JAKARTA (IndoTelko) – Pemerintah menyarankan para operator berbasis Code Division Multiple Access (CDMA) untuk berkonsolidasi jika ingin menggelar teknologi Long Term Evolution (LTE).
“Kalau dari hasil evaluasi kami terakhir, seluruh dunia dan dalam negeri industri
CDMA itu merugi. Opsi paling memungkinkan itu konsolidasi, jika ingin menggelar LTE,” ungkap Menkominfo Tifatul Sembiring, belum lama ini.
Menurutnya, jika para pemain CDMA ngotot menggelar LTE, tidak akan ideal karena kepemilikan frekuensi tidak akan cukup untuk membesut teknologi 4G. “Bagaimana coba mau LTE, frekuensinya cuma 2,5 MHz-5 MHz. Kami sendiri terus melakukan kajian untuk solusi terbaik bagi pemain CDMA ini," katanya.
Saat ini operator CDMA di Indonesia mempunyai sumber daya frekuensi yang terbatas. Dari lima operator, rata-rata operator hanya memiliki total pita lebar 3 MHz hingga 5 MHz.
Indonesia memiliki lima operator CDMA yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan brand Flexi, PT Indosat Tbk (ISAT) dengan StarOne, PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia dengan Ceria, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dengan Smartfren, dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dengan Esia.
Sebelumnya, para pemain CDMA di Indonesia menawarkan
beberapa wacana ke pemerintah yakni mengganti teknologi CDMA ke teknologi netral seperti untuk LTE, menjalankan E-GSM (extended global system for mobile communications), kerjasama operasi, serta akuisisi dan merger.
Salah satu pemain berbasis CDMA yang kabarnya bernafsu menggelar LTE adalah Smartfren. Perseroan kabarnya membutuhkan biaya US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,4 triliun guna memulai pengembangan teknologi LTE.(id)