JAKARTA (IndoTelko) – Bisnis menara di Indonesia memang membara. Simak saja aksi korporasi yang dijalankan PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) yang resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (13/3) kemarin.
Penguasa menara di Kabupaten Badung, Bali ini tak hanya berhasil meraup dana segar sebesar Rp35,2 miliar dari aksi Initial Public offering (IPO), tetapi harga sahamnya langsung melejit di perdagangan hari pertama.
Saham dengan kode BALI ini pada perdagangan perdananya dibuka naik Rp200 atau 50% menjadi sebesar Rp600 per lembar saham dari harga saham perdana yang ditawarkan pada saat IPO di kisaran Rp400 per lembar saham.
Saham dengan nilai terendah sempat menyentuh diangka Rp500 per lembar saham dan nilai saham tertinggi sebesar Rp600 per lembar saham. Total frekuensi saham sebanyak 5 kali dengan volume sebesar 101 lot dengan nilai total transaksi sebesar Rp6 miliar
Bali Towerindo menawarkan sebanyak 88 juta lembar saham perdananya melalui mekanisme IPO. Jumlah tersebut setara dengan 14,72% dari total saham perseroan. Bersamaan dengan IPO ini, perseroan juga mencatatkan sebanyak 176 juta waran seri I, yang mewakili 34,52% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor sebelum IPO ini resmi.
Waran ini akan diberikan kepada pemegang saham baru perseroan. Yakni, tiap satu saham baru yang namanya tercatat dalam DPS penjatahan berhak atas dua waran. Waran ini dapat dikonversi dengan harga pelaksanaan Rp400 per saham.
Dengan demikian, nilai waran ini mencapai Rp70,4 miliar. Konversi ini sendiri bisa dilakukan mulai enam bulan sejak dicatatkan di BEI.
Presiden Direktur Bali Towerindo Jap Owen Ronadhi mengungkapkan dana hasil IPO akan digunakan untuk menambah aset sekitar 100 menara baru. Alhasil, pada akhir tahun ini Bali Towerindo bisa memiliki sekitar 308 menara.
“Belanja modal kita tahun ini sekitar Rp200 miliar. Sisa pendanaan akan dipasoka dari kas internal dan pinjaman bank," jelasnya.
Dikatakannya, walau beroperasi di Kabupaten Badung, namun trafik telekomunikasi lumayan tinggi. "Kabupaten Badung itu banyak tempat pariwisata, itu pasti tinggi traffic-nya. Kami juga ada bangun di wilayah buleleng, tapi lebih besar di Badung ini," paparnya.
Menurut Direktur Utama BEI Ito Warsito pencatatan saham dengan nama kode emiten BALI sangat strategis."Dengan nama strategis ini, saham BALI akan menjadi bagian koleksi para investor BEI dan meramaikan perdagangan bursa efek indonesia. Keberanian BALI listing di semester pertama 2014 akan menjadi katalis bagi calon-calon emiten lain untuk go public," kata Ito.
Sedangkan Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menjelaskan IPO selalu menjadi ajang investor mencari gain. “Paling penting dicermati jangka panjangnya. Kinerja dari Bali Towerindo serta pertumbuhan usahanya harus dilihat. BALI harus bisa terus menambah menara dan penyewa guna menjaga keberlangsungan usaha,” katanya.(id)