JAKARTA (IndoTelko) - Seiring dengan perpindahan penduduk ke area perkotaan, kota-kota besar di dunia juga menghadapi tantangan baru.
Hal ini termasuk kemacetan lalu lintas, kepadatan penduduk, polusi, keterbatasan sumber daya, infrastruktur yang kurang memadai, dan tuntutan pertumbuhan ekonomi.
Seiring dengan perjalanan Indonesia menuju digitalisasi, salah satu aspek terpenting yang memungkinkan transformasi adalah menghubungkan konsumen dan bisnis di Indonesia dengan internet; penggerak pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Digitalisasi, dalam bentuk adopsi teknologi dan konektivitas internet, tengah mentransformasi industri, komunitas dan negara dengan meningkatkan efisiensi, jangkauan layanan, inovasi, peningkatan produktivitas dan penghematan biaya.
Bank Dunia menyatakan bahwa 10% peningkatan konektivitas broadband dapat meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) dari sebuah negara hingga 1,5%
Untuk menggarisbawahi pentingnya konektivitas broadband, dikeluarkan Rencana Pita Lebar Indonesia bertujuan untuk memperluas pertumbuhan konektivitas broadband di Indonesia mulai dari tahun 2014 sampai 2019.
Rencana pengembangan broadband ini menargetkan lima sektor yang diprioritaskan: e-Pemerintahan, e-Kesehatan, e-Pendidikan, e-Logistik, dan e-Pengadaan.
Rencana tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses tetap pitalebar di wilayah perkotaan mencapai 30% dari populasi dan 71% rumah tangga dengan kecepatan 20 Mbps.
Rencana ini ditetapkan masih dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
Dalam laporan Cisco Visual Networking Index memperlihatkan jumlah pengguna internet di Indonesia diperkirakan bertumbuh dari 72 juta di tahun 2013 menjadi 164 juta pada tahun 2018.
Di Indonesia, terdapat lebih dari 369 juta perangkat yang terhubung ke internet, dan diperkirakan akan meningkat mencapai 531 juta pada tahun 2018.
"Jka tercipta ekosistem yang saling terhubung, terdapat kesempatan yang sangat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong inovasi, bahkan meningkatkan pemanfaatan energi," kata Country Manager Cisco Indonesia Sancoyo Setiabudi dalam rilisnya.
Menurutnya, konektivitas broadband dan digitalisasi merupakan langkah pertama untuk membangun smart city dan komunitas yang saling terhubung.
Untuk mengakselerasi transformasi ini, Cisco memberikan 10 tip yang perlu dipegang oleh organisasi dan komunitas untuk mendorong pembangunan smart city di Indonesia:
1. Pilih pemimpin yang memiliki visi: Tokoh panutan yang tepat dapat menjadi katalis untuk dapat mengatasi semua tantangan lain yang ada dalam evolusi yang rumit menuju smart city. Langkah pertama ini, bahkan, merupakan langkah yang penting dan harus menjadi hal pertama yang dilakukan.
2. Lebih dari sekedar berencana: Inisiatif perencanaan yang telah dilakukan oleh banyak kota-kota yang disurvey oleh Cisco merupakan langkah pertama yang signifikan.
Namun, mereka harus menggerakan rencana tersebut menjadi tindakan. Proses tersebut mencakup meninggalkan birokrasi yang rumit dan mendapatkan visibilitas dan input yang lebih luas dari warga, bisnis dan penyedia teknologi dan solusi untuk smart city.
3. Mulai proyek percobaan yang membuktikan nilai dari perencanaan yang lebih besar: Upaya perencanaan akan membantu untuk benar-benar memahami bagaimana berpikir dalam skala besar dengan evaluasi yang menyeluruh dan juga menarik kepercayaan para pemangku kepentingan. Namun proyek percobaan yang dilaksanakan dengan hati-hati, dengan estimasi biaya, keuntungan dan analisa ROI yang sederhana untuk tiap proyek akan membangun jalan menuju kesuksesan terhadap rencana yang lebih besar.
