JAKARTA (IndoTelko) - PT TiPhone Mobile Indonesia Tbk (TELE) hanya mencatat pendapatan sebesar Rp 14,589 triliun di 2014 atau naik 39% dibandingkan 2013 sebesar Rp 10,484 triliun.
Raihan ini dibawah target yang ditetapkan diawal 2014 oleh manajemen TiPhone dimana membidik keuntungan sekitar Rp 15,6 triliun. (
Baca juga:
Tiphone target Pendapatan tinggi di 2014)
Dikutip dari Keterbukaan Informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten dengan kode TELE ini selama 2014 masih berhasil membukukan laba usaha sebesar Rp 819,162 miliar naik dibandingkan 2013 sebesar Rp 628,485 miliar.
Sedangkan keuntungan sepanjang 2014 sebesar Rp 304,768 miliar atau naik 3,34% dibandigkan 2013 sebesar Rp 294,906 miliar.Penopang kinerja TiPhone selama 2014 berasal dari penjualan voucher dan kartu perdana sebesar Rp 8,799 triliun, telepon selular sebesar Rp 5,425 triliun, dan lainnya.
Analis dari Mandiri Sekuritas Matthew Wibowo menilai keuntungan yang diraih TELE sepanjang 2014 dibawah prediksi karena masih berjuang dibisnis handset.
Pada kuartal IV/2014, TELE menggelar lebih banyak promosi untuk mendorong penjualan di segmen handset yang terefleksikan pada penurunan margin dibandingkan dengan periode kuartal III/2014.Namun karena penurunan daya beli dan kenaikan harga, hasilnya masih di luar prediksi.
"Ini membuat TiPhone membutuhkan lebih banyak modal kerja. TELE tidak punya pilihan selain menyesuaikan hari pengumpulan piutang (receivable days) terutama untuk handset dari resellers untuk mempromosikan penjualan yang lebih besar,” katanya dalam kajian tertulis.
Menurutnya, merek Samsung adalah mayoritas isi portofolio handset TELE dan dengan persediaan (inventory) yang dikunci pada periode 2 bulan, utang jangka pendek diperlukan perseroan untuk membiayai modal kerjanya.
Namun, berkat adanya rights issue dari investasi Telkom, rasio utang bersih (net gearing) masih berada di level yang dapat ditoleransi yaitu 0,4x.
“Ke depannya, kemungkinan kami akan menyesuaikan asumsi pada bisnis handset perseroan karena tertundanya dampak dari pembangunan pabrik handset domestik milik Samsung, kebijakan persediaan (inventory) handset Samsung pada level distributor, dan turunnya margin karena perang harga di antara distributor,” ulasnya.(ak)