JAKARTA (IndoTelko) — SpaceX terus serius mematangkan persiapan fitur "Direct to Cell" yang dianggap bisa mematikan layanan seluler.
Direct to Cell memungkinkan pengguna untuk mengirimkan SMS, menelepon dan menjelajah di mana saja tanpa perlu takut tidak terhubung, baik itu saat pengguna berada di darat, danau, atau perairan pantai.
Direct to cell akan menghubungkan perangkat IoT dengan standar LTE umum. Direct to cell berfungsi selama pengguna masih bisa melihat langit. Analogi ini diartikan pula bahwa di mana pun pengguna berada, akses layanan dari Starlink tidak akan padam.
Ketika menggunakan Starlink pengguna tidak wajib mengubah perangkat keras, firmware atau aplikasi khusus, sehingga menyediakan akses tanpa batas ke teks, suara, dan data.
Satelit Starlink dengan kemampuan direct to cell memiliki modem eNodeB canggih yang berfungsi seperti menara ponsel di luar angkasa, memungkinkan integrasi jaringan serupa dengan mitra roaming standar.
Fitur ini dianggap sebagai alarm kematian bagi penyelenggara seluler karena daya kompetitifnya menjadi berkurang.
Dikutip dari PCMag, SpaceX diketahui telah meminta izin kepada pihak berwenang untuk memperluas pengujian sistem seluler Starlink di luar Amerika Serikat (AS), termasuk Kanada, Australia, dan Jepang.
Tujuannya adalah menguji teknologi seluler Starlink di luar AS selama 180 hari mulai 1 Mei.
Di AS, SpaceX berencana menghadirkan broadband melalui AT&T. Namun, di tempat lain, SpaceX telah menjalin kemitraan dengan operator lokal dengan tujuan menggunakan spektrum radio berlisensi mereka untuk mengirim data internet ke telepon pelanggan.
Sementara itu, SpaceX telah mencapai kesepakatan dengan tujuh operator, termasuk Rogers di Kanada, Optus di Australia, dan KDDI di Jepang. Pengujian Starlink seluler ke empat pasar lain, termasuk Selandia Baru, Chili, Peru, dan Swiss. Namun, di setiap negara, SpaceX juga perlu mendapatkan otorisasi dari pemerintah daerah terkait sebelum pengujian dapat dimulai.
Selama beberapa bulan ke depan, SpaceX berencana meluncurkan sebanyak 840 satelit Starlink baru yang dilengkapi dengan kemampuan direct-to-cell.
Konsumen T-Mobile dapat mengharapkan sistem seluler Starlink diluncurkan akhir tahun ini, sambil menunggu persetujuan FCC. Awalnya, teknologi ini hanya akan mendukung pesan teks, yaitu dukungan suara dan data diharapkan terjadi tahun depan.
Indonesia
Sementara di Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan Space X telah mengajukan perizinan sebagai penyelenggara layanan Very Small Aperture Terminal (VSAT) dan Internet Service Provider (ISP).
Menkominfo Budi Arie Setiadi menekankan Starlink harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk memenuhi syarat beroperasi di Indonesia. Dalam waktu dekat, Starlink akan melakukan uji coba di Ibukota Negara (IKN).
"Kalau di IKN itu (Starlink) dia bakal melakukan uji coba dan lagi diusahakan time table-nya (jadwal uji coba layanan Starlink di tahun 2024," tuturnya.
Menurut Menteri Budi Arie, Pemerintah membuka peluang bagi perusahaan telekomunikasi baik skala nasional maupun global untuk berinvestasi dan mengembangkan ekosistem digital di Indonesia.
"Kita lihat nanti perkembangannya, yang penting kita harus bikin bisnis yang fair, level playing field-nya juga dan semua harus ikuti regulasi yang ada," tandasnya.
Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Wayan Toni Supriyanto menjelaskan dalam proses perizinan operasi, Starlink telah membangun hub dan memenuhi standarisasi perangkat dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika.
"Jadi mereka ada kemungkinan sudah comply untuk VSAT. Untuk internet (ISP) dia harus bekerja sama dengan NAP, mungkin belum selesai perjanjian kerja sama," ujarnya.
Dirjen Wayan Toni menyatakan rentang waktu uji coba merupakan kebijakan pihak Starlink. Sedangkan untuk jadwal pelaksanaan uji coba ditargetkan berlangsung antara sebelum atau setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 H.
"Kemungkinan sebelum lebaran atau setelah lebaran. Nanti diharapkan uji coba untuk penggunaan satu ground segment-nya menggunakan layanan mereka," jelasnya.
Dirjen PPI Kementerian Kominfo menegaskan terdapat perbedaan kedudukan antara Starlink Global dan Starlink Indonesia. Menurutnya, Starlink Indonesia menjadi bagian dari penyelenggara telekomunikasi di Indonesia.
"Mereka global ya Starlink saja, kalau Starlink Indonesia pemegang izin VSAT dan izin ISP-nya nanti jadi dia seperti penyelenggara di Indonesia. Mereka beli perangkat dan internetnya ke Starlink global, jangan disamakan dengan mereka, makanya harus membangun hub disini," tandasnya.(ak)