumen dengan mengadopsi tren-tren digital di atas.
Adopsi digital membawa berbagai manfaat, tidak hanya di sisi marketing, tapi dari sisi operasional bisnis, seperti penagihan & pembayaran bisnis. Dalam hal ini, Paper.id akan terus mendukung hal tersebut. Melalui platform bisnis yang bisa diakses secara gratis dan juga acara PaperPreneurs yang menjadi wadah bagi para pelaku usaha untuk bertukar pikiran dan juga mendapatkan relasi bisnis. (mas)