4. Pahami biaya dan keuntungannya.
Hasil survey Cisco menunjukkan bahwa kota-kota ini memahami manfaat dari smart city dalam skala global, namun mereka tidak memahami bagaimana cara menterjemahkan keuntungan tersebut ke dalam metrik-metrik yang spesifik untuk diterapkan di kota mereka, mau pun memiliki model atau tools untuk melakukan hal tersebut.
Terlebih lagi, merupakan hal yang jelas bahwa kota memerlukan estimasi biaya yang lebih ketat jika berbicara mengenai proyek-proyek smart city. Kekurang-pahaman mereka dapat dimaklumi, karena banyaknya jajaran teknologi yang berbeda-beda yang memasuki ranah smart city, dengan kerumitan yang melebihi pemahaman teknologi kota mana pun, baik besar mau pun kecil.
5. Pertimbangkan pilihan-pilihan pendanaan yang tersedia: Meskipun obligasi pemerintah dan pilihan pendanaan serupa merupakan pilihan yang umum, banyak kota nampaknya tidak menyadari akan pilihan pendanaan lain yang lebih baik yang tersedia untuk upaya pembangunan smart city. Banyak mekanisme pendanaan inovatif yang relatif baru saat ini telah tersedia, namun belum banyak diketahui.
Dengan pilihan yang berbeda untuk pengadaan teknologi, misalnya, kota-kota dapat beralih ke model bisnis yang mendefinisikan proyek-proyek pembangunan smart city ini sebagai pengeluaran
operasional, dibandingkan dengan pengeluaran modal.
6. Tingkatkan dukungan internal
Untuk meringankan hambatan internal dan kurangan tata-kelola lintas vertikal, penting bagi kota untuk menciptakan tim lintas-departemen untuk membantu mengumpulkan sumber-sumber pendanaan dan menyamakan prioritas dalam menyelesaikan proyek-proyek strategis. Sebagai contoh, dalam perjalanan menuju smart city, kota akan memiliki banyak kesempatan untuk menciptakan ekosistem untuk menyelesaikan masalah-masalah per departemen sekaligus, dan kesempatan-kesmpatan ini dapat membantu menciptakan efisiensi yang signifikan di berbagai tingkatan.
7. Pertimbangkan pilihan teknologi yang ada: Solusi smart city yang berbasis cloud dan Software-as-a-Service (SaaS) yang menghadirkan efisiensi secara ekonomi sudah tersedia saat ini. Dan, tipe solusi-solusi ini juga memberikan efisiensi dalam hal sumber daya manusia, karena tenaga ahli eksternal dapat menjadi perpanjangan dari tim TI internal hanya dengan sedikit tambahan investasi. Bilamana memungkinkan, manfaatkan Smart Regulation dan Open Architecture untuk membantu memitigasi kekhawatiran akan interoperabilitas.
8. Mulai memobilisasi teknologi: Kurangnya aplikasi yang dirancang untuk komunikasi mobile - yang dimana komunikasi mobile telah menjadi bagian penting dari solusi smart city - akan menjadi masalah bagi kota. Penggunaan mobile tengah meningkat drastis, dan bisnis, turis, dan pengunjung yang mengerti teknologi akan mengharapkan komunikasi mobile dari kota tersebut untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka.
9. Belajar dari yang lain
Kota-kota di seluruh dunia sudah mulai beramai-ramai mengambil inisiatif menuju smart city, dan mereka bersedia untuk berbagi pengalaman mereka. Banyak anggota dari Smart City Council, sebagai contohnya, sudah berbagi wawasan-wawasan mereka.
10.Temukan partner yang tepat
Tools, sumber daya, dan keahlian yang tepat dapat membantu kota untuk setiap langkah yang disebutkan di sini. Dengan kemitraan yang tepat, para pejabat pemerintahan dapat meraih dukungan yang mereka perlukan untuk dengan cepat berevolusi dan merealisasikan keuntungan smart city yang tersedia untuk mereka.
Di tahun 2009, Cisco memperkenalkan cetak biru yang menyeluruh untuk Smart+Connected Communities (S+CC), sebuah inisiatif global yang menggunakan jaringan sebagai platform untuk mentransformasikan komunitas fisik menjadi komunitas yang terhubung dan berjalan di jaringan informasi yang memberikan ketersinambungan dalam hal ekonomi, sosial dan lingkungan.(wn)